Pagi ini, Keysha berangkat bersama tetangga sebelah.
"Yayah sama Buna berangkat dulu ya."
Elang melambaikan tangan meski dengan mata berkaca-kaca.
"Dedek sama papa di rumah ya."
Hari ini ayah kandung Elang libur. Ia menjanjikan akan mengajak putra bungsunya itu jalan-jalan.
"Dadah Yayah! Dadah Buna!"
"Dadah Sayang!" Keysha melambaikan tangan.
Setelahnya, mobil milik Baim melaju perlahan, ke arah kantor mereka.
"Seru juga ya roleplay jadi orangtua. Gemes banget si Elang, kayak mau nangis tapi pinter bisa nahan diri buat nggak ngerengek ikut kerja."
Keysha mengatakannya sambil mengusap mata dengan tisu.
"Kamu nangis?" Baim menoleh ke arah Keysha.
"Nggak tega ninggalin Dedek."
Baim terkekeh. "Anaknya aja pinter, masak Bundanya mewek? Mana Eca yang super kuat? Super mandiri? Yang nggak goyah diterjang badai?"
"Aku nggak bisa kalau udah soal anak-anak, Mas. Aku lemah. Serius. Aku pernah ngerasain kesepian dan sedihnya hidup sendiri, jadi tuh aku punya pemikiran kalau nanti ditakdirkan punya anak, punya keluarga, aku mau jadi ibu rumah tangga aja. Aku mau fokus ngurus anak sama suami."
Baim menghentikan laju kendaraannya, lampu merah memberikan aba-aba.
"Ha? Kamu mau jadi ibu rumah tangga?"
"Iya. Oneday kalau memang ditakdir nikah."
"Ca, tapi kariermu?"
Keysha menatap Baim. "Mas, nggak ada rejeki yang lebih baik dari punya anak-anak sholih, cerdas, dan bahagia. Aku mau fokus ngurus mereka. Mau aku pegang sendiri dari bayi sampai mereka dewasa. Aku nggak peduli sama karierku, karena menurutku karier terbaik wanita ya jadi ibu rumah tangga."
Baim takjub. Entah rasa apa yang muncul di dalam dadanya tetapi hal itu membuatnya kagum pada Keysha.
"Ca, ijazahmu nggak main-main loh. Posisimu juga."
"Bundaku dulu juga gitu, Mas. Bundaku dosen. Tapi rela berhenti bekerja demi keinginannya mengurus aku dan ayah. Meski... takdir berkata lain. Itu yang aku dengar dari cerita almarhum Eyang. Meski dulu gaji ayah nggak seberapa, Bunda nggak masalah, bunda yakin suaminya akan diberikan kemudahan mencari nafkah, membawa keberkahan hidup untuk kami semua. Tapi... jalannya ternyata berbeda."
Baim tersenyum simpul. Ia kembali fokus dengan jalanan di depannya.
Setelah sampai di kantor. Baim hanya membukakan pintu untuk Keysha.
"Aku langsung ke kantor pusat ya."
"Loh, Mas nggak ngantor di sini?"
Baim menggeleng. "Enggak, hari ini Pak Bos sama Big Boss ngajak meeting intern soal tambang. Jadi aku harus ke sana."
"Loh, tau gitu aku ngojek aja. Kan muter kalau Mas harus ke sini."
"Nggak apa-apa. Aku udah janji sama Elang memastikan Bundanya aman sampai kantor."
"Mas, sumpah deh aku baper beneran." Keysha tertawa.
"Dasar baperan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Green but Redflag (short love story)
RomanceKisah-kisah cinta yang dikemas dalam sajian pendek... Boleh sih minta diperpanjang, by request... Happy reading...