Demi Kebaikan

1K 133 6
                                    

🏬

"Oh iya dek, Abang bilang hp adek hilang ya?" Tanya mas Han setelah memarkirkan mobilnya, Chan pun mengangguk.

"Okey, nanti setelah ini kita beli ya" ucap mas Han,

"Iya boleh, terimakasih mas" jawab Chan sambil tersenyum,

"Iya.. yuk kita masuk" lalu keduanya pun keluar dari mobil dan masuk ke dalam gedung prof na.

~~~~~

"Selamat siang Chan, kali ini pergi dengan siapa lagi?" Tanya prof na,

"Selamat siang prof, ini mas Han kakaknya Chan" jawab Chan,

"Oh ya, salam kenal mas Han.. saya prof na" ujar prof na sambil mengulurkan tangannya,

"Salam kenal prof na" ucap mas Han sambil membalas jabatan tangan itu,

"Baiklah, mari kita mulai langsung Chan" ucap prof na, Chan lalu mengangguk.

Lalu prof na dan Chan masuk ke dalam ruangan terapi, meninggalkan mas Han sendiri.

~~~~~

"Huhu.. huhuhu.."

Isak tangis memenuhi sesi terapi hari ini, prof na berusaha menenangkan Chan. Setelah Chan bercerita tentangnya yang samar-samar mengingat kejadian dari masa lalu. Kini ia menangis saat mengingat kejadian kemarin.

"Okey, Chan.. fokus.. apa yang kamu takutkan nak?" Tanya prof na saat Chan belum juga mengatakan alasannya menangis.

"Prof.. dia Dateng lagi.. kemarin Chan ketemu lagi.." jawab Chan di tengah tangisannya, membuat prof na mengerutkan keningnya.

"Siapa?" Prof na sudah berfikir yang tidak-tidak,

"Pa.. papah.." ujar Chan yang langsung di susul tangis lagi,

Prof na semakin terkejut, bukannya waktu itu ia dipenjara? Kenapa sekarang Chan bertemu dengannya?

"Okey, Chan tenang dulu.. nanti kita bicarakan sama mas ya.." Chan masih terus terisak, prof na tau Chan tidak akan menceritakan hal ini kepada Abang, mas dan kakaknya. Hal ini terlanjur berat, dan ketakutan Chan semakin meningkat karena emosi yang tidak stabil.

~~~~~

Setelah menunggu lama, akhirnya mas Han melihat pintu ruangan yang di masuki Chan terbuka. Saat itu muncul si bungsu dengan mata yang habis menangis. Mas Han yang khawatir langsung beranjak ke arahnya,

"Prof.." lirih mas Han sambil menatap prof na, setelah ia meraih tubuh Chan di dalam dekapannya.

Prof na Hanya bisa tersenyum tipis dan mengangguk kecil,

"Adek.. mas ada di sini.. tenang yaa" ujar mas Han yang sudah menunduk menyamakan tingginya dengan si bungsu. Chan hanya bisa mengangguk pelan.

"Mas, ada yang perlu saya bicarakan" ucap prof na kepada mas Han, mas Han lalu mengangguk,

"Adek tunggu di sini dulu sebentar, mas mau bicara sama prof na dulu ya" ucap mas Han, lagi-lagi Chan hanya merespon dengan anggukan. Setelah itu mas mengikuti langkah prof na untuk masuk ke ruangannya.

~~~~~

Chan masih setia menunggu mas Han, sesekali ia mengusap air mata yang mengalir. Ia takut, ia tak tau apa yang akan terjadi setelah mas Han tau kenyataan yang menakutkan itu.

Pikirannya entah melayang ke segala kemungkinan, apakah mas akan menganggap Chan merepotkan? Atau jangan-jangan nanti Abang dan mas tidak mau lagi menerimanya?

Dan hal yang paling menakutkan, apakah Abang, mas dan kakak akan berada dalam bahaya setelah ini?

Chan masih belum bisa menormalkan jalan pikirannya, ia takut menjadi pembawa masalah. Tapi, ia juga takut karena tidak ada tempat aman selain tempat yang saat ini ia tinggali, Rumah yang di dalamnya penuh dengan kehangatan.

The warmth | Lee Chan Dino Seventeen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang