🏘️
"Gyu pulaang.." teriak Gyu, setelah masuki ruang keluarga. Dimana orang-orang di rumah sedang berkumpul. Mereka semua langsung memandang Gyu tajam.
"Sssttt.. jangan berisik bang" ucap Kwan kepada bang Gyu sambil menaruh jari telunjuk di depan bibirnya.
Ketiga orang yang baru sampai itu heran dengan reaksi mereka semua. Gyu memang berisik, tapi respon ini sangat berbeda. Mereka lebih memilih duduk di sofa tanpa tau apa yang sebenarnya terjadi. Tak lama setelah itu, mereka melihat kak nu dan bang Cheol keluar dari kamar mas shua. Yap, kamar mas shua, mas Han dan kamar orang tua mereka yang di tempati bang Cheol ada di bawah. Jadi tidak heran kalau saja suatu saat ada yang pulang terlambat, tidak akan bisa lolos.
"Lho, kalian semua ngapain pada kumpul di sini?" Tanya kak nu sambil mengitari pandangannya kepada Abang dan adek-adeknya.
"Gimana keadaan mas shua, kak nu?" Bang uji bersuara. Kak nu hanya menjawab dengan senyuman.
"Shua nggak apa-apa kok, cuma kecapean aja mas nya dek.." ucap bang Cheol menenangkan.
"Lho mas shua kenapa bang?" Kali ini bang Kyeom yang bertanya dengan panik
"Nggak Kyeom, nggak apa-apa.. cuma kecapean aja.. badannya jadi panas, udah minum obat ko, sekarang lagi mau tidur ditemenin mas Han di dalem" jelas nu kepada adek-adeknya.
"Kyeom mau ketemu mas shua dulu.."
"Dek.. kan mas nya udah mau istirahat, kamu juga baru Dateng kan?" Bang Cheol menahan bang Kyeom, dan bang Kyeom mengangguk ringan.
"Sekarang adek-adek pada makan malam dulu ya.. Abang udah pesenin makanan tadi, Abang sama mas Han nanti nyusul makan nya. Jun Sama Ochi tolong siapin makanan nya ya dek, buat adek-adek yang lain." Lanjut bang Cheol sambil memberikan tugas ke Abang Tengah untuk menggantikan tugas Abang sulung yang akan mengurus mas shua.
Maka semua orang makan dengan suasana yang lebih sepi dari biasanya. Mereka dalam keadaan sendu, karena salah satu dari pilar mereka sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.
~~~~~
🏚️
Di belahan dunia lain, tak kalah sendu. Chan pulang ke kamar sederhana itu. Kamar yang sudah ia tempati lebih dari dua tahun itu, adalah tempat yang ia temukan setelah kepergiannya dari apartemen bang jae.
Awalnya bang jae memaksa Chan untuk pindah dan mencari tempat yang lain. Tapi Chan menangis memohon kepada bang jae, agar tidak berbuat seperti itu. Chan hanya takut akan kembali menunda mimpi orang lain untuknya. Bang jae yang tidak kuasa dengan tangisan adik kecilnya itu, berakhir mengalah. Tapi dengan syarat, Chan tidak akan pernah menghindari bahkan menghilang lagi dari bang jae.
Chan pun menurut.Ia langsung merebahkan dirinya, memandang boneka kecil yang selalu membersamainya. Kemana pun ia pergi.
"Chandal... Aku kesepian... kata ibu, kamu satu-satunya harapan untuk bisa bertemu keluargaku.. mamah bilang, mamah berharap kebahagiaan untuk Chan untuk bisa bertemu kembali.. apakah harapan itu masih berlaku?" Ucap nya sambil mengelus lembut chandal. Lalu ia memandang langit-langit ruangan sederhana itu.
Dalam heningnya malam, Chan berfikir. Bagaimana rasanya kalau dia masih memiliki keluarga?
Berkumpul bersama, saling berbagi kisah tentang hari mereka. Bersenda gurau, tertawa bersama. Tidak ada yang perlu di khawatirkan, karena akan ada seseorang yang merangkulnya dalam keadaan senang maupun susah."Chan, kamu sudah bekerja keras" ia bergumam untuk dirinya sendiri. Kemudian dia bangun untuk membersihkan badannya, dan tidur. Karena besok ia harus pergi ke sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The warmth | Lee Chan Dino Seventeen
Fanfiction"Terimakasih adek sudah bertahan" -Bang Cheol "Mas bangga sama adek" -Mas Han "Adek, kamu hebat" -Mas shua "Ayo kita buat kenangan indah bersama" -Bang Jun "Adek, Abang ada disini" -Bang Ochi "Jangan sakit, nanti Kaka khawatir" -Kak Nu "Adek, ayo k...