Dua minggu lebih, Nohan menahan diri untuk tidak menjenguk sang adik dan menemui keluarganya. Ia diam-diam menggunakan ponselnya kembali. Ada ribuan pesan di sana dan ia hanya bisa memantau saja. Mulai dari kolega bisnisnya, hingga kerabat mereka.
Sejujurnya ia sangat rindu pada keluarganya tetapi Nohan masih belum bisa berdamai dengan dirinya sendiri. Ia belum bisa mengungkap misteri kematian Gana. Belum lagi alasan penculikan yang mendera kakek dan adiknya bulan lalu.
Semua rasanya sangat aneh. Siapa yang berani melakukan itu? Apakah musuh bisnis sang kakek? Atau ada hubungannya dengan Nora?
Nohan masih belum memecahkan misteri itu hingga ia memilih untuk menghilang dari dunianya. Ia menepi untuk menenangkan diri.
Kini, ia duduk di ruangan mess karyawan yang disediakan kantor tempat ia bekerja. Nohan sengaja mendaftar menjadi cleaning service. Bukan tanpa alasan, sebenarnya, ayah Gehna saat mengetahui keadaan Nohan, langsung memberinya jabatan tinggi, tapi Nohan menolak.
Alasan pertama, Nohan memang sudah berniat untuk belajar hidup dari nol tanpa embel-embel nama keluarganya. Ia ingin berjuang sendiri. Alasan kedua adalah ia tidak mau jika sang kakek tahu keberadaannya, bisa dengan mudah beliau menghancurkan perusahaan ayah Gehna karena benci pada dirinya. Ia takut, orang di sekitarnya akan terkena imbas.
Kotak cincin itu menjadi pusat perhatian utama Nohan. Ia sejatinya paham tentang apa yang diucapkan Gehna.
Nena, maaf. Kondisiku saja seperti ini. Aku tidak berani mengedepankan egoku. Mau jadi apa kamu kalau aku melamarmu sekarang. Lagi pula, sudah cukup keluargaku menyakiti keluargamu. Aku takut kakek akan tetap mengintervensi hidupku dan membuatmu terluka.
Nohan mengembus napas beriring istigfar. Ia tidak mau egois meski sejujurnya ia sangat menginginkan gadis yang setiap pagi mengiriminya sarapan itu.
Hari ini, hari Jumat. Hari di mana Gehna memberikan tenggat waktu akhir.
Nena... maaf... aku tidak bisa...
**************
"Mbak, cantik banget ih. Tumben dandan."
Ucapan sang adik membuat Gehna salah tingkah.
"Apaan sih. Eh, Dek tadi kamu lewat rumahnya Tante Nina nggak?"
Gala mengangguk. "Kenapa Mbak?"
"Mereka di rumah?"
"Rumahnya kan kosong Mbak. Pada di rumah sakit nemenin Kak Nora, kan?"
"Oh."
Gehna masih harap-harap cemas. Akankah Nohan hadir hari ini? Akankah Nohan menyelamatkannya dari taaruf dan khitbah yang kini tak lagi ia inginkan?
"Mbak, ada tamu. Disuruh ke depan sama Ibu."
Gara muncul, sementara adik bungsu mereka, Gala, memilih untuk bermalas-malasan di kasur kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Green but Redflag (short love story)
RomansaKisah-kisah cinta yang dikemas dalam sajian pendek... Boleh sih minta diperpanjang, by request... Happy reading...