Let Me Love You (pt 7)

235 35 8
                                    

Nika POV

"Mas! Mas! Mas jangan tinggalin aku! Mas!"

"Nika? Nika? Hei! Nika bangun. Kamu ngelindur lagi?"

Suara mama terdengar memanggilku tetapi entah kenapa rasanya tubuhku sulit sekali untuk sekedar digerakkan.

"Nika. Udah jam segini loh. Tumben belum siap? Memang kamu cuti lagi?"

Aku berusaha menggeser letak tubuhku. "Kepalaku masih pusing, Ma."

Suaraku parau, terdengar tak sedap di telinga. Selepas subuh aku tertidur di atas sajadah tanpa sengaja dan waktu berlalu begitu saja.

Sejak kejadian di mana aku menjadi saksi mata kecelakaan yang menimpa Yang Mulia. Aku benar-benar seperti orang gila. Tidurku tak tenang. Rasanya selalu was-was. Apalagi aku tidak diijinkan menjenguk dan mengetahui kondisi terakhirnya.

Entah kenapa. Bri yang biasanya menghubungiku juga mendadak tak menjawab pertanyaanku tentang kondisi kakaknya.

Apa keluarga Yang Mulia menyalahkanku atas kejadian itu? Ya, memang benar itu salahku. Andai aku tidak menyusulnya, tak membuat ia marah. Dia tidak akan kecelakaan.

"Kamu kenapa? Seminggu ini kamu sering ngigau manggil Mas, Mas. Kamu nggak pernah seperti ini sebelumnya. Dastan nyakitin kamu?"

"Mama, kok gitu sih? Mama kenapa sensitif banget sama Dastan. Dastan baik banget kok, Ma. Aku kayak gini karena keseringan lembur aja kemarin."

Ibuku memang sampai saat ini masih enggan merestuiku dengan calon suamiku. Di awal-awal perjodohan, ibu bahkan mengonfrontasi ayah untuk pertama kalinya. Beliau menolak ide ayahku menjodohkanku dengan putra sejawat beliau.

Kata mama, aku berhak menentukan pilihanku sendiri. Mama paham betul bagaimana rasanya jadi istri dan ibu. Sudah khatam juga tentang seluk beluk hubungan mertua dan menantu. Beliau tak mau hidupku tak bahagia hanya karena keinginan dari ayahku.

"Ini ada kiriman. Mama nggak tau dari siapa, nggak ada pengirimnya."

Aku tersenyum. Bunga mawar pink, jelaslah Dastan yang mengirimkannya. Ada amplop terselip di dalam buket bunga di sana.

"Ya udah mama mau ikut papa ke Semarang. Kondangan anak temen papa. Nanti pulang agak malem, sekalian reuni katanya."

Aku mengangguk. Setelah ibuku keluar kamar, aku baru membuka amplop itu.

"Teruntuk bidadari tercantik di dunia ini. Sebelum kepemilikanmu atas salah satu hunian impianmu terwujud, bolehlah menginap barang satu dua malam dulu di glamping samping unit impianmu."

Ada tiket liburan dan juga voucher khusus untuk glamour camping di salah satu resort yang tak jauh dari pantai. Sekitar 1,5 jam perjalanan dari rumah.

Aku benar-benar tak habis pikir. Semanis itu dia. Ayah memang sudah memilihkan yang terbaik buatku.

Sebuah pesan masuk ke ponselku. Dari Dastan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Green but Redflag (short love story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang