🏘️🛏️🐸
'Tok.. tok.. tok..'
Bang Ochi mengetuk pintu kamar kak hao, tapi tak ada jawaban dari dalam.
"Dek, Abang masuk ya" lalu bang Ochi masuk sambil membawa satu porsi makanan untuk adiknya itu,
Pemandangan pertama yang ia lihat adalah kamar yang sudah tak teratur adanya. Plastik bening yang terhampar di atas karpet Sudah di penuhi cat warna-warni. Canva yang tergores lukisan abstrak itu terhalang bercakan warna gelap di atasnya.
Bang Ochi tersenyum pahit, dan ia dapati adiknya itu tengah tertidur dengan tangan di lipat di atas meja belajarnya.
"Adek.. bangun yuk, makan dulu.." bang Ochi mengelus punggung adiknya itu,
Kak hao yang merasa ada yang mengusapnya terusik, lalu bangun dari tidurnya. Bang Ochi sedikit terkejut dengan keadaan adiknya itu, matanya terlihat sembab.
Kak hao lalu berusaha memfokuskan pandangannya, ia mengusap wajahnya dan hendak mengucek matanya.
"Jangan, nanti iritasi" cegah bang Ochi yang menahan tangan kak hao, lalu ia menyodorkan nampan berisi makanan itu. Kak hao hanya menurut dan memulai mengambil sendok dan mengaduk-aduk makanannya.
Bang Ochi masih tetap berada di ruangan itu, ia memutar pandangannya. Membereskan barang-barang yang sekiranya dapat ia bereskan.
"Abang.." lirih kak hao, bang Ochi yang mendengar itu tersenyum. Ia mengambil kursi lukis dan duduk di dekat kak hao,
"Iyaa.. ada apa?" Tanya bang Ochi sambil menatap adiknya itu,
"Maaf.. hao udah ngomong yang nggak baik sama Abang.." ucapnya lalu berusaha menatap mata bang Ochi, yang di tatap hanya tertawa kecil.
"Iya.. adek nggak sepenuhnya salah kok, Abang juga salah.. nggak bisa jadi teladan buat adik Abang.. nanti jangan lupa minta maaf sama bang Gyu juga ya" kak hao yang mendengar itu mengangguk mengerti, sebenarnya air matanya sudah hampir jatuh. Tapi, bang Ochi segera mengambil tisu dan menghapusnya.
"Kalau capek, kamu boleh istirahat dulu dek.. jangan di paksa.." ujar bang Ochi, ia paham setelah melihat kekacauan di dalam kamar itu. Mas shua benar, sepertinya hao sedang lelah.
"Dari pada capek.. hao lebih ngerasa takut bang.."
"Takut kenapa?" Ada jeda sejenak sebelum kak hao menjawab pertanyaan bang Ochi.
"Perasaan hao nggak enak.. kaya mau ada sesuatu yang besar terjadi.." kak hao kembali menatap bang Ochi dalam-dalam.
"Adek.. nggak baik ngomong gitu"
"Abang.. Abang juga tau sendiri, dari dulu firasat hao nggak pernah salah"
Bang Ochi terdiam.Yap, benar sekali. Dari dulu adiknya yang satu ini tidak pernah salah dengan perasaannya, dari awal pertemuannya dengan Chan pun ia sudah merasakan sesuatu. Bedanya saat itu perasaan takutnya membawa mereka dalam kebahagiaan saat ini.
Saat ini yang hao rasakan berbeda. Perasaannya kali ini juga membuatnya takut, tapi di tambah sesak di dada. Ia tengah bahagia melukiskan keadaannya dan kedua belas saudaranya bersama. Tetapi tiba-tiba lukisan itu tertimpa warna gelap. Hao menjadi kalut.
"Semoga kali ini nggak ya dek.. semoga, hanya perasaan sekilas yang akan hilang sebentar lagi" ucap bang Ochi yang berusaha menenangkan, padahal jauh di dalam hatinya ia pun gemetar. Pikirannya melayang tentang pembicaraannya dengan bang jae dan para sulung sebelumnya.
"Iya bang.. Semoga.." ucap kak hao lemah.
Mereka hening sesaat, tenggelam dalam pikirannya masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
The warmth | Lee Chan Dino Seventeen
Fanfiction"Terimakasih adek sudah bertahan" -Bang Cheol "Mas bangga sama adek" -Mas Han "Adek, kamu hebat" -Mas shua "Ayo kita buat kenangan indah bersama" -Bang Jun "Adek, Abang ada disini" -Bang Ochi "Jangan sakit, nanti Kaka khawatir" -Kak Nu "Adek, ayo k...