kejutan yang gagal

0 0 0
                                    

Queena masih merengut setiap melihat Alfian yang sejak pagi setia menemaninya di rumah sakit. Ia masih kesal mengingat suaminya itu mengundur resepsi pernikahan mereka.

"Kemana senyummu hari ini зая (zaya)?" Tanya Alfian seraya menyuapi Queena apel yang sebelumnya telah ia kupas.

"Aku kecewa padamu." Jawab Queena kesal.

Alfian menghela nafas pelan seraya tersenyum kecil. "Aku tidak ingin membahayakan kalian." Jawabnya santai.

Tatapan Queena membola, ia ternganga.

Alfian tersenyum dan menangkup wajah istrinya. "Terima kasih зая (zaya)." Ucapnya seraya mengecup singkap bibir istrinya.

"Tapi...., bagaimana. Bagaimana kau tau?" Cicit Queena seraya menunduk.

Alfian tersenyum. "Kau tidak akan pernah bisa menyembunyikan apapun dariku зая (zaya)." Tuturnya jumawa.

Queena mendengus. Bibirnya semakin merengut sebal. "Kau tidak seru sekali."

Alfian tertawa. Dia mencium setiap inchi wajah istrinya dan memeluk erat Queena. "Aku bahagia, sangat. Aku berjanji akan menjaga kalian sekuat tenaga." Alfian mengurai pelukannya, ia menatap lekat Queena dengan kedua ibu jari yang mengusap lembut pipi istrinya itu. "Terima kasih." Bisiknya.

Queena tersenyum. Hatinya terasa hangat saat melihat binar bahagia dan kesungguhan dari mata suaminya, Alfian. "Aku mencintaimu милая (milaya)." Ucapnya bergetar dan mengecup bibir Alfian.

Alfian tersenyum. Perasaan hangat Queena seakan turut mengisi hatinya. Perasaan kesal dan marah hari kemarin seakan menghilang, menguap tak bersisa. Alfian menarik tengkuk Queena dan memagut bibir istrinya lembut.

Queena melenguh. Hatinya berdesir halus. Ciuman Alfian terasa lembut, dan tidak menuntut. Namun membuat Queena begitu bahagia.

Hembusan nafas beradu kala Alfian melepas pagutannya. Kening yang menyatu seakan menyiratkan betapa bahagia dua insan itu kini. "I love you зая (zaya)." Bisik Alfian lembut.

Queena menangis haru. Setitik air mata mengalir membasahi pipinya. "Kau bahagiaku милая (milaya). Kau dan buah hati kita." Tutur Queena seraya membawa tangan Alfian untuk mengelus perutnya yang masih terlihat rata.

"Sepertinya aku masuk di saat yang tidak tepat." Suara yang begitu Queena kenal mengejutkan suasana hangat keduanya.

"Kakak."

"Hai Q, aku langsung kemari saat Alfian memberi kabar tentang kehamilanmu." Tutur Aliefa seraya menghampiri Queena yang tersenyum hangat padanya. "Selamat Q. Aku turut bahagia mendengarnya." Ungkap Aliefa jujur.

Queena mendelik sebal ke arah suaminya yang dijawab dengan ringisan Alfian.

"Suamimu terlihat bahagia Q." Ken bersuara seakan mengerti arti tatapan Queena untuk Alfian.

"Tapi aku sebal, padahal aku ingin memberi kejutan untuknya. Seperti saat kak Aliefa memberikan kejutan untukmu waktu itu Ken." Sungutnya kesal.

Terdengar tawa dari arah pintu masuk ruangan rawat inap Queena. Tatapan Queena membola. Ia menangis saat melihat jika kedua orang tuanya kini tengah berjalan menghampirinya.

"Papa sangat bahagia mendengar berita ini cutiepie." Ungkap Bastian. Seraya mengecup puncak kepala Queena.

"Apa Alfian yang memberitahu kalian?" Tanya Queena kesal di dalam pelukan Bastian.

Tawa Bastian mengudara. "Kenapa cutiepie? Kau sepertinya kesal."

"Aku kesal padanya." Tutur Queena seraya menunjuk Alfian yang kini tengah duduk di sofa yang tak jauh dari tempat tidurnya.

ReflectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang