⚜GGMGM 67⚜

2.2K 115 3
                                    

Kalau ada typo, tandain oke?

Keyboard lagi rusak.
















Ustadz Imam rasanya ingin tertawa ketika melihat objek di depannya. ke-empat perempuan yang mengatakan kalau dirinya seorang pengurus itu, terlihat ketakutan ketika melihat beberapa barang-barang yang melayang di udara. dan pastinya Ustadz Imam tau siapa yang melakukan hal itu. "Bagus Yordhan!" ucap Ustadz Imam dalam hatinya. berharap Yordhania mendengar suara hatinya.

"pergilah. biarkan mereka menjadi urusanku. Aku ingin bermain-main sebentar dengan mereka."

"Oke. tapi kau harus tau batas, mengerti?!"

"Hmm" Ustadz Imam tak ingin jika namanya tertulis di buku Ta'ziran hanya karna ulah Yordhania.

Ustadz Imam melihat situasi dulu. apakah ke-empat perempuan itu sedang menatapnya atau tidak. setelah dirasa ke-empat perempuan itu tak sedang menatapnya, ia segera masuk ke kawasan Santri Putri. ia sangat yakin jika perempuan bercadar itu berada disana. "baru kali ini, Ana masuk ke kawasan ini hanya untuk mencari seorang perempuan." Ustadz Imam memang biasanya pergi ke Pondok Putri hanya untuk memperbaiki sesuatu yang rusak disana, atau sesuatu penting lainnya. dan ini pertama kalinya ia pergi ke Pondok Putri hanya untuk mencari seorang wanita yang tadi sudah mencelakai Ning-Nya.

Ustadz Imam menatap lingkungan sekitarnya. Sepi. satu kata untuk menggambarkan suasana disana. "Pondok Putri sedang sepi. Jadi, peluang untukku menemukan perempuan itu sangat besar." Ustadz Imam sangat yakin jika dirinya dapat menemukan perempuan itu.

"eh, suara siapa tuh?" celetuk Ustadz Imam ketika ia tak sengaja mendengar seseorang yang sedang berbicara didalam suatu ruangan. karna Ustadz Imam itu orangnya kepoan, jadi lebih baik ia mengecek--ah, tidak. lebih bagus untuk mendengar pembicaraan orang itu, dahulu bukan? barulah ia mengeceknya.

Ustadz Imam menempelkan telinganya di pintu, untuk mendengarkan suara seseorang yang berada didalam. "Kenapa harus ada Gus Fachrul sih?!! harusnya Gus Fachrul nggak ada disitu! harusnya Gus Fachrul juga nggak nolongin si Zahra! biarkan aja dia jatuh."

"Hmm.. kenapa Ana merasa suaranya itu, sangat tidak asing ya?" Ustadz Imam mencoba mengingat suara perempuan yang berada di ruangan itu.

"Ustadz, kenapa kemarin Ustadz nggak berangkat? Ustadz pas itu sedang sakit ya, makanya tidak berangkat?"

"Ustadz, bolpoin ku habis. boleh pinjam bolpoin milik Ustadz nggak?"

"Ustadz, tulisannya kurang jelas. bisa agak dibesarin nggak?"

"Gus Fachrul itu, suka makanan apasih, Tadz? Ustadz tau nggak?"

"kalau semisal setelah pulang diniah Ustadz ketemu sama Gus Fachrul, tolong salamin ya? minta tolongg banget"

"Oh ya, Ana ingat! perempuan yang suka cari perhatian nggak sih? yang namanya Nasywa Nasywa itu?" Ustadz Imam bergidik. mengingat seberapa caper nya perempuan itu terhadap laki-laki yang mempunyai wajah yang sedikit, emm.. Tampan? terlebih lagi sama Gus Fachrul. perempuan itu sangat-sangat CAPER!

"ah, tidak-tidak. Ana nggak boleh su'udzon dulu. siapa tau, suaranya cuman mirip doang, kan?" karna ingin memastikan siapa perempuan itu, Ustadz Imam memberanikan diri untuk membuka pintu ruangan itu. memberi celah sedikit untuk melihat orang itu.

Klek!

Ustadz Imam bernafas lega kala dirinya dapat membuka pintu itu, sedikit, dan hanya menimbulkan suara secuil.

GADIS GENDUT MILIK GUS MUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang