Sinar mentari pagi ini terasa hangat menyapa. Cahayanya mengintip dari balik gorden menyentuh pipi putih kemerahan si pemilik Aurora itu
Semangat yang selalu ia pupuk itu entah sejak kapan menjadi motivasi dan energi yang tiada habisnya untuk menaklukan kerasnya hati seorang Alfian.
Meski sejatinya ia menyadari bahwa ia tak pernah akan mampu mengalahkan sosok sempurna seorang Aliefa, apalagi jika dilihat dari apa yang telah ia lakukan kepada pernikahan Aliefa.
Sepenuhnya ia mengerti, bahkan tak jarang juga jika penyesalannya itu selalu menjadi boomerang yang menghancurkan semangatnya setiap hari. Ia tau, sungguh Queena mengerti apa yang telah ia perbuat itu sama sekali tak termaafkan. Namun, nyatanya kebaikan Aliefa jugalah yang menyadarkan serta menyemangatinya hingga kini. Aliefa selalu mengatakan jika ia memang ditakdirkan untuk Alfian. Ayolah, Queena sendiripun tidak mengerti kenapa Aliefa yang sudah ia anggap kakaknya sendiri itu memiliki pemikiran seperti itu. Yah tapi tak dapat dipungkiri jika pernyataan Aliefa itu membuatnya semakin percaya diri, dan sangat bahagia tentu saja.
Pagi kak." Sapanya ceria
"Pagi Q."
Ya, entah sejak kapan tepatnya seorang Queena yang terlihat tegar itu selalu menunjukkan sikap manja d depan Aliefa, bahkan tak hanya sekali Ken selalu merasa kesusahan mendapatkan waktu yang hanya ada Ken dan Aliefa. Tak jarang juga Ken selalu terang-terangan mengusir dan menjauhkan Queena dari istri tercintanya. Ayolah, tidakkah Queena mengerti kerinduan Ken akan sosok Aliefa setiap waktunya.
"Jadi bagaimana kabar kalian Q?" Aliefa
Queena sedikit tersenyum lemah, bukan hal baru lagi jika ia selalu ingin menyerah meruntuhkan keteguhan hati seorang Alfian, tapi setiap hari juga Aliefa dan Ken memberikan semangat untuknya.
"Aku sangat yakin, hanya kamu yang mampu memahami Fian." Seakan Aliefa mengerti arti senyum Queena pagi itu.
"Entahlah, sejujurnya aku lelah dengan keras kepala yang dimiliki seorang Alfian."
Queena menatap tak selera pada piring yang terhidang masakan Aliefa yang selalu menggungah selera itu. Entah kenapa jika itu menyangkut Alfian Megantara, semua dunia serasa menghakiminya, seluruh dunia serasa mendorongnya untuk menjauh.
"Apa kakak yakin aku bisa, bukankah sudah hampir satu tahun ini saja, Alfian sama sekali tak melihatku. Tatapannya masih sama seperti saat kami pertama bertemu."
"Aku yakin, kamu lebih mengenalnya dibanding denganku Q." Jawab Aliefa seraya tersenyum lembut.
Queena menarik nafas dalam serta menepuk sedikit keras pipinya hinga terlihat memerah, dan itulah pemandangan pagi yang selalu menghiasi meja makan Aliefa dan Ken.
"Baiklah k, aku berangkat sekarang. Terima kasih sarapan dan semangatnya."
Aliefa dan Ken tersenyum melihat kegigihan serta energi yang tiada habisnya dari seorang Queena Abigail Hito.
***
Queena menarik nafas panjang. Ia masih belum beranjak dari besi beroda empat yang sejak 20 menit lalu terparkir d pelataran Megantara hotel itu, sungguh ini adalah usaha kesekian kalinya yang ia harap berhasil meluluhkan seorang Alfian megantara.
"K Aliefa bilang, hanya aku yang bisa mencairkan sisi hati beku Alfian." Itulah yang ia rafalkan selama 10 menit terakhir.
Dengan semangat yang ia pertahankan di tempatnya 100% itu. Ia berjalan dan tersenyum menyapa seluruh karyawan Megantara grup. Bukan hal tabu bagi pegawai Megantara grup jika setiap pagi mereka selalu disuguhi keramahan senyuman seorang Queena Abigail Hito.
"Pagi Agnes." Sapa Queena kepada sekretaris Alfian yang sejak tadi tersenyum hangat kepadanya.
"Pagi Q, Pak Alfian sudah menunggu anda sejak tadi."jawaban Agnes, meski sebenarnya itu hanyalah semangat untuk Q.
Queena tersenyum sumringah, meski sejatinya ia tau itu hanyalah kalimat penghibur dan semangat. Tp tak menutup kemungkinan kalimat itu mampu memupuk kembali semangat yang sempat menurun tadi.
Suara high heels memenuhi lorong dan itu terdengar hingga ruangan si pemilik tahta Megantara. Tangan yang sedari tadi cekatan memilah dokumen, kini beralih memangku kening. Entah ke berapa kalinya gadis itu hadir kembali mengganggu setia paginya yang cerah. Queena sangat gigih bahkan terlampau giguh untuk seorang Alfian. Dan yah, ia sangat mengerti Queena sangat keras kepala jika itu tentang tujuannya.
"Pagi Fian." Suara itu, suara yang selalu terasa berdenging mengganggu menyapa rungu Alfian. Sungguh, tidak bisakah Tuhan sekali saja menghilangkan suara menganggu itu.
Alfian menarik nafas jengah seraya masih fokus kepada beberapa dokumen yang berjejer d atas mejanya. "Sepertinya kau belum menyerah?" Jawab Fian acuh.
Lihat, itulah kata-kata menyakitkan Alfian yang selalu berhasil meruntuhkan semangat yang Queena pupuk sejak pagi tadi.
"Apakah Anda lupa siapa saya?, bukankah Anda tau siapa Queena Abigail Hito?" Jawab Queena jumawaAlfian tersenyum smirk, ia tau sungguh tau. Apa maksud Queena menekankan itu. Sejatinya Alfian amat sangat mengerti jika Queena adalah gadis gigih bahkan terlampau gigih. Dan sejujurnya Alfian cukup tertantang dengan kehadiran Queena.
"Pergilah, aku sibuk." Ketus Fian
"Baiklah, kita lihat seberapa lama lagi anda bertahan Tuan Megantara." Jawab Queena seraya berbalik tanpa lupa menyuguhkan senyuman hangat nan ramah untuk pagi Fian. Dan sialnya untuk sesaat Fian terpaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reflection
RomanceQueena Abigail Hito. Ya, dia seorang gadis yang selalu merasa sendiri. namun, tidak lagi setelah Ia bertemu dengan sosok yang menggerakan kembali hatinya yang beku dan dipenuhi dendam. "baiklah pak Alfian. Kita lihat, seberapa kuat anda bertahan de...