“jadilah kuat
untuk dirimu sendiri."
Gus Fachrul merasa bersalah akan perkataannya tadi. tidak seharusnya ia menolak diberikan makanan oleh istrinya, kan? dan sekarang, ia berniat untuk meminta maaf pada istrinya kesayangannya itu. ia mengirimi long teks berisi permintaan maafnya.
ia memijat pangkal hidungnya sendiri. chat yang tadi ia kirimkan hanya dilihat saja oleh istrinya. istrinya tak membalas satu pesan pun yang ia kirimkan. "aish, apa semua perempuan seperti ini, jika sedang marah? mereka hanya membaca chat, tanpa membalasnya." Gus Fachrul sedikit kesal karna chat yang ia kirimkan tak dibalas satupun oleh istrinya. tapi, ia harus meredam kekesalannya. toh, ini juga salahnya, kan?Gus Fachrul berniat menghubungi Ustadz Zaki untuk meminta Ustadz Zaki mengembalikan plastik yang berisi makanan yang telah istrinya buat untuk dirinya.
"halo? ada apa Gus?" tanya Ustadz Zaki dari sebrang sana.
"eumm.. apa risol buatan Zahra masih ada?"
"sedang kumakan ini Gus. ada apa memangnya?"
"Zahra sepertinya marah deh, sama saya. daritadi saya chat nggak dibales-bales.. cuman diread doang."
dari sebrang Ustadz Zaki tertawa. ia menertawakan Gus-nya. Gus Fachrul mendengus kesal saat dirinya ditertawakan. "ya, itu salah Gus sendiri! tadi nggak mau nerima, hanya karna 'sudah kenyang'. ya, pasti ning Zahra marah, dan--kecewa lah."
"Gus bisa bayangin sendiri. ning udah capek-capek buat, eh, Gus-nya malah kek gitu. nggak mau makan risol buatannya. emm.. ana akui, risol buatan istri Gus, enak banget loh.. isi didalamnya juga banyak. kalau boleh sih, ana mau minta dibikinin lagi."
"heh, nggak bisa nggak bisa! enak aja nyuruh istri saya buat bikinin lagi untukmu! kalau mau, bikin sendiri!"
"mau bikin dimana Gus? disini nggak ada Gas. nggak ada kompor juga. ada pun, hanya bisa digunakan untuk memasak lauk untuk santri makan."
"yaudah, tinggal beli. gitu aja kok repot."
"sekarang, kamu ke ruangan saya. bawa risol-risol buatan istri saya." suruh Gus Fachrul
"aih, enak aja! nggak bisa gitu. sekarang risolnya udah jadi milik ana Gus! Gus nggak berhak untuk memintanya kembali."
"itu buatan istri saya, kalau kamu lupa Zaki!"
"lah Gus aja tadi nggak mau nerima. ya, mending, ana terima. daripada nggak nerimanya sama sekali kan? ya, setidaknya ana menghargai. nggak kayak Gus."
"APA KAMU BILANG?!!"
"bener kan? udah ah, ana tutup telfonnya ya, Assalamu'alaikum!"
"waalai--" belum selesai Gus Fachrul menjawab salam, telfon sudah dimatikan secara sepihak oleh Ustadz Zaki. sialan memang dia!
Gus Fachrul mengacak rambutnya prustasi. ia harus apa sekarang? minta maaf secara langsung pada Zahra? tapi apakah perempuan itu mau memaafkannya?
Brak!
pintu didobrak secara kasar oleh seseorang.
"ASSALAMU'ALAIKUM GUS FACHRULL!"
"bisa tidak, kalau masuk tuh, ketuk pintunya dulu? nggak usah main dobrak-dobrak seperti itu, Rezaa! nanti kalau pintunya rusak, siapa yang mau ganti? hah?!"
"nggak perlu diganti Gus. cukup diperbaiki saja sama Mang Ijal." ujar Ustadz Reza sembari mendudukkan bok*ngnya dikursi panjang.
Mang Ijal itu, seorang tukang yang dipekerjakan untuk memperbaiki sesuatu di pondok. rumah Mang Ijal juga tak terlalu jauh dari pondok pesantren Al-Huda.
"Gus"
"apa?"
"Gus dapet salam tau, dari Mba Fian. dan--ini." Ustadz Reza menaruh paper bag diatas meja. tepat dihadapannya Gus Fachrul. entah apa isi didalam paper bag itu. "Mba Fian ngasih itu, untuk Gus. katanya, semoga Gus suka sama pemberian darinya." jelas Ustadz Reza
Gus Fachrul mengernyit. "apa itu?"
Ustadz Reza mengedikkan bahunya. "entahlah."
karna penasaran dengan isinya, Gus Fachrul pun membuka paper bag itu. "baju dan--sarung?"
"ini, ambil. untuk kamu saja." ucap Gus Fachrul sembari menyodorkan paper bag itu pada Ustadz Reza.
"why? kok dikasih ana? Gus nggak suka?"
"saya sudah mempunyai banyak baju dan sarung. jadi, untuk kamu saja, Reza."
"dengan senang hati ana menerimanya, Gus." Ustadz Reza mengambil paper bag yang disodorkan Gus Fachrul. "terima kasih loh, ini Gus."
"Ya."
"eum.. saya mau tanya. kalau semisal perempuan lagi marah, kita sebagai laki-laki harus ngapain?"
"ya, minta maaf lah, Gus! pake nanya lagi."
"ngomong-ngomong.. kenapa Gus nanya kayak gitu? Zah--ah, maksudnya ning Zahra lagi marah sama Gus?" hampiirr saja Ustadz Reza keceplosan memanggil Zahra tanpa embel-embel 'ning'. huhh.. bisa-bisa ia kena Ta'zir oleh Gus galaknya itu. memang, Gus Fachrul kalau lagi mode ngasih Ta'zir sama santrinya, hukuman nya nggak main-main.
"Iya. saya sampai bingung mau minta maaf dengan cara apa. soalnya, saya minta maaf lewat chat, cuman diread doang.. mau minta maaf secara langsung, tapi kata Ummi saya, Zahra sedang pergi dengan dua kakak perempuan nya."
"yaudah, Gus nunggu ning pulang aja. habis itu, baru minta maaf. kalau bisa sih, Gus kasih sesuatu buat ning. ya, itung-itung sebagai tanda minta maaf Gus padanya."
"kasih sesuatu? seperti apa maksudnya?" Gus Fachrul masih tak faham dengan ucapan yang dilontarkan oleh Ustadz Reza.
"ya, semisal sesuatu yang ning sukaa. Gus tau kan, apa yang ning sukai? pasti tau dong.. masa iya, suaminya nggak tau."
"kalau yang saya tau sih, Zahra lebih suka sama hal yang berbau manis-manis, dan--seblak."
"seblak? di belakang pondok ada yang jualan seblak tau Gus." Ustadz Reza memberitahu pada Gus Fachrul kalau di belakang pondok Al-Huda ada penjual seblak. "kebetulan, baru buka kemarin-kemarin." lanjutnya.
"sudah pernah nyobain?" Ustadz Reza langsung mengangguk. "bagaimana rasanya?"
"enak. enak banget malah Gus! satu porsi isinya banyak. harganya cuman sepuluh ribu doang."
"murah banget harganya.." cicit Gus Fachrul
"iya, murah Gus. rasanya juga enak! patut direkomendasikan."
"heum.. yasudah, nanti kamu antarkan saya beli itu."
"Siapp!!"
Jangan lupa Vote and
komennyaaa😗❤
KAMU SEDANG MEMBACA
GADIS GENDUT MILIK GUS MUDA
RomanceCerita ini, menceritakan seorang perempuan yang bernama Chamelia Zhafira Az-Zahra. yang dimana, perempuan ini slalu dihina hanya karna bentuk tubuhnya yang gendut. namun, tak disangka-sangka Gus muda yang bernama Muhammad Fachrul Hidayatullah ini, k...