Menyeramkan

1.1K 132 2
                                    

🍨

"Nggak ada!" Ucap bang uji sekembalinya memeriksa Chan di toilet. Ia segera mencari ponsel untuk menghubunginya.

Nada dering telepon berbunyi di tempat Rin duduk tadi, Rin segera kembali untuk memeriksa dan mendapati ponsel Chan di sana. Ia mengangkat ponselnya, dan memberi sinyal ke bang uji tanda bahwa ponsel Chan tertinggal.

"Ahk.." erang bang uji. Dari pada perasaan kesal, Saat ini bang uji justru merasa bersalah karena Chan luput dari pandangannya.

"Coba tenang ji, tanya orang rumah dulu yaa" bang Joo berusaha menenangkan bang uji,

"Nggak bisa bang, gue takut dia keburu kenapa-kenapa. Dan abang sama mas pasti bakal marah sama gue" ucap bang uji sedikit frustasi.

"Oke, tenang dulu.. gimana kalau kita cari dia? Bang Joo bawa motor kok" ajak bang Joo, bang uji berfikir sejenak lalu kemudian menganggukkan kepala tanda setuju.

"Oke.. tapi kalau kita nggak bisa nemuin Chan, kita mau nggak mau harus kabarin yang lain ya" bang uji pun kembali mengangguk, kemudian bang Joo beranjak ke tempat Rin.

"Kamu, temennya Chan.. maaf kita harus pergi dulu, kamu bisa pulang sendiri kan?" Bang Joo terburu memakai jaketnya kembali,

"Bi.. bisa bang" jawab nya,

"Oke, hati-hati di jalan ya" ucap bang Joo lagi, lalu ia meraih ponsel dan kunci motor di meja itu kemudian bergegas pergi menyusul bang uji yang sudah ada Di parkiran.

Rin hanya terpaku Melihat hal itu, ia benar-benar tak tau kalau Chan sebegitu tidak boleh nya pergi sendiri. Sebenarnya ada apa?

~~~~~

🎥 flashback 🎥

🍨

"Ih, bang uji nyebelin!" Chan mendengus kesal saat bang Joo ditarik pergi dari nya. Ia memanyunkan bibirnya dan terduduk dengan tangan di dadanya,

PING!

Suara pesan masuk. Chan memeriksa ponselnya, tapi tak ada pesan yang masuk. Ia memutar pandangannya, ternyata itu pesan di hp bang jae.

Awalnya Chan biasa saja, tapi pesan beruntun terus berdatangan. Akhirnya Chan berniat untuk memberikannya kepada bang Joo, tapi ia terpaku saat melihat notifikasi pesan di layar ponsel itu.

"Bang jae?" Gumamnya,

Bang jae
"Joo, katanya mau kesini?"
"Gue tunggu ya"
"Kalau bisa nginep aja di sini"
"Mamah mau nginep di tempat kakek"
"Gue di tinggal sendiri, nggak bisa ngapa-ngapain"

Chan mematung melihat pesan itu, apa yang terjadi pada bang jae? Orang yang dari kemarin Chan cari keberadaan sekarang katanya nggak bisa ngapa-ngapain. Mamah? Bang jae di rumah mamahnya, bukan di apartemen. Pasti ada yang nggak beres.

Tanpa berfikir panjang, Chan segera mengambil dompetnya dan berlari keluar kafe. Ia memberhentikan taksi yang lewat, memberikan alamat yang di tuju lalu mobil melaju.

Tangan nya gemetar, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Dia khawatir dengan bang jae, matanya mulai berair. Tapi ia berusaha menguatkan dirinya, ia menghapus air mata yang sebenarnya nantinya pun akan kembali berjatuhan.

"Pak bisa lebih cepat?" Ucap Chan kepada sopir itu, pak supir yang melihat Chan yang sedang menahan tangis pun mengerti, ia mengangguk pasti lalu mempercepat laju mobilnya menuju alamat tujuan.

🎥 flashback off 🎥

~~~~

🏠

"Jangan tanya Chan apapun" ucap Chan setelah selesai menangis dan sekarang sedang menyiapkan makanan untuk bang jae, bang jae menutup mulutnya rapat. Berusaha menuruti perintah adik kecilnya itu,

The warmth | Lee Chan Dino Seventeen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang