Matahari bahkan masih enggan menyapa pagi itu. Namun, Queena seakan antusias mengingat permintaan mertuanya untuk berkunjung ke rumah utama Megantara. Sejujurnya ia hanya tidak bisa tidur setiap mengingat jika akhir pekan seperti saat ini, ia harus mengunjungi mertuanya itu.
Waktu masih menunjukkan pukul enam pagi, dan Queena sudah berjibaku dengan semua bahan-bahan yang akan ia buat kue untuk dibawa ke rumah utama nanti. Sesekali ia melirik tangga yang tak jauh dari dapur. Queena menghela nafas saat ia tak kunjung melihat tanda-tanda suaminya itu.
"Kenapa dia susah sekali bangun pagi ini." Gerutunya dengan tangan yang sibuk mengaduk adonan kue.
Entah kenapa Queena merasa jika masih ada yang Alfian sembunyikan tentang keluarganya itu. Alfian seakan sengaja menjauhkan ia dari kedua orang tuanya bahkan Julian Megantara sang adik ipar.
Satu jam berkutat dengan adonan kue, Queena tak juga melihat tanda-tanda suaminya itu bangun. Jangan sampai dia membatalkan kunjungan hari ini. Ayolah, dia bahkan sudah menyiapkan kue buatannya untuk ia berikan pada kedua mertuanya itu. Pikir Queena.
Queena berkacak pinggang seraya tersenyum jumawa kala menatap hasil karyanya pagi ini. Kue red velvet kesukaannya berhasil dia buat. Dia menuruti semua ajaran Eldrich padanya. Namun, ia sedikit meringis kala mencoba sedikit kue buatannya yang rasnya sedikit berbeda dari Eldrich. Bahunya terkulai. "Rasanya masih sedikit berbeda." Gumamnya kecewa.
"Apa yang berbeda." Suara berat dan serak membuat Queena terkejut.
"Aku membuat kue kesukaanku sesuai yang di ajarkan Eldrich. Tapi ... entah kenapa rasanya masih berbeda." Tuturnya.
Alfian masih sibuk menciumi tengkuk dan leher Queena yang saat ini dalam pelukannya. "Tidak perlu harus sama percis. Karena menurutku, kue buatanmu yang kau bawakan ke kantor dulu pun rasanya sangat enak." Ungkapnya jujur.
Queena menggeliat saat Alfian tak melepaskan pelukannya yang disertai cumbuan di leher dan tengkuknya itu. Ayolah, ia bahkan masih berkeringat saat ini. Kenapa suaminya itu malah terasa semakin erat memeluknya seperti ini. Batin Queena.
"Aku masih berkeringat милая (milaya)."
Alfian menyeringai di sela cumbuannya pada leher jenjang istrinya yang sedikit berkeringat. "Aku menyukainya." Bisiknya di telinga Queena.
Queena mencebik, kenapa suaminya itu betah sekali mencumbu tengkuknya seperti ini. "Mandilah lebih dulu selagi aku membuatkan sarapan untuk kita." Ucap Queena seraya melepas pelan pelukan suaminya dan sedikit menjauh.
"Bagaimana jika kita batalkan saja kunjungan hari ini?" Pinta Alfian.
Queena melebarkan matanya. Ia memukul lengan suaminya. "Cepat mandi. Aku tidak akan membatalkan kunjungan kita hari ini." Tuntun Queena.
Queena menghela nafas lelah saat Alfian mulai beranjak dari dapur dengan bahu terkulai. Ia tersenyum geli saat melihat raut wajah suaminya yang sangat jelas terlihat enggan mengunjungi kedua orang tuanya itu.
Setengah jam sudah ia menyiapkan sarapan paginya dan tersenyum saat aroma sabun antiseptik menyeruak pada indra penciumannya. Matanya menatap sosok yang selalu membuat hatinya berdegub kencang itu.
Alfian yang hanya memakai celana pendek dengan kaus berkerah warna midnight blue seakan membuat Alfian terlihat semakin tampan dimatanya.
"Kita sarapan dulu зая (zaya)." Titahnya saat melihat Queena akan beranjak ke kamar mereka. Alfian tau, istrinya itu pasti akan membersihkan diri dan ia jamin itu akan semakin menyita waktu sarapan mereka. Dan Alfian tak ingin jika istrinya melewatkan sarapan bahkan saat ia terlihat sedikit kelelahan menyiapkan kue untuk dibawanya ke rumah utama Megantara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reflection
RomanceQueena Abigail Hito. Ya, dia seorang gadis yang selalu merasa sendiri. namun, tidak lagi setelah Ia bertemu dengan sosok yang menggerakan kembali hatinya yang beku dan dipenuhi dendam. "baiklah pak Alfian. Kita lihat, seberapa kuat anda bertahan de...