Aroma parfum maskulin tercium. Nick menoleh ke arah pintu. Ia kenal betul itu bukan aroma parfumnya. Benar saja, ada tamu di ambang pintu, Bos besar mereka. Bazla Zahid tengah berjalan ke arahnya.
"Selamat siang, Pak." Nick segera berdiri dan menyambut kedatangan Bazla.
Tangan saling terulur dan berjabat. Senyum Bazla terus terkembang. "Atasanmu ada?
"Saya belum melihat Miss Hana hari ini, Bos."
Bazla melongokkan kepala ke arah ruangan tantenya. Kosong memang, orang yang ia cari tak ada di sana.
"Queen ada?"
"Ada, Bos. Di ruangannya."
Bazla kemudian mengangguk dan melangkah ke bilik sebelah.
"Assalamualaikum, Queen."
Queen menoleh. "Wa alaikumussalam warahmatullah. Pak Bos. Ada yang bisa saya bantu?"
"Tante Hana mana?"
“Miss Hana sedang tidak di tempat, Pak. Beliau menemani ayah anda bertemu calon klien.”
“Oh, oke. Ini laporan dari Juna, bilang kalau Juna memang sedang dalam tahap recovery pasca kecelakaan kemarin, jadi laporan dia bulan lalu memang kosong di minggu terakhir.”
Queen mengangguk. “Sepertinya Miss Hana ketinggalan informasi tentang kecelakaan itu, Pak. Sehingga beliau mengira memang kekosongan laporan ini kesalahan dari Pak Arjuna.”
Bazla mengangguk-angguk. “Tolong bantu jelaskan ya.”
“Baik, Pak, insyaallah nanti saya sampaikan.”
Queen tentu bersikap sesantun mungkin ketika berhadapan dengan dirut mereka. Bazla berlalu setelah mengucap terima kasih. Ia terlihat kembali berbincang dengan Nick sebelum keluar dari ruangan yang cukup besar itu.
Queen kini kembali larut dalam pekerjaannya. Ia sampai lupa jika dirinya belum menunaikan kewajiban lima waktunya. Ketukan di dinding kaca penyekat ruangnya membuat Queen menoleh.
“Masih banyak yang harus diinput?”
“Lumayan,” desah Queen.
“Sini, biar aku yang selesaiin.”
Queen mengernyitkan dahi, matanya menatap Nick dengan curiga. “Koko modusin aku?” tudunya sebelum tersenyum jahil.
Nick mengembus napas berat. “Liat itu jam dua lewat enam belas. Dzuhur udah mau kelewat dan kamu belum salat, kan?”
“Astagfirullahal adzim! Ko! Kok nggak ngingetin sih? Astagfirullah Ya Allah.”
Queen segera beranjak dari kursinya dan berlari ke arah toilet untuk mengambil wudhu. Hari ini, adalah ujung minggu pertama Ramadhan, tetapi baru mulai kemarin Queen berpuasa karena di moment awal Ramadhan ia berhalangan. Ia yang terlalu fokus pada pekerjaannya, justru lupa tidak salat diawal waktu. Hal itu karena grup hayang jajan yang berisi teman-teman kantor dari berbagai divisinya sepi dan tidak ada yang mengingatkan break makan siang seperti di waktu-waktu luar Ramadhan.
Tak berapa lama, Queen kembali masuk dengan wajah basah. “Ko, nitip dulu ya. Aku mojok dulu,” ucapnya.
Nick mengangguk tanpa mengalihkan tatapannya dari layar PC milik Queen. Jujur ia takut menodai kesalihan gadis yang kadang usil dengannya tersebut. Nick merasa matanya terlalu kotor untuk menjamah paras ayu Queen.
Di sudut ruangan, Queen khusyu beribadah. Shalat sunnah ia lakukan sebelum wajibnya dan ditutup oleh sunnah kembali sebelum larut dalam doanya.
“Ko,” panggil Queen setelah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Green but Redflag (short love story)
RomanceKisah-kisah cinta yang dikemas dalam sajian pendek... Boleh sih minta diperpanjang, by request... Happy reading...