Dering gawai yang tak biasa di pagi hari mengejutkan Queena kala itu. Ia termenung dan menyeringai miris kala menatap nama yang menghiasi layar ponsel berlogo apel tergigit itu.
Gawai yang kian menjerit tak sedikitpun menarik perhatian Queena. Ia masih enggan menjawab panggilan telpon dari seseorang yang selalu mengatur hidupnya itu. Sejujurnya ia takut. Queena menarik nafas dalam sesaat sebelum menjawab panggilan yang dapat dipastikan hanya menyusahkannya itu.
"Hello sayang, apa kabar? Mama dan papamu besok tiba di indonesia. Jadi bisakah kau menjemput kami di bandara?"
"Ada perihal apa kalian mengunjungiku?" Queena tak ingin berbasa-basi jika itu menghadapi kedua orang tuanya.
"Bisakah kau bersikap sedikit lebih sopan pada kami?" Suara yang sudah dapat Queena pastikan jika ibunya tak terima.
Queena menyeringai, tidakkah mereka menyadari kesalahan mereka selama ini? Bukankah sejak awal mereka seakan menelantarkannya? Lalu ada apa tiba-tiba mereka datang ke indonesia dan menghubunginya kini?
"Papa merindukanmu Q." Suara yang selalu Queena harapkan sebagai pelindungnya itu seakan menyiratkan ambisi yang harus Queena terima meski ia tak ingin.
"Baiklah, aku jemput kalian besok." Jawabnya dan menutup saluran telpon tanpa menunggu respon dari ayahnya, Bastian Abigail Hito.
Queena menyeringai sedih, ia benar-benar tidak habis fikir. Apa kiranya ambisi mereka yang harus ia penuhi kali ini. Tidak bisakah mereka membebaskan Queena kali ini? Bukankah Bastian pernah berkata jika Queena mampu hidup mandiri dan mendirikan perusahaan dengan keringatnya sendiri maka kedua Abigail itu tak akan mengusiknya? Tapi ... Lihatlah sekarang, mereka ingin mengunjunginya. Dan Queena tau pasti kedua Abigail itu tidak akan menghubunginya jika tidak ada yang akan mereka pinta dari Queena.
"Apalagi kali ini Tuhan?" Gumamnya lemah
***
Pagi yang terasa sedikit hangat itu menyapa Alfian dengan ramah. Bagaimana tidak, semua yang dijanjikan Rein kemarin. Semua benar-benar tersaji di atas meja kebesarannya. Dan Alfian menyukai itu.
Amplop cokelat yang bertuliskan Abigail seakan menarik perhatiannya.
"Mari kita lihat siapa kalian." Seringainya
Alfian membaca lembar demi lembar. Namun, ia tertarik dengan informasi jika Bastian dan Sandra Abigail Hito merupakan pribadi yang ambisius. Alfian cukup terkejut dengan kenaikan saham dan properti yang mereka miliki dalam waktu terbilang cepat.
"Informasi yang menarik sekali."
"Segera atur pertemuanku dengan kedua Abigail." Tulisnya dalam pesan yang ia kirimkan pada Rein.
"Yes my lord." Jawab Rein jenaka
"Tidak ada yang bisa mengambilmu dariku, Queena Abigail Hito. Meski itu kedua orang tuamu sekalipun." Alfian menyeringai penuh keyakinan.
***
Waktu menunjukkan pukul 08.00, Queena sudah berada di bandara sesuai janjinya kemarin. Ia berusaha bersikap ramah menyambut kedatangan Bastian dan Sandra. Dan itulah topeng yang selalu ia gunakan di depan kedua orang tuanya.
"Hallo sayang. Seperti biasa, kau selalu terlihat cantik." Ucap Sandra seraya memeluknya.
"Mama juga selalu terlihat cantik."
"Kami akan sedikit lebih lama tinggal denganmu sayang."
Pernyataan Bastian seakan bencana bagi Queena. Ia terlalu lelah kembali mengingat kebersamaan dengan kedua orang tuanya itu. Lalu apa kata papanya tadi? Akan tinggal sedikit lebih lama. "Memangnya apa yang akan mereka lakukan di Indonesia." Ucapnya dalam Hati
"Baiklah."
"Bagaimana kabar butikmu itu, apa kamu yakin tidak ingin bantuan dari kami sayang?" Tanya Sandra
Queena tersenyum "tidak perlu Ma, aku ingin usaha dengan tanganku sendiri."
Sandra tampak menatap Bastian "tapi ... Bukankah pesaingmu bukan cuma perusahaan kecil? Maksud mama. Alangkah baiknya kamu mengambil alih perusahaan kami seperti dulu." Ungkap Sandra
Queena kembali mengingat jika ia dulu diberikan kewenangan mengurus Abigail Hotel. Namun, tak lama kemudian ia memilih mundur dan membuka perusahaannya sendiri meski kecil. Entah kenapa Queena nekad membuka Butik karena ia menyukai fashion.
Kecintaan Queena tentang Fashion benar-benar membawanya menjadi kepercayaan bekerja sama dengan beberapa brand yang bisa dibilang ternama di Indonesia.
Butik yang bisa dikatakan mewah itu ia labeli "Aurora"."Aku tidak bisa hidup di dunia kalian Ma, bukankah kita pernah membahas ini? Jadi ... tolong kalian jangan mengusik apa yang aku kerjakan." Tegas Queena
"Tak apa sayang, papa yakin kamu bisa." Bastian mengusap puncak kepala Queena.
Keheningan pun kembali mengiringi perjalanan mereka menuju kondominium Queena.
"Mama salut melihatmu sayang, kau bisa tinggal di kondominium yang nyaman seperti ini."
"Sudah pasti karena dia anak kita bukan?" Tambah Bastian
"Aku akan ke butik sebentar lagi, jadi istirahatlah kalian dengan nyaman."
Queena tau, Ia mengerti jika kedatangan Bastian dan Sandra ada maksud tertentu. Dan sungguh Ia belum siap mendengar lagi Ambisi yang harus ia jalankan seperti dulu.
Butik yang berjarak tak jauh dari kantor Megantara itu kini terasa menyesakkan bagi Queena. Hatinya selalu ingin berlari menemui pemiliknya. Rasanya ia seperti menyayat hatinya sendiri. Entah kenapa saat ini ia menyesali kedekatan jarak ini.
"Apa kabarmu Fian?" Queena tersenyum sendu dan menatap langit yang nampak awan bergelayut kelabu.
"Pagi Mba." Suara Asistennya, Fuzi. Mengejutkan lamunan Queena. "Hari ini mendung lagi ya mba, kira-kira kapan pemilik Aurora cerah kembali?" Tambah Fuzi
Queena menatap asistennya tak suka. Ia tau jika Fuzi mencoba menghiburnya. "Secepatnya, aku pastikan secepatnya." Jawab Queena seraya berlalu memasuki Aurora
Fuzi merasa iba kepada Queena. Entah apa kurangnya ia bagi lelaki yang bernama Alfian itu.
"Mba ... Kemarin ada email dari perusahaan Black rose. Sepertinya mereka ingin ke-ikut sertaan Mba Queena untuk proyek baru mereka."
"Proyek baru? Maksudmu untuk winter tahun ini? Sangat mengejutkan jika Black Rose percaya padaku."
"Jangan seperti itu Mba, bukankah sudah tidak diragukan lagi kemampuan Mba Queena di bidang Fashion dan Desainer."
Tawa Queena mengudara "iya aku tau, tidak ada yang bisa mengalahkan kinerjaku saat ini." Jawab Queena jumawa.
"Kurasa tahun ini akan menarik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Reflection
RomanceQueena Abigail Hito. Ya, dia seorang gadis yang selalu merasa sendiri. namun, tidak lagi setelah Ia bertemu dengan sosok yang menggerakan kembali hatinya yang beku dan dipenuhi dendam. "baiklah pak Alfian. Kita lihat, seberapa kuat anda bertahan de...