🏘️
Sesampainya di rumah Chan langsung masuk ke dalam kamarnya. Mas Han yang sedang bersantai di ruang keluarga hanya memperhatikan Chan yang berlalu begitu saja. Dan menanyakan hal itu kepada kak sol dan bang Ochi,
"Kenapa dek?" Tanya mas Han,
"Mas tadi ..." akhirnya bang Ochi duduk dekat mas Han dan menceritakan hal di tempat parkir kafe tadi.
"Jangan-jangan.. sebentar" mas Han segera pergi ke ruang kerja bang Cheol, ia kembali dengan membawa kamera si penguntit bang Jun.
"Coba liat ini.." mas Han menunjukkan foto yang sebelumnya mereka dapati kejanggalan di sana. "Seperti ini kah?" Tanya mas Han memastikan kembali,
"Mas.. apa ini? Orang tadi sama persis kaya gini, dari postur tubuhnya" ucap sol
"Sh*t.." mas Han mengacak rambutnya, ia tak dapat duduk bersantai lagi dengan kabar yang ia dapati itu. Ia mondar-mandir di ruang keluarga, terlihat wajah cemas karena hal itu.
"Mas, kenapa? Jangan buat kita takut dong" ucap bang Ochi,
"Dek, Ingetin mas Han untuk nggak pernah kasih izin buat siapapun yang akan keluar rumah sendiri!" Mas Han berbicara sedikit tinggi.
"Ada apa ini?" Bang Cheol yang baru keluar dari kamarnya heran melihat Han yang mondar-mandir.
"Bang, ini ..." sol menunjukkan gambar yang baru saja mereka lihat, Abang menghampirinya dan mengambil kamera itu.
"Kita ketemu sama orang itu.. dia.. nyamperin Chan tadi.." ucap kak sol, suaranya memelan ketika melihat Abang yang sudah terlihat meremat kamera itu erat.
Setelah itu, Abang tak kalah frustasi mendengar hal itu. Terlihat raut wajah marah, khawatir dan takut menjadi satu.
Ia belum sempat mencari tau tentang orang itu, tapi orang itu sudah kembali muncul. Bahkan sampai pada tahap berhadapan langsung dengan adiknya, sepertinya dia mulai menggertak,"Sekarang adek dimana?" Tanya Abang gelisah,
"Tadi ke kamarnya bang" jawab bang ochi, langkah mas Han lebih cepat dari bang cheol. Ia melangkahkan kakinya menaiki anak tangga, untuk memeriksa si bungsu.
~~~
🛏️🦦
Chan yang langsung masuk ke kamar tidak lupa mengunci pintunya. Seakan di sana adalah tempat teraman untuk bersembunyi saat ini. Ia menyandarkan tubuhnya di balik pintu, berusaha mengatur nafasnya yang terburu sesaat setelah turunnya ia dari mobil tadi. Mengelus dadanya pelan, sesekali ia memukulkannya sedikit kencang. Seakan menyadarkan dirinya tentang apa yang baru saja ia temui.
Tak lama ia terduduk memeluk lututnya, menyembunyikan wajahnya di atas lututnya. Berusaha menahan tangis, itu yang saat ini ia lakukan. Ia ingin berhenti memikirkan hal-hal buruk yang akan terjadi.
🎥 flashback 🎥
"Chan.. ini papah nak.. bilang ke mereka semua kalau semua tuduhan itu nggak bener.." ucap pria berbaju Tahanan itu memelas di ruang meja hijau, saat Chan hendak duduk untuk dimintai kesaksian.
Chan melirik kepadanya, melihat sosok yang selalu beringas kepadanya dan mamah kini telah memohon-mohon kepadanya untuk di selamatkan.
"Terdakwa harap tenang" ucap hakim yang memimpin jalannya persidangan.
"Saksi silahkan bersumpah sebelum menyatakan kesaksian anda" titahnya kepada Chan, maka Chan pun bersumpah untuk mengatakan hal yang sebenar-benarnya. Lalu ia menceritakan dan menjawab pertanyaan dari jaksa dengan sejujurnya.
"Bohong!!.. dia berbohong!!" Pekik lelaki berbaju Tahanan itu, Chan tidak memperdulikan itu. Karena apa yang keluar dari mulutnya saat ini adalah kebenaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
The warmth | Lee Chan Dino Seventeen
Fanfiction"Terimakasih adek sudah bertahan" -Bang Cheol "Mas bangga sama adek" -Mas Han "Adek, kamu hebat" -Mas shua "Ayo kita buat kenangan indah bersama" -Bang Jun "Adek, Abang ada disini" -Bang Ochi "Jangan sakit, nanti Kaka khawatir" -Kak Nu "Adek, ayo k...