🚕
Kak Kwan dan kak sol segera meninggalkan apartemen untuk pulang ke rumah setelah mas shua tidak menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
Mereka pergi dengan perasaan yang khawatir luar biasa, mereka takut akan kemungkinan yang paling buruk.
"Pak, bisa lebih cepat?" Ucap kak sol Kepada supir taksi itu,
"Baik" jawabnya,
Selang beberapa menit setelah melajukan kecepatan, tiba-tiba mobil berjalan pelan dan mulai terlihat kemacetan.
"Ada apa pak?" Kali ini kak Kwan yang bertanya, mereka hanya ingin segera sampai di rumah.
"Aduh, saya mohon maaf dek. Sepertinya di depan ada kecelakaan, jadi macet. Kita nggak bisa sampai ke tujuan secepatnya" jawab supir taksi itu sambil melihat-lihat ke mobil-mobil yang sudah mengantri di depan dan di belakangnya.
Mereka berdua bertukar pandang, tidak tau apa yang harus dilakukan.
"Kalau adek-adek mau, setelah tempat kecelakaan itu ada perempatan, dan di sana sepertinya tidak terkena macet" pak supir memberi saran kepada keduanya, pak supir yang melihat kak Kwan dengan wajah sembabnya tidak tega kalau harus membiarkan mereka harus menunggu lebih lama.
"Gimana sol?" Tanya kak Kwan,
"Ya udah kak, nggak apa-apa.. kita jalan aja" jawab kak sol, sedikit tidak yakin.
Kak Kwan lalu menggenggam tangan satu adiknya itu, lalu ia merogoh kantongnya untuk membayar ongkos taksi.
"Baik pak, kami akan turun di sini. Terimakasih pak" ucap kak Kwan sambil memberikan ongkos itu, lalu keluar dari taksi.
Mereka berjalan dengan langkah-langkah kecil, ada sesuatu di antara mereka yang tidak di ketahui oleh Abang mas dan kakak.
Kepergian ayah saat kecelakaan membuat mereka takut kala mendengar kalimat itu, apalagi saat ini. Mereka harus berjalan melewati kecelakaan itu untuk sampai ke rumah mereka segera.
"Tenang, kakak ada di sini. Kamu bisa tutup mata kamu sol" ucap kak Kwan menatap kak sol, lalu mengeratkan genggamannya tangannya. Mereka berjalan sambil menunduk.
Suara sirine semakin dekat setiap mereka melangkah, lampu polisi yang berputar di TKP membuat sisi jalan terlihat lebih terang.
"Cepat!! Di sini ada satu orang lagi!!" Teriak seseorang dari sebelah sisi jalan saat melihat satu korban lagi yang berada di dalam mobil.
"Hati-hati.. anak ini sepertinya masih sekolah.. sekitar usia anak SMP" ucap seseorang itu kepada para perawat yang memindahkannya,
Kak Kwan yang mendengar hal itu sedikit terkejut, ia menghentikan langkahnya. Rasa penasaran menghampirinya, firasatnya merasa tidak enak.
"Kak, kenapa?" Tanya kak sol dengan mata tertutup saat merasakan langkah kak Kwan terhenti.
Tapi, kak Kwan tidak memberikan jawaban. Saat ini ia merasa ragu, haruskah dirinya menghilangkan rasa penasarannya dengan melihat hal itu?
Akhirnya dengan keputusan cepat. Kak Kwan memberanikan dirinya. Pandangannya teralih ke arah brankar yang di dorong ke arah ambulans.
Kak Kwan terkejut, ia menangkap wajah yang sangat ia kenali di atas brankar itu.
"Chan!" Panggilnya, melepaskan genggaman tangan kak sol dengan terburu. Langkahnya menjauh meninggalkan kak sol di sisi jalan.
"Kak.. kak Kwan" kak sol berusaha memanggil ,tapi tidak ada jawaban. Bahkan kehadiran Kak kwan saat ini sudah tidak ada di sisi nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The warmth | Lee Chan Dino Seventeen
Fanfiction"Terimakasih adek sudah bertahan" -Bang Cheol "Mas bangga sama adek" -Mas Han "Adek, kamu hebat" -Mas shua "Ayo kita buat kenangan indah bersama" -Bang Jun "Adek, Abang ada disini" -Bang Ochi "Jangan sakit, nanti Kaka khawatir" -Kak Nu "Adek, ayo k...