Kunci

627 87 19
                                    

🎥 Flashback 🎥

🏥

"Abang.." lirih Chan, kala pintu terbuka.

Orang yang di panggil itu mendekat, lalu mendekap erat pemuda itu.

Tak lama, kakek datang dengan wajah paniknya.

"Bagaimana bisa ini terjadi?" Ada sedikit ulasan marah di sana, tapi ia tak kuasa saat melihat wajah lemah pemuda di atas ranjang rumah sakit itu.

"Kakek.. maaf.." lirihnya, ia lalu melepaskan pelukan itu.

"Bang jae kenapa bisa ada di sini?"

"Abang nggak bilang bang cheol kan? Iya kan?" Pertanyaan yang menuntut jawab itu membuat bang jae meremas bahu Chan.

"Abang.. sakit" ujar Chan sambil berusaha melepaskan diri,

"Abang.." setelah panggilan selanjutnya barulah remasan kuat itu sedikit berkurang,

"Sakit kan?" Tanya bang jae dengan air mata yang berjatuhan di matanya dan suara yang mulai bergetar,

Chan terdiam, tapi kepalanya otomatis mengangguk karena tatapan mata itu.

"Tolong.. sebelum kamu mikirin orang lain, kamu pikirin diri kamu sendiri.."

"Abang takut.." lirih bang jae sambil kembali menarik Chan dalam pelukannya,

Chan yang merasakan degup jantung bang jae yang bergerak lebih cepat segera membalas pelukan itu, sesekali mengelus punggung itu pelan.

"Maaf.. maaf Abang.. Chan salah.."

~~~~~~

Hari-hari berikutnya bang jae selalu menemani Chan di rumah sakit itu. Bang cheol tentunya mengetahui itu, karena bang cheol yang mengabarkan keadaan Chan waktu itu.

Bang jae sangat berhati-hati dengan Chan kali ini. Ia banyak membahas tentang keseruan mereka berdua sejak dulu. Yang pasti, topik mengenai keluarga winata saat ini sangat dihindari.

"Abang" panggil Chan, membuat bang jae yang tengah menyiapkan suapan selanjutnya melihat ke arahnya,

"kapan Abang mau ajak Chan ke ka-" ucapan Chan terhenti seketika. Ahk, seharusnya ia tidak membahas itu. Chan mau pergi ke kafe bang jae, tapi malah teringat tentang pertemuan pertamanya dengan keluarganya saat itu.

"Kemana?" Tanya bang jae penasaran, Chan menggeleng pelan.

"Chan" panggilan bang jae kali ini membuat Chan menatap mata yang meminta kejujuran.

"Abang.. semuanya baik-baik aja kan?"

"Maksud kamu?" Sedikit terkejut bang jae menanyakan itu, apakah ia tidak salah dengar.

"Abang.. Mas.. Kakak.. semua baik-baik aja kan?" Tanya Chan lagi,

Bang jae terdiam, ia yang paling tau keadaan keluarga Winata setelah kepergian si bungsu. Kacau. Suram.

"Kalau kamu penasaran, kenapa nggak pulang aja sana" ujar bang jae, Chan menggeleng keras.

"Chan takut.. Chan kan anak pembawa si-"

"Dari mana kamu dapet omongan nggak berguna kaya gitu?" Bang jae memotong omongan Chan karena terlalu kesal dengan jalan pikiran anak ini.

"Papah.."

Bang jae semakin dibuat kesal saat Chan menyebut panggilan itu.

"Dia bukan siapa-siapa kamu Chan. Dia nggak pantes dipanggil dengan sebutan itu!" bang jae bangun dari duduknya,

The warmth | Lee Chan Dino Seventeen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang