⚜GGMGM 75⚜

1.9K 122 4
                                    

Gus Fachrul menatap sebuah kertas yang dipegangnya, yang berupa surat perjanjian pernikahan antara dirinya, dan juga Ning Nazwa. ia akan memberikan surat itu kepada Nazwa ketika 1 hari setelah selesai pernikahan. ia juga berniat akan memberitahukan hal ini pada kedua orang tuanya Nazwa. agar semisal sudah waktunya untuk berpisah, orang tuanya Nazwa tidak terkejut akan hal itu.

"Menurutmu, Kyai Mumtaz, sama Bu Nyai Hafsah, setuju tidak, akan hal ini?" tanya Gus Fachrul pada Syarif

"Orang tua mana Gus, yang menginginkan pernikahan anaknya hanya sampai usia 2 bulan saja?" kata Syarif

"Iya juga ya," perkataan nya Syarif, memang ada benarnya. memangnya ada, orang tua yang menginginkan anaknya menikah, hanya sampai 2 bulan saja? tentu tidak ada.

"Apalagi kan, Ning Nazwa itu, anak pertamanya mereka, anak kesayangannya juga lagi! sudah pasti mereka tidak ingin pernikahannya Ning Nazwa hanya sampai 2 bulan saja," ucap Syarif

"tapi, semoga saja sih, mereka menerima hal ini," lanjut Syarif

"Iya, Aamiin.." Gus Fachrul mengaminkan ucapannya Syarif

**********

Ustadz Imam terbangun disuatu tempat yang ia juga tidak tau, itu tempat apa. "Ini, dimana ya.." cicitnya. ia berjalan, sambil mengamati lingkungan sekitarnya. hingga, ia tak sengaja melihat ada satu perempuan, yang sedang memegangi gelang berwarna hitam. perempuan itu berkata seorang diri, "lihat saja nanti, akan ku buat pernikahan kalian hancur! se-hancur hancurnya!! hahahahahaha" perempuan itu tertawa keras

Ustadz Imam melototkan matanya mendengar hal itu. "menghancurkan pernikahan orang tuh, nggak baik mbak!" ujarnya

sepertinya, perempuan dihadapan Ustadz Imam tak mendengar ucapannya Ustadz Imam. karna perempuan itu sibuk menatap gelang yang sedang dipegangnya. "Mbak! heh, denger nggak sih, tuh orang?" Ustadz Imam melangkah mendekati perempuan itu. ia mencoba menoel-noel pundak perempuan itu. "Mbak, mbak, ente denger nggak tadi, apa yang Ane ucapin?" Ustadz Imam merasa ada yang aneh. ia merasa, kalau dirinya ini bagaikan angin yang berlalu saja. pasalnya, apa yang ia ucapkan, perempuan itu seperti tak mendengar apapun, saat dirinya menoel-noel pundaknya juga perempuan itu seperti tak merasakan apapun.

tatapan Ustadz Imam kini beralih menatap gelang yang di pegang perempuan dihadapannya. "gelang itu, bukannya gelang yang pernah Reza pakai, yah?" ucapnya. ia yakin seratus persen jika gelang yang di pegang perempuan itu, adalah gelang milik Reza. karna, ia pernah melihat Reza memakai gelang itu! tapi, pertanyaan cuman satu. Reza kan, belum menikah.. kenapa perempuan yang ada dihadapan Ustadz Imam ingin menghancurkan pernikahannya? sedangkan, Reza belum menikah sama sekali.

"Imam, bangun!!!!" Ustadz Imam dikejutkan oleh suara itu. ia perlahan bangun dari tidurnya.

"sshhh.." ia memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit.

"kepalaku sakit banget," lirihnya

"Ente kenapa? masih sakit? mau izin, nggak berangkat kegiatan?"

Ustadz Imam menatap pria yang ada dihadapan nya. rupanya, dia termasuk pengurus keamanan. ia mengernyitkan dahinya, merasa heran. kegiatan?? "hmm.. kegiatan? kegiatan apa?"

"kegiatan sore."

"hmm.. sepertinya Ane ngga berangkat dulu. kepala ku sakit banget," ucapnya

"yasudah kalau begitu," pria itu beranjak dari tempat duduknya. "nanti, pengurus kesehatan akan kesini, buat ngasih Ente obat. mau di temanin sekalian? biar ngga sendirian di kamar?" tawar pria itu

"tidak perlu, Ane sendirian saja ngga papa."

"baiklah. Ana permisi dulu ya, mau lanjut keliling," pamitnya, lalu pergi dari sana

Ustadz Imam mengangguk pelan.

"yang tadi itu, apa ya?" Ustadz Imam masih bingung akan mimpinya yang tadi.

"itu, petunjuk, atau memang hanya bunga tidur saja?"

pikiran Ustadz Imam berkecamuk. ia merasa sangattt bingung. namun, ia juga tak bisa menemukan jawabannya. setiap kali ia memikirkan hal itu, kepalanya terasa semakin sakit. "sshhh.. kenapa malah makin sakit, sih?!" kesalnya

"sial! sial!"


💫💫💫💫


"Dek, mau anggur nggak?" tawar Cici dengan membawa satu piring yang berisikan anggur.

Zahra mengangguk antusias. "MAUUUU!!"

"ini, ambil aja,"

Zahra langsung mengambil dua buah anggur untuk ia makan. ia memasukkan kedua buah anggur itu secara bersamaan ke dalam mulutnya. "heum.. anggurnya sangat-sangat manis! enak-enak,"

Cici juga ikut makan anggur itu. "heum.. iya, bener dek, manis."

Zahra tiba-tiba terdiam sesaat. karna memikirkan sesuatu. "Kak,"

"hmm?"

"tadi kan, aku melihat tubuhku dari pantulan kaca, ternyata, tubuhku makin gendut," ucapnya

"lo gendut kan, karna emang lagi hamil dek,"

"tidak sedang hamil juga, aku udah gendut kak," kata Zahra

"gimana ya, reaksinya Gus Fachrul nanti kalau ngeliat Aku makin gendut kayak begini?" lanjutnya

"lo tinggal bilang kalau lo itu sedang hamil. udah, beres!"

Zahra masih tak puas mendengar jawaban dari kakaknya. "kalau yang gw lihat-lihat sih, si Fachrul tuh, bukan tipikal orang yang mandang fisik sih.. buktinya, dia mau nikahin elo, meskipun tubuh lo sedikit emm.. berisi? kalau tentang hal ini, gw yakin, dia juga nggak akan mempermasalahkannya. karna kan, lo juga sedang hamil anaknya dia, dek.."

"Oh ya, bagaimana soal janin yang ada di perut lo itu? sehat nggak?" tanya Cici. ia sedikit penasaran dengan kondisi janin didalam perut adeknya. ia juga baru kali ini menanyakan tentang hal ini. karna, ia baru saja pulang dari liburannya ke Bali, bersama teman-teman nya.

"sehat kok,"

"bagus deh, kalau kayak gitu."

"bentar lagi, Kak Dara mau nikah. kalau Kak Cici, kapan?" goda Zahra

"nantian. Hamzah lagi nyari duit dulu, buat nikahin gw. kalau duitnya udah ada, baru, kita bisa nikah!" ujar Cici. Zahra hanya manggut-manggut mengerti

















Klik👇🌟👌

GADIS GENDUT MILIK GUS MUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang