☕
Chan tidak mungkin diam saja, ia akan melakukan apapun yang ia bisa. Karena abang-abang sudah Berbaik hati memasak untuk nya, maka dia sudah mulai bersih-bersih meja kafe. Untuk mereka sarapan dan tentunya untuk para pengunjung nantinya.
"Di suruh duduk ko ya susah yaa.. padahal duduk tidak membutuhkan tenaga yang banyak." Ucap bang Jae dengan sedikit mencibir Chan.
"Kan Chan di sini mau bantuin Abang, kalau duduk aja namanya memantau dong.." jawab Chan sambil mengambil 2 piring nasi goreng dari tangan bang Jae.
Tak lama setelah itu, bang Joo dan bang Hui datang dan duduk untuk bersiap menyantap makanan nya.
"Nih Chan di minum susunya.. biar cepet gede.." senyum bang Joo.
"Iya Abang, Terimakasih"
Setelah memastikan kalau si kecil itu sudah melahap makanan nya, ketiga orang itu pun langsung ikut menyantap makanan nya..Jauh di dalam hati mereka bergumam,
'Dek, jangan pernah kembali putus asa.. kita akan selalu ada buat kamu..' batin bang Jae.'Semoga senyum itu tidak akan pudar, walau dunia sangat begitu keras terhadap mu' batin bang Hui.
'Kebahagiaanmu itu kebahagiaanku juga.. tapi keadaan yang terburuk pun adalah milikku juga' batin bang joo.
~~~~~
🛏️🍒
Dulu sekali, pernah ada kejadian yang menguras air mata, dan sangat menyesakkan dada. Saat-saat dimana keluarga itu hampir menjadi keluarga yang sangat Berbahagia karena kehadiran putra ketiga belas dari keluarga itu.
Tapi, sesaat setelah itu.. air mata mengalir dengan deras karena kabar mengejutkan dari sang bunda, yang pergi meninggalkan mereka untuk selamanya. Ayah sangat terpukul, adik-adik menangis dengan kencang. Dan si kecil Kwan dan sol hanya ikut menangis tanpa tau apa yang sedang terjadi.
Abang Cheol, dengan pundak yang harus tetap tegar. Merangkul kebahagiaan nya yang ditinggal oleh bunda. Berusaha tetap baik-baik, walau satu pilar nya telah pergi meninggalkan nya.
"Bang, nggak apa-apa kan?" Tanya shua yang baru datang dengan secangkir teh untuk Abang nya. Cheol yang tenggelam dari lamunan nya pun buyar.
"Emang nya Abang kenapa dek?" Jawabnya dengan senyum sendu di wajah nya.
"Abang, jangan memikirkan hal yang nggak-nggak deh.. kita memang masih memiliki harapan, tapi itu sangat kecil bang.. dan kita nggak boleh terlalu bergantung dengan harapan itu.. kalau kita rela melepasnya itu akan membuat diri kita merasa lebih baik.. percaya deh."
"Iya adek, Abang percaya.. gimana acara di panti kemarin? Berjalan lancar kan?" Tanya Abang sambil menyeruput sedikit teh nya.
"Iya bang, semua berjalan lancar sampai selesai acara, anak-anak di sana juga kelihatan seneng.. shua seneng deh kalau mereka juga seneng, dengan berbagi sedikit kebahagiaan sama mereka shua merasa seperti orang yang lebih hidup"
"Emang Lo selama ini orang mati ya shua? Owh, pantes kalau gue ngechat lo selalu nggak di bales" Sela mas Han yang baru datang dengan Snack di tangan nya.
"Nggak sopan banget ya, sama kembaran nya.." dengus shua sebal.
"Han jangan kaya gitu dong" tegas bang Cheol.
"Lah, dia tuh bang kalau di chat nggak pernah di bales, makanya gue selalu chat dia lewat chat grup sama adek-adek.. sampai hampir aja keceplosan kalau nyatanya sampai saat ini kita masih berusaha buat cari dia.."
"Kan bisa di grup chat sulung?"
"Nggak bisa bang, dia nggak akan buka.. kalau di grup adek-adek pasti dia buka, karena khawatir adeknya kenapa-kenapa.. kalau sama Abang dan mas nya dia mah nggak peduli.." Balas Han dengan mempautkan bibir nya.
"Nggak gitu ya bang, mas.. lagian lo kan cuma mas gue beda 5 menit aja.." Sanggah shua membela diri, sambil bergerak merebut Snack di tangan mas Han. Dan hampir bertengkar karenanya
"Hush.. Udah, udah.. kenapa jadi pada ribut sih.. Shua, jangan dibiasakan seperti itu ya... kalau ada kepentingan gimana?"
"Iya Abang, maaf ya.." ucap shua memelas."lagian inikan kamar Abang.. Ngapain coba pada kesini"
"Hehe.. lagian kamar abang nyaman banget sih" jawab Han dengan senyuman dan di anggukan dengan pasti oleh saudara kembarnya, Mas shua.
Abang hanya bisa tersenyum, ya.. bagaimana bisa tidak nyaman, kalau pada kenyataannya.. Ruangan inilah yang menjadi saksi bisu kehangatan keluarga ini. Rasa hangat nya tetap sama walau pemilik nya telah pergi ke tempat yang lebih baik. Bang Cheol, memilih untuk tetap berada di kehangatan itu. Ya, itu adalah kamar tidur kedua orang tuanya.
Beberapa tahun setelah kelahiran putranya yang ke-13, ayahnya pergi menyusul bunda. Setelah kecelakaan terencana oleh rival perusahaan yang merenggut nyawa ayahnya, dan si bungsu yang tidak ditemukan di tempat kejadian, membuat hal itu menjadi sebuah misteri kasus sampai saat ini.
Walau pada akhirnya si bungsu tidak dapat di temukan, tapi bukti-bukti di dapatkan saat kecelakaan itu. Hingga dapat membuat perusahaan itu hancur dan membuat pemiliknya hidup di balik jeruji besi. Karena kasus kejahatan berencana hingga menewaskan pilar mereka.
"Abang, kalau benar adanya dia masih ada, semoga dia berada di dekat kita. Sampai kita bisa memastikan kalau itu benar-benar dia dan bisa kita bawa kesini untuk merasakan kehangatan keluarga ini" ucap mas Han dengan sepenuh hati.
"Itu pasti.." jawab bang Cheol tegas dengan anggukan kecil dari nya dan kembaran nya.
Tok... Tok... Tok...
Semua pandangan lalu beralih pada pintu yang diketuk dan perlahan terbuka..
"Abang, mas.. Hao mau izin keluar ya,. Mau kerjain tugas melukis nih.." ucap si pelaku ketukan pintu dengan senyum merekah..
"Oh iya? Mau melukis apa nih Hao? Mau kemana? Dan sama siapa?" Runtutan pertanyaan keluar dari si sulung untuk adiknya. Memang kalau dengan Abang harus jelas semuanya.
"Santai bang, Hao mau ke tempat nya temannya Han kok, dia punya cafe dan ada private room nya juga.. jadi aman" jawab Han mewakili adiknya.
"Iya bang, Hao perginya sama mas Gyu dan bang kyeom ko.. nggak usah khawatir.. boleh ya bang" ucapnya memelas.
Karena, sebenarnya kalau akhir pekan itu, nggak boleh ada yang keluar rumah. Harus menghabiskan waktu di rumah sama keluarga, mumpung Abang dan mas dirumah. Kecuali bang Jun, dia itu model jadi jadwal nya mengikuti perusahaan. Tapi, dia juga udah sering berpesan sama manajernya untuk ngurangin ngambil jadwal di akhir pekan. Walaupun jadi sering beradu argumen, tapi bang Jun selalu menang. Karena dia aset perusahaan nya.
"Yaudah boleh, tapi jangan pulang kemaleman ya.. bilangin juga Abang-abang mu hati-hati bawa mobil nya.."
"Baik Abang siap, Terimakasih Abang" ucap Hao sambil berlari kecil memeluk Abang nya. "Hao sayang Abang" ucapnya
Dua kembar yang ada di ruangan itu pun saling memandang.
"Owh.. jadi nggak sayang kita nih" ucap mas Han yang membuat Hao melepaskan pelukannya dari Abang.
"Nggak, soalnya mas-mas ini suka nya jail.." ucap Hao sambil berlari dan menjulurkan sedikit lidah nya keluar.
"Bye.. bye.. Abang, Hao pergi duluuu.."
Lanjutnya, sambil sedikit berteriak dan menutup pintunya lagi."Dasar Hao, nyesel mas bantuin kamu izin ke Abang.. awas kamu kalau pulang nanti..." teriak nya dengan suara yang kemungkinan besar tidak terdengar oleh adiknya itu.
"Makanya mas, hidupnya jangan suka jailin orang ajaa.. hahaha.." tawa mas shua.
"Lho, lo nggak denger dia ngomong apa? Dia juga nggak sayang Lo karena Lo juga suka jail... hahaha..." balas mas Han.
"Eh, iya kah? Iihhh.. Hao jahat" mas shua jadi lesu mendengar kabar itu.
Abang Cheol hanya menggelengkan kepalanya dan merebahkan dirinya ke sofa. Abang sudah cukup lelah dengan kehadiran dua kembar nakal ini. Karena terkadang pun ia akan menjadi sasaran kejahilan mereka.
Tapi, tidak bisa di pungkiri sisi lain mereka yang akan selalu berada di garda terdepan untuk melindungi adek-adek nya. Dan menopang Abang saat sedang rapuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The warmth | Lee Chan Dino Seventeen
Fanfic"Terimakasih adek sudah bertahan" -Bang Cheol "Mas bangga sama adek" -Mas Han "Adek, kamu hebat" -Mas shua "Ayo kita buat kenangan indah bersama" -Bang Jun "Adek, Abang ada disini" -Bang Ochi "Jangan sakit, nanti Kaka khawatir" -Kak Nu "Adek, ayo k...