Part 31

563 98 9
                                    

"Apa Kala sudah sadar?" Tanya seseorang dari belakang punggungku dan aku sangat mengenali suaranya, walaupun aku tidak melihat sosoknya, suara pak Nawa

Hugo berhenti mencium pipiku untuk berkata dengan cepat pada pak Nawa. Anehnya, aku masih tidak bisa mendengar jawaban Hugo dengan jelas. Di telingaku, setiap kata dari Hugo tersusun acak sampai aku sulit untuk memahaminya.

Aku tidak tau apa karena aku terlalu  kebas kedinginan atau karena pelukan Hugo mengacaukan fungsi bahasa reseptif ku. Karena ini pertama kalinya aku merasa sangat aman setelah sekian lama. Seperti saat aku kecil saat berjalan bersama ayahku dan aku tau tidak akan terjadi apa-apa. Semua aman. Ayahku akan memastikan aku baik-baik saja. 

Selesai berbicara, pak Nawa menarik ujung resleting tenda, menutupnya kembali hingga menimbulkan suara khas. Sampai aku kembali hanya berdua dengan Hugo. 

Sepanjang waktu berlalu, Hugo tidak berhenti menatapku. Tatapan pemburu yang kuingat sudah berubah menjadi tatapan khawatir seorang ayah pada anak perempuannya.

Seperti tatapan ayahku padaku.

Seperti tatapan ayahku pada ibuku. 

"Kamu mau minum, Kala?" Hugo menyodorkan wadah minum kecil berwarna hitam serupa termos mini padaku. Tanganku yang gemetaran berusaha memegang tempat minum itu di bantu oleh Hugo. Aku meneguknya sedikit, air hangat, dan perlahan kesadaran ku kembali. 

Aku mengerjapkan mata, suara deru angin masih berhembus di luar tenda. Sementara di dalam tenda, selain aku dan Hugo, ada berbagai macam barang. Barang-barang yang tidak ku pahami karena aku bukan pendaki profesional. Aku tidak pernah membawa barang-barang selengkap dan semahal ini setiap aku pergi ke gunung dengan ayahku.

Aku kembali mengerjapkan mata. Sekarang aku juga mulai menyadari bahwa aku bukan hanya duduk di peluk Hugo, tapi aku duduk di pangkuannya.

Hugo bertelanjang dada dan cuma memakai celana panjang berburu.  Sementara aku sendiri, minus selimut di punggungku; hanya memakai kaus hitam yang bahkan aku yakin ini bukan milikku. Tepatnya aku memakai pakaian yang bukan milikku dari ujung kepala hingga kaki. 

Tanpa sadar aku mengeluarkan suara seperti orang tercekik yang malah membuat Hugo buru-buru mendekatkan kembali wajahnya ke wajahku. Tubuhku menegang. Di saat yang sama, gemeletuk bibirku malah berubah menjadi cegukan. 

"Ugh." Ucapku tidak jelas. Suaraku  tertahan di tenggorokan. Susah payah berusaha menjauhkan tubuh tegap berotot Hugo dari tubuhku, tapi Hugo justru semakin mendekat dan mencium bibirku berkali-kali. 

Hugo baru berhenti mencium ku karena tidak kuat menahan tawa. Ia menertawai ciumannya yang selalu ku balas dengan suara cegukan. 

"I will kiss thousand times, cause you have done something bad."  

"Berhenti!" Aku berusaha menyembunyikan wajahku yang membara di lengkungan leher Hugo karena tidak ada tempat bersembunyi lain dan aku juga tidak bisa melepaskan pelukan Hugo di punggungku, "Jangan cium lagi."

"Kenapa?" Hugo tertawa pelan di lengkungan leherku. Hembusan nafas hangatnya menggelitik sampai aku mau menangis saking malunya. 

"Nggak mau."

"When you say no, it makes me want to kiss you more."

Aku memejamkan mata rapat-rapat, mengontrol perasaanku sebelum memberanikan diri keluar dari persembunyian untuk menatap mata Hugo yang membakar ku. 

Putus asa, aku buru-buru mengalihkan pembicaraan, "Kenapa Hugo bisa ada disini?"

"Karena kamu tidak datang." Jawab Hugo singkat. 

"Kenapa Hugo bisa cari aku sampai ke atas gunung?"

"Aku bakal cari kamu kemanapun Kala, bukan cuma ke atas gunung, ke ujung dunia, dimana pun, sampai aku menemukan mu."

"Apa aku bisa sembunyi dari Hugo?"

Hugo tersenyum kecil, "Nggak akan pernah bisa."

Kamu harus bertanggung jawab.   Semua ini karena doamu. Permintaan mu. 

Kamu harus bertanggung jawab. Kala

"Kalau seandainya aku bisa menghilang atau seandainya aku seharusnya mati di gunung,
Gimana dengan Hugo?"

"Aku ingin kamu, Kala. Setengah mati. Sampai mati." Jawab Hugo, bibirnya kembali  mencium ku tapi kali  ini tanpa senyum dan tawa, "kalau aku tidak menemukan mu, mungkin aku juga ikut mati."

Reminiscent (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang