benang takdir

3 0 0
                                    

"siapkan semua perlengkapan. Aku tidak ingin melihatnya selamat." Seringai iblis terukir di wajahnya.

***

Queena meringis di depan kediaman Aliefa dan Ken. "Rasanya aku terlalu bersemangat." Rutuknya kala menatap benda bulat di pergelangan kirinya yang menunjukkan waktu masih jam tujuh pagi.

Bukan terlalu semangat, sebenarnya sejak semalam tidurnya tidak nyenyak. Rasanya ia gugup kala memikirkan jika hari ini akan ia habiskan seharian bersama Alfian. "Rasanya seperti kencan berkedok mengasuh Raja." Gumamnya.

"Selamat pagi kakak. Dimana keponakanku yang tampan dan lucu itu." Sapaan ceria menyambut kediaman Aliefa juga Ken.

"Apa kau tidak terlalu pagi datang kemari Q?" Tanya Ken sarkastik.

Queena mencebik. Kenapa akhir-akhir ini Ken tampak menyebalkan. "Aku tidak sabar bertemu keponakan tampan ku." Elak Queena.

"Semangat bertemu Raja, atau bertemu yang lain?" Sindir Ken.

Queena merengut kesal mendengar sindirian Ken. Meski hatinya tak mengelak. Ken benar jika semangatnya pagi ini bukan hanya karena Raja. "Kurasa akan sangat menguntungkan kedatanganku yang pagi-pagi sekali ini bukan?" Ungkap Queena jumawa.

"Queena benar Mas, lihatlah itu sayang, tantemu sudah datang menjemput." Suara Aliefa dari belakang Ken mengejutkan keduanya.

"Hai ponakan tante. Uuu kau selalu terlihat tampan dan menggemaskan." Queena sedikit berlari dan mengambil Raja dari gendongan Aliefa.

"Lihatlah sayang, tantemu bahkan sengaja berdandan sangat cantik khusus untuk hari ini." Sindir Aliefa.

Queena memutar bola matanya malas . "Suami istri sama saja." Rutuknya.

"Perlengkapan Raja sudah aku simpan disini Q." Ucap Aliefa seraya menyerahkan tas berukuran medium yang sudah terisi penuh kebutuhan Raja.

Ken bergerak tak nyaman sembari memandangi jam yang menjulang tinggi di ruang tamunya. "Kenapa Alfian lama sekali."

"Bukankah kau sendiri yang menyuruhnya datang pukul delapan tepat?" Queena menjawab sebal.

"Selamat pagi." Suara yang berhasil menarik seluruh perhatian Queena menyapa rungu penghuni kediaman Aliefa dan Ken.

"Syukurlah kalian berdua sama semangatnya untuk hari ini." Sindir Ken. Dan Aliefa tertawa melihat sikap suaminya pagi itu.

Queena meringis melihat Alfian yang sudah datang lebih awal dari yang dijanjikannya kemarin.

Tatapan Alfian tertuju pada Queena. Untuk beberapa saat tatapan keduanya saling mengunci. Entah kenapa mata keduanya seakan menyiratkan kerinduan.

"Apa kau sengaja berdandan setampan itu untuk hari ini?" tanya Ken sarkastik.

Alis Alfian bertaut. Setelahnya ia tersenyum jumawa. "Bukankah sejak dulu aku memang tampan?"

Ken mendengus sebal mendengar jawaban yang terdengar jumawa dari Alfian. Berbeda dengan Aliefa yang tertawa melihat keakraban suaminya dan Alfian. Pun Queena ternganga melihat sikap yang baru pertama kali ini Alfian tunjukan.

Memang tak mampu dipungkiri jika style Alfian kali ini nampak santai casual hingga semakin menunjukkan ketampanan dari seorang Alfian Megantara.

"Apa ini perlengkapan Raja hari ini?" Tanya Alfian yang di angguki Aliefa kemudian.

"Sebaiknya kita berangkat sekarang Q."

Suara yang terdengar ramah di rungu Queena entah kenapa justru membuatnya terpaku. Mendengar itu seakan ada perasaan hangat menelusup hatinya tanpa permisi hingga Queena merasa ada beribu kupu-kupu terbang menggelitik di dalam perutnya.

Aliefa tertawa melihat keterkejutan Queena yang sangat kentara karena kalimat Alfian. "Sebaiknya kau bergegas Q, Alfian tidak akan menunggumu melamun lebih lama lagi." Ejeknya.

Queena merengut sebal. Aliefa dan Ken memang keterlaluan kali ini. Kenapa mereka senang sekali membuatnya terlihat konyol di depan Alfian. Meski tak dipungkiri jika semburat merah menghiasi kedua pipinya karena malu.

Alfian nampak mengerutkan kening kala Queena tetap memangku Raja. "Apa ... Tidak sebaiknya menaruh Raja di Carseat?" Tanya Alfian kala keduanya berada di mobil Alfian.

Queena cukup terkejut mendengar pertanyaan Alfian yang tiba-tiba itu. "Aku tidak ingin meninggalkan keponakan lucuku di belakang sendirian." Jawab Queena seraya menciumi pipi chubby Raja.

Alfian menatap Queena seraya tersenyum lembut. "Jadi kemana kira-kira tujuan kita?"

"Sebaiknya kita ke seaworld saja. Raja masih kecil untuk dibawa bermain terlalu jauh."

"As you wish." Suara yang berat itu entah kenapa saat ini sangat ramah menyapa rungu Queena.

Sepanjang perjalanan hanya dipenuhi dengan tawa Raja dan celotehan Queena yang sesekali menjahili Raja. Dan semua itu tak lepas dari pandangan Alfian. "Sepertinya Raja cukup dekat denganmu."

"Tentu saja, sejak dia pertama lahir ke dunia. Aku adalah orang pertama yang menyapanya." Jawab Queena jumawa.

Alfian tertawa pelan kala mendengar jawaban Queena diluar dugaan. "Kau lucu sekali." Alfian menyentuh puncak kepala Queena spontan.

Sesaat keheningan melingkupi keduanya. Bukan hanya Queena yang terkejut menerima perlakuan Alfian. Bahkan Alfian sendiri pun terkejut atas apa yang dilakukannya saat ini.

Alfian berdehem pelan. "Aku turut bersedih tentang perusahaan Abigail candy." Ucapnya mengalihkan.

Tatapan Queena sendu. "Mama yang paling terpukul melihat semua pemberitaan itu."

"Aku tau." Jawab Alfian.

Queena mengerutkan kening kala ia tak mengerti maksud dari jawaban Alfian. Apa yang ia tau memangnya. Bukankah Alfian sama sekali tak pernah bertemu kedua orang tuanya?.

Perjalanan yang hanya membutuhkan waktu dua puluh menit dari kediaman Ken itu kini mengantarkan Queena dan Alfian yang juga membawa turut serta Raja bersama mereka tiba di Seaworld.

"Sudah sejak lama sekali aku tidak kemari."

Alfian tertawa melihat sikap Queena yang cenderung antusias kali ini "Seberapa lama sampai kau terlihat lebih antusias dibanding Raja?"

Queena berdecak sebal mendengar penuturan Alfian. Dan tentu saja mengundang tawa Alfian. Lihatlah betapa beruntungnya Queena hari ini. Banyak sekali ekspresi baru yang Alfian tunjukkan untuk pertama kalinya di depan Queena.

"Biar aku yang mendorong stoller ini. Kau berjalanlah disampingku." Titah Alfian lembut seraya mengambil alih stroller dari tangan Queena.

Queena terkesiap, matanya berkedip tak percaya dengan sikap yang ditunjukkan Alfian hari ini. Dan tentu saja sukses membuatnya semakin jatuh hati. Dan ia hanya mampu mengangguk dengan senyum yang tak luntur terukir di wajahnya.

"Banyak sekali pasangan suami istri muda yang datang berkunjung d akhir pekan ini." Ucap Queena kala melihat ramai pengunjung.

"Iya, sama seperti kita saat ini."

Mata Queena membola. Lagi-lagi ia dikejutkan dengan sikap Alfian. Dia selalu diluar prediksi Queena. Dan tentu saja Queena merasa senang mendengarnya. "Apakah kami benar-benar terlihat seperti sepasang suami istri?" Bathinnya.

"Jangan sampai kau tertinggal." Ucap Alfian sedikit berteriak kala menyadari ketermanguan Queena atas sikapnya. Dan tentu saja mengundang tawa bagi Alfian.

Queena menatap Alfian yang berjalan disampingnya. Hatinya menghangat dan sejenak ia melupakan kesedihannya tentang pernikahan yang Alfian siapkan. Biarlah Queena sedikit bersikap bodoh kali ini. Sungguh, ia hanya ingin sekali saja merasakan kehangatan yang begitu ia inginkan bersama Alfian selama ini.

Bolehkah ia berharap jika benang merah takdirnya memang terpaut pada Alfian. Bolehkan ia sedikit berharap meski kemungkinannya kecil sekalipun. Bolehkan Queena berharap jika perasaannya tak bertepuk sebelah tangan?

ReflectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang