⚜GGMGM 10⚜

8.9K 304 1
                                    


























"Abi abi. Fachrul mau ngomong dong, sebentarr ajaa"

Kyai Shaleh yang aslinya sedang membaca koran itupun ia langsung menutup korannya.  "apa?"

"emm.. perempuan yang Fachrul suka, dia......" Gus Fachrul menggantung ucapannya.

Kyai Shaleh berdecak kesal. padahal ia sudah siap mendengar penuturan langsung dari anaknya, namun, anaknya malah menggantung ucapannya.  "kalau ngomong, jangan setengah-tengah!"

"hehe.. maaf bi,"

"trus trus. gimana? kamu udah bilang kan, ke dia, kalau kamu, suka sama dia? ahh.. abi tebak, perempuan itu, anak pondok sini kan? siapa? apakah dia seorang Ustadzah?"

"dia hanya santri biasa bi.."

"abi kira, Ustadzah. tapi, it's okey. selagi perempuan itu, pilihan kamu, abi nggak akan ngelarang, ataupun mengekang nya. tapi, kamu sudah mastiin kan, kalau dia, perempuan baik-baik?"

"yap, sudah"

"trus trus? lanjutkan omongan kamu yang tadi. dia kenapa? suka sama kamu balik? ah, sudah pasti iya dong? anak abi ini kan, gantengnya nurunin dari abinya"

"abi apaan sih. Fachrul biasa aja. nggak ada ganteng-gantengnya sama sekali!"

"dia.... hmm.. kan, tadi Fachrul udah ngungkapin perasaan Fachrul, trus dia mungkin agak syok kali ya, kalau Fachrul suka sama dia. nah, Fachrul juga kan, bilang, kalau Fachrul mau menjadikan dia istri Fachrul. kira-kira dia mau apa enggak. ya, Fachrul emang sengaja ya, ngomong kayak gitu. kan, takut dia nya aslinya nggak mau, tapi kepaksa nerima, cuman karna nggak mau bikin Fachrul kecewa. dan ternyata, dia mau. padahal, Fachrul tuh, udah ngira bakalan ditolak. ehh.. ternyata tidak,"

"nanti kita ke rumah dia ya, abi?"

"iya, nanti kita kesana. mau nge-khitbah kan?"

"iyalah.. masa iya, mau konser"

"emm.. Fachrul tadi ngizinin dia buat pulang dulu, ke rumahnya. nggak papa kan, abi?"

"berapa hari?"

"cuman 2 hari doang kok! emm.. abi, nge-bolehin kan?"

"iya.. asalkan tidak lama-lama pulang nya"

Gus Fachrul mengangguk.











Malam hari :

Malam hari telah tiba. waktu yang paling enak untuk bersantai. dimalam hari juga, waktu yang paling tenang, dan juga sunyi.

para Santri sudah pada pulang, dari diniah. setelah selesai mengajar, Gus Fachrul menjalankan kewajibannya untuk ikut meronda / berjaga-jaga dimalam hari, sesuai jadwalnya, yaitu bersama Ustadz Zaki, dan juga Ustadz Reza.

Gus Fachrul menghela nafasnya panjang.  "huffttt.. kenapa sih, ana harus dapat jadwal sama ente-ente?!"

"yeilah Gus.. namanya juga TAKDIR. nggak bisa dituker lagi. karna sudah ketetapan dari Allah" ucap Ustadz Reza

"seperti biasa aja. ente Zak, cek bagian belakang pondok, plus depan pondok putra, dan kamu Rez, cek bagian tempat santri wati. takutnya ada yang nyoba kabur. dan ana.. sisanya,"

"baik Gus!"

"udah sono pada pergi. jangan lupa nyalain senternya!"

"siap Guss" setelah itu, Ustadz Reza dan juga Ustadz Zaki pun menjalankan bagiannya sendiri-sendiri untuk meronda malam ini.










Gus Fachrul menyusuri jalanan yang nampak sepi. angin malam selalu menyelimuti nya. untung saja, ia memakai almamater pondok. jadi, ia tidak merasa kedinginan.

"Tolongg" samar-samar ia mendengar suara jeritan meminta tolong. ia tidak tau, itu suara siapa.

Gus Fachrul menghadap ke belakang, guna mencari sumber suaranya.  "suara siapa itu?!"

ia nampak melihat kondisi sekitarnya. gelap, dan--sunyi. tapi, yang tadi itu, suaranya siapa? seperti seorang perempuan yang sedang meminta pertolongan..

Gus Fachrul tak sengaja menatap obyek ada didepannya. Gudang? apa perempuan yang tadi meminta tolong itu, berada digudang? lalu, ia hendak meminta tolong?

Dorr! Dorr! Dorr! Dorr! Dorr!!

(anggap aja itu suara pintu gudang yang digedor / diketuk kencang, oleh Gus Fachrul)

"apakah ada orang di dalam?" tanyanya

"i-iya ada. tolongin saya pleasee.."

Deg!

Gus Fachrul sangat mengenali suara itu..

ia pun mencoba untuk mendobrak pintu gudang. dobrakan pertama, ia tetap tidak bisa dibuka. dobrakan kedua pun begitu. namun, disaat dobrakan ketiga, pintu pun terbuka. menampilkan seorang perempuan yang sedang duduk meringkuk. badannya bergetar. apakah ia sedang menangis? . Gus Fachrul pun mendekat ke arah perempuan itu. lalu ia berjongkok. guna menyeimbangkan tinggi nya.  "kamu tidak apa-apa?"

perempuan itu mendongakkan kepala nya. Gus Fachrul dibuat menganga, ketika melihat wajah perempuan itu.  "za-zah--ra? ka-kamu ngapain ada disini?"

Zahra tak menjawab apapun. ia kembali meringkuk. memejamkan matanya ditumpukkan kedua tangannya.  "ta-takut Gus.." lirihnya

"saya ada disini. jangan takut"

"kita pulang ke pondok ya? saya antar kamu, sampai ke depan pondok putri" tutur Gus Fachrul

Zahra mengangguk. ia pun berdiri. begitupun dengan Gus Fachrul.  "ayo," mereka berdua pun pulang ke pondok. Gus Fachrul mengantarkan Zahra sampai ke depan pondok putri.











"loh? Gus Fachrul? Gus kok ada disini? bukannya Gus tadi yang nyuruh ana buat nge-cek bagian pondok santri wati? kenapa sekarang Gus yang ada disini?"

"saya habis nganterin Zahra, sampai ke depan pondok putri. tadi, saya nemuin dia yang berada didalam gudang. jadi, saya anterin aja sekalian. takutnya dia nggak berani pulang ke pondok sendirian"

Ustadz Reza manggut-manggut.  "kenapa dia ada didalam gudang? bukannya gudang itu, tempat yang sudah tidak terpakai, dan--tidak boleh dimasukki ya?"

Gus Fachrul mengedikkan bahunya.  "saya tidak tau"

"Zahra nggak cerita gituh, sama Gus Fachrul?"

"tidak. dia tidak cerita"

"aneh nggak sih, Gus?"

"hm, iya"

"Gus, ayo cek CCTV!"

"mau nge-cek apaan? kalau kamu mau tau alasan kenapa Zahra bisa ada di gudang, itu, tidak bisa. karna, di gudang saya tidak naruh CCTV"

"ana cuman pengen tau aja, kenapa Zahra bisa tiba-tiba terdapat beberapa luka lebam. kayak, orang habis dihajar, atau dipukulin gituh,"

"berarti, sekarang kita harus ke ruangan CCTV?"

Ustadz Reza mengangguk. "Yes of course"

(Nb : ruangan CCTV terletak disamping ruangan para Ustadz.)

"yaudah. ayok kita kesana," mereka berdua pun beralih menuju ruangan CCTV.




















Jangan lupa kasih vote, and
komennyaa❣️

GADIS GENDUT MILIK GUS MUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang