Pagi itu Alfian menyiapkan semua kemungkinan yang terjadi. Mengingat jika lawannya kali ini adalah seorang Bastian Abigail. Jadi dia tetap merasa sedikit waspada.
Sedikit lebih cepat dari jadwal yang Bastian tentukan. Kini Alfian tengah duduk menyesap satu gelas kopi. Beberapa kali Alfian melihat sekeliling mencari sosok yang membuat hatinya terasa panas. Namun nihil. Alfian tak menemukan laki-laki bernama Eldrich. Sungguh katakanlah dia kekanakan kali ini. Namun entah kenapa ingin sekali Alfian memperlihatkan kedekatannya dengan Bastian pada Eldrich.
"Sepertinya kau bersemangat menemuiku. Apakah ada yang kau inginkan?"
Alfian mengerutkan kening mendengar penuturan Bastian. "Senang bertemu dengan Anda, tuan Bastian Abigail."
"Kau terlihat lebih tampan dibandingkan fhoto yang bertebaran di internet."
Tawa Alfian mengudara mendengar pujian Bastian tentangnya.
"Bagaimana Anda mengetahui jika Alceena Xaviera adalah ibu saya?"
Bastian tersenyum tipis. "Kami berteman, tepatnya Sandra, istriku. Aku sempat mendengar pernikahannya dengan salah seorang pengusaha. Namun tidak di publikasikan. Sedikit banyak aku mengerti alasannya. Namun, setelahnya aku sama sekali tak mendengar berita apapun lagi tentangnya. Apa dia baik-baik saja?"
Alfian tersenyum sendu. Ia menunduk. "Ibuku meninggal sepuluh tahun yang lalu."
Tatapan Bastian membola. "Sepertinya bukan ranahku untuk bertanya lebih jauh. Kuharap kau mau menceritakannya pada istriku, Sandra."
"Saya tidak menyangka jika Anda salah satu sahabat ibu."
"Alceena wanita yang baik, dia periang percis seperti putriku Queena. Tentunya kau mengenal putriku bukan?"
Alfian tersenyum samar mendengar pertanyaan Bastian. Untuk saat ini dia hanya mengangguk sekali untuk menjawab Bastian.
"Sepertinya lain kali aku harus mempertemukan kalian." Bastian tertawa setelah mengucapkan kalimatnya.
"Sebuah kehormatan bagi saya, Tuan."
"Baiklah, kita kembali ke topik pertemuan kita. Aku yakin kau melihat kejatuhan salah satu perusahaanku bukan?"
Alfian hanya mendengarkan tanpa berniat menjawab apapun.
"Tentunya kau pun mengerti jika sebuah perusahaan masih ingin tetap berdiri. Maka harus ada merangkul sebagai pendukung."
Alfian tersenyum tipis. "Sepertinya anda menghubungi pihak yang tepat. Namun, apa jaminan untuk Megantara selama mendukung Abigail?"
Tawa Bastian mengudara. Kepercayaan diri yang tinggi dari seorang Alfian Megantara memang patut di acungi jempol. "Aku akan menyerahkan keseluruhan saham dari Abigail Hotel yang jaraknya tak jauh dari kantormu."
"Pertukaran yang cukup adil. Tapi ... Kurasa masih ada yang kurang."
Hening. Bastian menatap lurus Alfian. "Aku tentunya memberikan pilihan itu padamu. Kau bebas memilih salah satu perusahaanku dimanapun."
"Bagaimana jika aku tidak ingin salah satu dari perusahaanmu Tuan?"
Alis Bastian bertaut. Lalu tertawa setelahnya. Ia tau kemana arah pembicaraan Alfian saat ini.
"Mendengar tawamu, kurasa kau mengerti maksud kedatanganku saat ini." Ucapnya santai seraya menyesap kopi yang hampir dingin.
"Apa yang kau jaminkan selain dukungan Hazel?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Reflection
RomanceQueena Abigail Hito. Ya, dia seorang gadis yang selalu merasa sendiri. namun, tidak lagi setelah Ia bertemu dengan sosok yang menggerakan kembali hatinya yang beku dan dipenuhi dendam. "baiklah pak Alfian. Kita lihat, seberapa kuat anda bertahan de...