Ranjang rumah sakit kembali menjadi tempat Bazla beristirahat. Hanya tubuhnya saja yang terlihat bersantai tetapi jemarinya lincah menari di atas ipad. Sesekali ia berselancar di ponsel dan menerima panggilan dari rekan bisnisnya juga.
Laki-laki itu sampai tak sadar ketika sang calon istri sedari tadi mengamatinya.
"Kenapa?" tanyanya saat mendapati mata Nika tertuju padanya.
"Sesibuk itukah tukang fotokopi di Zahid Group?"sindir Nika.
Bazla tersenyum. "Hmm... maaf Bu Kepsek. Jadi, gimana? Hari inibada cerita apa di sekolah?"
Laki-laki itu menyimpan ipad dan ponselnya. Ia menyingkirkan semuanya, dan fokus pada Nika.
Nika menggeleng. "Lanjutin aja kerjanya."
"Nggak ah. Capek."
Bazla sudah terbiasa hidup dengan tiga wanita. Ia tahu betul bagaimana menangani wanita-wanita yang sedang merajuk.
"Aku laper," rengek Bazla kemudian, memancing Nika untuk bicara.
Ia memang salah karena membiarkan Nika menunggu selama sepuluh menit. Namun, ia harus menyelesaikan dulu meeting onlinenya sebelum menyimpan semua alat kerjanya dan fokus pada sang bidadari.
"Mau makan apa?"
"Minum teh dulu, terus makan yang berkuah, abis itu makan buah terus minum lagi."
Nika tertawa pada akhirnya. Bazla memang selalu sedetail itu. Ia tak akan pernah bilang "apa saja" dan "terserah".
Saat keduanya sedang menikmati makan siang bersama, ketukan terdengar dari pintu dan dua orang muncul.
"Assalamualaikum."
"Wa alaikumussalam."
Dastan dan Beryl, mereka datang membawa buah tangan untuk Bazla.
"Hai, gimana Mas udah baikan?"
"Much better lah. Cuman emang terlalu menikmati karena dimanjain ayang mulu kalau di sini jadi males pulang."
Ucapan Bazla mengundang tawa. Berdamai dengan masa lalu tak akan mudah, tetapi Nika tak sesakit hati itu. Perginya Dastan justru membuatnya jatuh ke pelukan Bazla yang ribuan kali lebih baik.
"Beryl, duduk sini." Nika mengajak Beryl yang terlihat masih malu-malu.
Mungkin Beryl masih merasa tak enak hati dengan Nika karena sudah merebut Dastan.
"Mas, saya mau mengurus ulang soal unit yang di Blossom."
Bazla membenahi posisi duduknya.
"Sudah clear itu. Tapi maaf, ornamennya aku ganti karena dekorasi di sana aku pindah karena itu style ayangku banget."
"Tapi, Mas. Saya ka-"
"Itu kado dari kami buat kalian." Bazla memutuskan.
Dastan seperti tak percaya. "Mas tapi itu saya baru nutup 50 persen biayanya."
"Itu kado buat kalian. Juna sudah menguruskan semuanya. Sesuai permintaan, atas nama Beryl kan?"
"Masyaaallah, so sweet banget ih. Beruntung banget kamu dapet Dastan." Nika ikut berkomentar.
Beryl hanya bisa tertunduk malu.
"Mas, ini beneran?"
"Iya. Bener. Hitung-hitung bayaran buat kamu yang udah membantu meluruskan semuanya ke papa Nika. Dan akhirnya kita bisa berlabuh di hati yang tepat."
Perdamaian memang nyatanya seindah ini.
Tamu lain datang setelah itu. Juna, panjang umur, baru saja dibicarakan dia sudah datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Green but Redflag (short love story)
RomanceKisah-kisah cinta yang dikemas dalam sajian pendek... Boleh sih minta diperpanjang, by request... Happy reading...