kejatuhan Abigail candy

0 0 0
                                    

"Aku yakin kau cukup pintar untuk memilih pada siapa kau akan berpihak bukan?" Seorang lelaki penuh ambisi tersenyum sinis.

***

"Mas, apa kau melihat berita pagi ini?" Nada bicara Aliefa sarat akan kekhawatiran kala ia menghampiri suaminya, Ken.

"Aku sudah melihatnya, dan aku sama sekali tidak percaya jika Om Bastian melakukan hal ceroboh seperti itu." Ken sangat mengenal Bastian. Dan ia yakin Bastian tidak akan berlaku ceroboh seperti yang diberitakan saat ini.

"Aku ingin menemui Queena Mas." Pinta Aliefa

Kekhawatiran Aliefa akan Queena sungguh tak mampu ia sembunyikan sedikitpun. Meski sejatinya ia tau bagaimana hubungan Queena dengan kedua orang tuanya. Namun tetap saja Aliefa tak ingin berita tentang Abigail Candy membuat Queena bersedih.

Tiga bulan sudah setelah kejanggalan yang terjadi dengan grafik penurunan penjualan Abigail candy, kini semua memuncak. Semua kejanggalan itu muncul di permukaan. Pemberitaan-pemberitaan miring tentang Abigail Candy dan pemberitaan yang menyatakan adanya kesalahan pembuatan permen yang mengakibatkan beberapa konsumen setia mengalami efek samping yang tidak seperti biasanya itu mulai ramai menghiasi media sosial. Dan semua itu jelas menjadi titik balik dari kekokohan berdirinya Abigail Candy.

Banyak sekali para demonstran yang mencaci serta menghardik di depan pabrik Abigail Candy. Semua kalangan mengutarakan kebencian serta kekecewaannya atas kelalaian Abigail candy. Tak sedikit pula yang mengatakan jika Abigail Candy hanya menjual racun yang dilabeli permen dengan rasa menggiurkan. Semua terjadi karena rasa yang berubah dari permen buatan Abigail candy, tak sedikit yang mengatakan jika rasa cenderung berbeda serta tidak ramah pada gigi dan gusi.

Konsumsi dalam jumlah kecil memanglah tidak terlalu menunjukkan efek samping, namun ... Jika di konsumsi terus menerus serta dalam jumlah yang melebihi batas. Permen yang biasanya ramah untuk kesehatan gigi itu malah berbanding sebaliknya.

Bastian termenung kala ia melihat banyaknya review tentang perubahan rasa ataupun permen yang dirasa tidak sehat dan tidak memberikan rasa yang konsumen inginkan. Sungguh itu berbanding terbalik dengan tema yang Abigail keluarkan sendiri. "From you to you" untuk permen yang beredar saat ini benar-benar sebuah kesalahan besar.

Queena berlari tergopoh menghampiri Bastian dan Sandra yang saat ini tengah duduk di depan televisi yang ramai akan pemberitaan Abigail candy.

Queena menatap Sandra yang amat sangat terpukul melihat semua pemberitaan itu. "Pah." Suara Queena serak dan lemah sarat akan kekhawatiran.

Sandra memeluk Queena seraya menangis pilu. "Semua telah dimulai cutiepie." Ucap Bastian.

Queena mengerutkan keningnya.

Bastian tersenyum miris seakan mengerti apa yang putrinya fikirkan. "Papa tidak menyangka jika mereka bertindak secepat ini."

Tatapan Queena berubah tajam. Ia mengerti sekarang, Bastian benar. Mereka terlalu lengah saat ini.

"Apa kau percaya pada papamu ini cutiepie?"

Queena masih menatap Bastian dengan ketermanguan. Hatinya sakit kala melihat Sandra yang masih menangis pilu  dalam pelukannya. Queena sangat mengerti jika perusahaan permen ini adalah perusahaan yang ibunya sayangi. Entah apa alasannya Queena tak mengerti, tapi yang pasti Bastian mendirikan Abigail Candy untuk ibunya.

"Aku sama sekali tidak pernah berniat mengecewakan siapapun." Sandra meracau.

Queena memahami perasaan ibunya. Ia mengerti jika kejatuhan fatal ini menyakiti hati ibunya. Ia pun memeluk ibunya erat seraya mengelus lembut punggung sang ibu guna menguatkannya.

"Apapun yang papa lakukan nanti. Papa harap kamu percaya pada keputusan papa."

Alis Queena bertaut. Ia sama sekali tidak mengerti apa yang dimaksud ayahnya itu. "Aku tidak akan menentang papa selama bisa mengembalikan senyuman mama." Jawab Queena yakin.

Bastian menyeringai puas. Lihatlah, darah seorang Abigail memang mengalir dalam diri putri semata wayangnya, Queena.

Queena berdiri mematung di balkon kondominiumnya. Matanya menatap langit yang nampak teduh itu. Semilir angin meniup surai kecoklatan miliknya. "Apa yang sebenarnya Bastian rencanakan." Fikirnya. Queena yakin jika ayahnya bukanlah seorang yang akan ceroboh seperti ini.

Sejenak ia mengingat kembali pertemuannya dengan Alfian kemarin. Hatinya kembali berdenyut nyeri kala ia harus merelakan Alfian bersanding dengan perempuan selain dirinya.

"Apapun yang terjadi, aku akan memberikan gaun pernikahan impianku itu padamu." Ucapnya sendu.

Jerit gawai menarik Queena dari lamunannya. Ia bergegas mengambil benda pipih berlogo apel tergigit itu yang berada di tempat tidurnya itu. "Ken?" Gumamnya.

"Q, apa kau baik-baik saja?" Suara dari seberang sana terdengar lembut namun khawatir.

Queena tersenyum sendu kala mendengar suara yang menelponnya adalah Aliefa. Seorang yang dulunya amat ia benci itu kini Queena anggap sebagai kakaknya sendiri.

"Aku baik-baik saja."

Ada keheningan sesaat kala Aliefa mendengar suara Queena yang bergetar. "Rencananya Aku dan Ken akan berkunjung ke rumahmu sore ini."

Queena terharu dengan sikap yang ditunjukkan Aliefa. Ia bersyukur mengenalnya. Ia mengerti kenapa Andrean teramat mencintai dan mengagumi sosok Aliefa.

"Sepertinya aku ingin makan siang enak hari ini." Ucapnya manja.

Terdengar tawa Aliefa di sebrang telpon. "Aku akan membuatkan makanan kesukaanmu. Pastikan kau habiskan." Jawabnya.

Queena tersenyum mengingat kebaikan Aliefa padanya. Itulah yang Queena inginkan saat ini. Support dari orang-orang terdekatnya. Dan hanya Aliefa juga Ken lah yang memberikan itu.

Queena menatap sendu gawai yang menampilkan fhotonya dengan Andrean. Matanya memanas, tangis yang tak pernah henti jika mengingat Andrean kini kembali membanjiri pipi. "Aku bahagia mengenal Aliefa, mas." Gumamnya.

Tangisan Queena kian tergugu kala ia mengingat Alfian. Pertemuannya dengan Aliefa membawanya hingga titik ini. Takdir mempertemukannya dengan Alfian hingga Tuhan menaruh rasa di hati Queena untuk Alfian.

Ia menepuk dadanya yang berdenyut nyeri. Sungguh, ia sangat ingin mencurahkan semua keluh kesahnya pada Aliefa. Namun, ia tak ingin merusak persahabatan Aliefa dengan Fian. Pun dengan Ken yang akhir-akhir ini hubungan keduanya terlihat mulai membaik.

Queena menangis dalam diam. Namun tanpa ia ketahui jika saat ini ada Bastian yang menatapnya sendu. Bastian berjalan perlahan dan memeluk putri semata wayangnya itu. "Maafkan papa cutiepie."

Queena menegang, ia terkejut dengan kehadiran ayahnya. Dan Bastian menyadari itu. Tangis yang teredam semakin tergugu kala Bastian memeluk erat seraya mengelus punggung bergetar Queena. Biarlah untuk kali ini saja ia terlihat rapuh di depan ayahnya, Bastian. "Apa Tuhan membenciku Pah?"

Suara Queena yang bergetar menyubut hati Bastian. Ia sama sekali tidak mengerti apa yang dialami putrinya selama ini. Meski sejujurnya Bastian selalu meminta orang kepercayaannya untuk memantau Queena dari jauh. Namun, ia tak mengerti apa yang putrinya rasakan saat ini.

"Menangislah cutiepie, keluarkan semuanya."

Baru kali ini Bastian melihat putrinya menangis pilu. Bastian menatap langit kala ia merasa matanya memanas. "Aku telah gagal menjadi ayah bagimu." Ucapnya lirih.

ReflectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang