🏫
"Rin, mau pergi ke pameran sekarang kah?" Tanya Chan sesaat setelah bel istirahat berbunyi, Rin menoleh ke asal suara itu. Lalu mengangguk semangat, mereka meninggalkan kelas menuju ke aula dimana pameran berlangsung
~~~~~
🖌️🧑🎨
"Kakak" panggil Chan kepada kak Hao yang juga tengah melihat-lihat karyanya. Kak Hao menoleh tersenyum, lalu Chan mengajak rin untuk mendekat kepada kak Hao.
"Kak, ini Rin temannya Chan" ujar Chan, kak Hao lalu menjulurkan tangannya.
"Hao, kakaknya Chan.. panggil aja kak Hao" ucapnya sambil tersenyum, Rin terburu membalas uluran tangan itu.
"Rin.. nama saya Rin" balas Rin sedikit gugup, Chan tertawa kecil. Lalu ketiganya melihat-lihat bersama.
"Chan, Rin lupa ada urusan sama guru wali kelas kita" ucap Rin sambil menepuk dahinya pelan. Chan membelalakkan matanya,
"Yaudah, Rin cepet... nanti pak guru tungguin lho" ujar Chan,
"Oke, Rin duluan yaa.. kak Hao, maaf Rin harus pergi dulu" ucapnya sambil membungkukkan badannya. Kak Hao mengangguk mengerti, lalu tersenyum. Kemudian Rin berlari kecil menjauh dari keduanya.
Mereka melanjutkan kegiatan mereka dengan melangkah kecil, sambil mengamati lukisan-lukisan indah.
"Kak, mas shua katanya mau kesini, jadi kah?" Tanya Chan penasaran, kak Hao mengangguk
"Iya.. seharusnya sekarang udah sampai sih" jawab kak Hao sambil melihat jam di tangannya. Lalu pandangan Chan teralihkan oleh satu lukisan kak Hao.
Lukisan abstrak dengan warna warni yang tergoreskan dengan warna hitam di atasnya. Lukisan yang seperti sengaja untuk disimpan di pojok ruangan, seakan di sembunyikan keberadaannya.
"Kak.." panggil Chan yang sudah menghentikan langkahnya, kak Hao pun menghentikan langkahnya lalu menangkap pandangan Chan yang tertuju pada satu karyanya itu.
"Rusak.." ucap kak Hao setelah turut memandang lukisan itu juga. Chan memutar pandangannya menatap kak Hao,
"Waktu itu, awalnya ini dibuat untuk melukiskan kebahagiaan... tapi, rasa kehilangan dan rasa bersalah menghampiri saat lukisan ini hampir selesai.. dan menjadi rusak... ada rasa marah, kecewa, kesal.. kenapa bunda harus pergi di saat kita masih butuh bunda.. kenapa ayah pergi disaat kita baru saja memulai kembali kehidupan tanpa bunda.. dan kenapa kita harus kehilangan adik kecil kita.." jelas kak Hao dengan mata berkaca-kaca.
"Kakak.." lirih Chan yang juga tak kalah berkaca-kaca matanya, ia beranjak mendekat ke arah Kak hao dan memeluknya.
"Maaf.." lirih Chan pelan,
"Maaf karena Chan tinggalin Abang, mas sama kakak"
Pada dasarnya bukan tentang siapa yang salah saat ini, tapi memang perasaan menyakitkan itu sering kali meninggalkan bekas dan terkadang kembali terbuka tanpa di sadari.
"Nggak adek.. bukan salah adek.." ujar kak Hao sambil membalas pelukan Chan dan mengelus pundaknya lembut.
"Chan sayang banget sama kakak.. Abang dan mas.." ucapnya lagi sambil sedikit terisak,
"Terimakasih untuk selalu menunggu kehadiran adek.." lirihnya lagi, kak Hao tersenyum mendengar itu.
"Terimakasih juga.. adek udah kembali pulang" jawab kak Hao. Setelah mereka puas menenangkan diri masing-masing, mereka melepaskan pelukan dan berpandangan satu sama lain lalu terkekeh pelan. Bisa-bisanya mereka seperti itu di tempat yang bisa di bilang tempat umum, walau memang tidak ada yang memperhatikan mereka. Tapi lucu saja untuk menyadari hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The warmth | Lee Chan Dino Seventeen
Fanfic"Terimakasih adek sudah bertahan" -Bang Cheol "Mas bangga sama adek" -Mas Han "Adek, kamu hebat" -Mas shua "Ayo kita buat kenangan indah bersama" -Bang Jun "Adek, Abang ada disini" -Bang Ochi "Jangan sakit, nanti Kaka khawatir" -Kak Nu "Adek, ayo k...