Di Sana

944 110 13
                                    

🚗

  "Bang.. dimana?" Lirih bang cheol,

   Saat ini bang cheol sudah berada di mobil. Ia menundukkan kepalanya hingga menempelkan dahinya di setir mobil, air matanya tak berhenti mengalir.

   Kalau ada yang bertanya,
'kenapa bang cheol selemah itu?'
Yang pasti jawabannya bukan karena Abang benar-benar lemah, tapi mental nya saat ini tidak stabil. Kalimat yang Chan ucap kemarin seakan terus terdengar di telinganya, dan itu semakin membuat hatinya perih.

  "Gue ada di cafe, cheol"

  "Bukan.. bukan Abang.. tapi Chan"

  "Hah!? Memangnya belum ada di rumah cheol?"

  "Nggak ada bang, nggak ada.. dimana Chan bang, gue mohon kasih tau gue.."

  "Sorry cheol, sorry.. nggak seharusnya gue biarin Chan pergi sama orang itu.."

   "Kalau tau Lo bakal sepanik ini, gue nggak akan izinin.."

   "Maksudnya apa bang?"

   "Bukannya Lo bilang, mau anter Chan sampai rumah? Kenapa nggak ada bang?"

    "Gue mohon bang, kasih tau dimana Chan sekarang"

   "Maaf cheol, sebelumnya memang gue berniat buat anter Chan pulang. Tapi, Pas kita mau berangkat tiba-tiba Chan panggil seorang pak tua dengan sebutan kakek(?)"

   "Cheol, gue nggak ada maksud buat bohongin lo pas gue bilang mau nganterin Chan.. tapi Chan nggak mau pulang sama gue, dia malah mau pulang bareng pak tua itu"

   "Kakek? Dia panggil orang itu kakek?"

   "Iya, dan gue nggak curiga karena nyatanya mereka memang terlihat sedekat itu"

   "Oke bang, Terimakasih.. Gue tau orang itu"

   "Lo serius, siapa dia?"

   "Nanti ya bang, ceritanya panjang.. sekarang gue mau pergi ke tempat orang itu dulu"

   "Ya udah, hati-hati ya cheol.. Lo harus tenang, Lo tau kan kemana harus pergi?"

   "Iya bang"

   Setelah menutup telpon itu, bang cheol segera melajukan mobilnya.

   Mas Han dan bang Ochi yang sudah memperhatikan Abang dari jauh sejak tadi, kini juga turut melajukan kendaraan roda duanya untuk mengikuti Abang.

~~~~~

🏛️

  Bang cheol sudah sampai di tempat yang di tuju, halaman yang lebih luas dari halaman rumahnya menjadi pemandangan pertama yang ia lihat.

  Mobilnya berhenti tepat di depan pintu masuk rumah besar itu, tapi langkah bang cheol tertahan oleh para penjaga,

  "Kamu siapa?" Tanya salah satu penjaga yang sudah mengulurkan tangannya untuk menghadang bang cheol,

  "Permisi.. saya mau ketemu pak Choi"

  "Apakah anda sudah memiliki janji?" Abang menggeleng mendengar pertanyaan itu,

  "Tapi ini darurat, saya harus bertemu sekarang juga" tapi sebagaimana para penjaga itu menjalankan tugas, Abang tidak semudah itu bisa melewati orang-orang itu.

  "Tolong.. tolong.. saya harus ketemu beliau" Abang menjatuhkan tubuhnya, ia bersimpuh dalam keadaan terisak. Ia benar-benar kalut karena tidak mengetahui keberadaan si bungsu,

The warmth | Lee Chan Dino Seventeen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang