Dua Sisi

965 128 2
                                    

🏘️

Minggu pagi di kediaman Winata sudah ramai oleh teriakan-teriakan bang Kyeom, kak Kwan dan bang Ochi yang memperebutkan sekotak jus di kulkas.

"Bang, please ngalah dong sama yang kecil" Kwan yang akhirnya memelas setelah mengeluarkan semua suaranya sedari tadi.

"Nggak bisa gitu dek.. dimana-mana adek yang ngalah sama Abang nya.." jawab bang Ochi sambil mengambil jus itu dari tangan kak Kwan,

"Apa-apaan, kalau mau beli sendiri.. ini Kyeom yang beli pas belanja pekan kemarin" ucap bang Kyeom yang akhirnya mengambil jus itu, ia langsung membukanya lalu menyeruputnya.

"Aaahh.. segarnya" ucap bang Kyeom membuat kedua pasang mata lainnya terpaku ke arahnya.

"Abang nggak asik" ujar Kak Kwan sambil berlalu menuju meja dapur. Bang Kyeom hanya tersenyum menang, tapi bang Ochi yang usil tidak berhenti di situ, Saat bang Kyeom meneguk minumannya untuk kedua kalinya bang Ochi sengaja menyenggol pundak bang Kyeom dan membuat minuman itu tumpah ke bajunya.

"Abaang..!!" Teriak bang Kyeom,

"Hehehe... maaf dek, Abang sengaja" ujar bang Ochi sambil menyusul Kwan di meja makan. Para sulung yang ada di dapur pun hanya tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya.

"Udah.. sekarang kita sarapan yuk..." mas Han akhirnya melerai keributan itu,

"Kyeom kamu mending ganti baju sekarang, sekalian tolong panggilin yang lainnya juga buat sarapan" bang Kyeom mau tidak mau memang harus mengganti bajunya, akhirnya ia menurut dan beranjak untuk pergi ke kamarnya.

~~~~~

🍽️

Mereka sudah mulai kegiatan sarapan mereka, terkadang masih ada keributan-keributan kecil di sela-sela itu.

Mas shua memperhatikan si bungsu yang turun dengan wajah habis menangis nya selepas bangun tidur. Mas shua merasa sangat bersalah, ia merasa telah mengkhianati adiknya itu.

Bang Cheol juga sesekali melihat si bungsu, tapi mau siapapun yang meliriknya Chan tidak akan sadar. Ia makan dengan pandangan tertunduk. Ia hadir untuk makan pun karena malas apabila nanti ada yang datang mengganggu ke kamarnya.

"Abang mau kasih tau sesuatu ke kalian" bang Cheol membuka pembicaraan serius setelah makanannya habis. Semuanya memfokuskan pandangannya kepada si sulung.

"Abang mau ada kerjaan keluar kota selama sepekan, besok Abang berangkat" ucapnya, kesebelas adiknya terkejut mendengar itu. Pasalnya selama ini Abang tidak pernah mau mengambil perjalanan bisnis kemana pun. Ia pasti menyuruh orang lain untuk pergi,

"Abang serius?" Tanya bang Ochi nggak percaya, Abang pun mengangguk pasti.

"Kok bisa bang?" Tanya kak nu, Abang tertawa kecil.

"Ya bisalah" jawab nya,

"Enggak bukan gitu maksudnya bang.. kok tumben?" Kak nu kembali bertanya, Abang hanya tertawa kecil. Ini benar-benar hal aneh yang Abang lakuin,

"Bang, gini deh.. kalau Abang kekurangan uang, Jun punya tabungan kok.. atau nanti Jun akan mulai kerja lagi.. jangan kaya gini bang" bang Jun yang kepalang berfikir jauh mengira Abang kekurangan uang hingga harus mencari tambahan kerjaan ke luar kota. Sontak itu mengundang tawa dari mas Han,

"Jun.. mau sebanyak apapun tabungan kamu, nggak akan bisa ngalahin kekayaan Abang" ujar mas Han meledek,

"Habisnya Abang aneh mas.. ini nggak Kaya Abang biasanya mas" ucap bang Jun masih tidak percaya dengan kabar yang baru saja ia dengar.

The warmth | Lee Chan Dino Seventeen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang