"Nino!"Nacitta berlari ke arah sang putra yang terjatuh dari perosotan. Tubuh lemahnya tak bisa ia pakai untuk bergerak cepat, napasnya tersengal.
"Ibu," isak Nino.
Nacitta merasakan tubuhnya yang hampir limbung kini mendapat kekuatan. Sebuah rangkulan di bahu membuatnya tegak kembali.
"Jagoan! Sini! Ayo berdiri!"
Nacitta menoleh. "Mas?"
"Anak laki-laki jangan terlalu dimanja. Biar dia belajar dari rasa sakitnya. Lain kali, dia akan lebih berhati-hati."
"Tapi... Nino masih kecil, Mas."
Nazril menghembus napas. "Dia sudah dua kali ulang tahun."
Nino tertatih ke arah orangtuanya. Matanya masih berair.
"Ayah, ibu!" rengeknya.
"Kenapa bisa jatuh?"
"Melosot."
"Merosot? Cuma merosot?" Nazril mengintrogasinya.
"Iya melosot."
"Kalau merosot, kakinya di bawah apa di atas?"
Nino menyadari kesalahannya. Ia tadi menirukan gaya temannya merosot dengan posisi kepala di bawah sehingga saat mendarat kepalanya duluan yang sampai ke lantai.
"Maap ayah. Nino salah."
"Sakit kan?"
Nino mengangguk. Nazril yang berjongkok di depan putranya merentangkan tangan. Serta merta anak laki-laki itu menubruknya.
"Maap Nino ya Ayah. Maapin."
Nacitta mengelus kepala sang putra yang kini digendong Nazril.
"Maapin Nino ya Ibu."
Nacitta mengangguk, ia mengecup pipi putranya.
"Besok lagi kalau main yang baik ya?"
Nino mengangguk-angguk. Nacitta benar-benar gemas pada putranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Green but Redflag (short love story)
RomanceKisah-kisah cinta yang dikemas dalam sajian pendek... Boleh sih minta diperpanjang, by request... Happy reading...