Biskuit berbentuk kelinci dengan icing warna-warni menghuni toples yang sudah lama tak berpenghuni milik Nohan. Terhitung sudah seminggu sejak ia diberi oleh Gehna, total sudah tujuh kelinci ia makan dan masih ada dua puluh satu keeping lagi di sana. SUdah ia hitung dengan sangat cermat.
“Nohan Hanggana!”
Konsentrasi Nohan mendadak terpecah. Suara sang kakek membuat ketenangan yang tadi tercipta, bubar.
“Apa-apaan ini?”
Pria itu melempar beberapa lembar foto yang entah beliau dapat dari mana. Satu persatu foto jatuh di meja Nohan. Nohan mencermati apakah gerangan yang membuat kakeknya murka di pagi hari nan cerah ini.
“Apa maksudmu dengan membuat statement public seperti ini? Berani-beraninya kamu mengatakan lelucon yang mengancam keberlangsungan bisnis keluarga kita! Lelucon sampah dengan cuitan tak pentingmu mengenai cucuku Nora.”
Nohan kini paham. Foto-foto tadi adalah hasil tangkapan layar dari beberapa media online yang menyebutkan berita tentang cuitannya di akun sosial media dengan memajang foto Nora dan Gana. Sebuah caption ia tuliskan di bawah foto dua orang yang saling mencintai itu. ‘Happy 7th Anniversary my lovely sister and her husband to be.’
“Nora dan Gana memang sudah 7 tahun bersama. Mereka saling cinta. Daddy dan Mommy, juga aku sudah setuju dengan hubungan mereka. Dimana letak kesalahannya?”
Pipi mulus Nohan kini menjadi tempat bersarangnya bogem mentah milik sang kakek. “Bocah tolol! Tidak tahu diri! Anak pelacur!”
“Papi hentikan!”
Jeritan seorang wanita terdengar saat anak tirinya terkapar akibat dianiaya sang menantu. “Minggir kamu, dia bukan anakmu! Dia anak pelacur tolol yang menggoda putraku!”
“Hentikan Papi! Nohan putraku! Nohan putraku!”
“Bukan! Dia harusnya ikut mati membusuk dengan ibunya di neraka! Cucuku hanya Nora. Hanya Nora yang bisa menuruti semua keinginanku! Dia, anak tolol dan licik ini sengaja menjerumuskan cucu kesayanganku agar bergaul dengan sampah dan jatuh hati dengan sampah. Persis dengan apa yang dilakukan oleh ibunya pada putraku! Ibunya yang sampah itu menggoda putraku hingga putra kebanggaanku menidurinya dan membuahkan anak tak berguna seperti ini! Aib keluarga!”
Nora dan Gehna yang tadi berada di luar bersama ibu Nora, mematung.
“Kamu itu sampah!”
“Papi cukup!” teriakan dan tangisan ibu Nora membuat suasana di sana terlihat sangat menakutkan.
“Kakek! Kakek kenapa jahat sama abang! Selama ini abang selalu nurut ke kakek. Selama ini abang tidak pernah protes menjadi boneka kakek!”
“Anak cantik, cucu kesayanganku, kamu itu darah murni, berbeda dengan anak tolol ini. Dia lahir dari Rahim wanita rendahan, murahan!”
Nohan kembali diseret agar berdiri oleh sang kakek dan pria itu siap memukulnya kembali. Gehna berlari dan mencoba menggagalkan percobaan penganiayaan itu. Gehna memasang badan untuk Nohan.
“Pak, mohon ijin, kekerasan bukanlah hal terbaik untuk menuntaskan masalah. Tangan bapak terlalu mulia untuk mengukir luka di wajah darah daging bapak sendiri.”
“Nona, saya menghargai anda sebagai karib cucu saya tetapi silakan menyingkir.”
Gehna menggeleng, ia tetap membela Nohan. Nohan seolah memperoleh kekuatannya kembali. Tangan Gehna yang gemetar itu menandakan jika sebenarnya dara itu takut, tetapi ia berusaha menepis rasa takutnya demi membela Nohan.
Nora pun memanfaatkan kesempatan itu dengan membujuk kakeknya agar tak lagi marah. Ini waktunya ia berbicara empat mata dengan sang kakek mengenai pilihan hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Green but Redflag (short love story)
RomanceKisah-kisah cinta yang dikemas dalam sajian pendek... Boleh sih minta diperpanjang, by request... Happy reading...