⚜GGMGM 84⚜

1.4K 99 6
                                    

Zaki, Reza, dan juga Imam kembali menuju Pondok Putra. Jalan yang mereka lalui, adalah jalan yang sering dipakai oleh orang-orang yang ingin pergi menuju Pondok Putra. "Ana masih nggak expect banget sih, Kalau Ning Nazwa dapat melakukan hal itu, ke Ning Zahra." Ucap Zaki "Kayak, kok bisa loh, dia melakukan itu? Tidak takut dihukum apa?" lanjut Zaki

"Lah, emangnya bakal di hukum?" tanya Imam

"Menurut ente? Tidak?" Imam langsung mengangguk. Karna, ia pikir jika hal seperti itu tidak akan mendapatkan hukuman. Seperti yang ia lihat, Abinya Gus Fachrul sangat sayang dengan Ning Nazwa.

"Tidak, kan?"

"Ya, di hukum lah! Bagaimana mungkin Gus Fachrul membiarkan begitu saja, Jika seseorang yang hampir mencelakai kandungan nya Ning Zahra, tidak diberikan hukuman apapun?"

"Sama Santrinya saja dia tegas banget, Apalagi jika tentang itu?"

"Tapi, yang ane denger-denger sih, katanya Abinya Gus Fachrul bestie-an ya, sama Abinya Ning Nazwa juga?" Tutur Reza

"Apa apa?! Bes-bestie-an?? Maksudnya gimana?" Zaki masih tak paham dengan yang dikatakan oleh Reza

"Iya, bestie-an. Seperti, sahabatan gitu," jelas Reza

"Ente tau darimana?" tanya Imam

"Nggak tau. Ane nggak sengaja dengar, dari segerombolan Santri. Tapi, Ane juga nggak tau yang ngomong itu, siapa."

Zaki dan juga Imam ber 'oh' ria.

"Eh, Tapi, kan Ning Nazwa itu, sudah menjadi Ning disini, dia, bakal ngajar kitab juga nggak? Atau enggak? Kayak Ning Zahra?" tanya Zaki

Imam dan juga Reza mengedikkan bahunya acuh. "Tidak tau. Mungkin iya, Mungkin tidak." jawab Reza

"Eh, Pas itu, kata Gus Fachrul apa yah? Alasan Ning Zahra tidak mengajar kitab?"

"Karna, memang tidak diperbolehkan oleh Gus Fachrul–Nya."

"Kenapa bisa tidak diperbolehkan yah?" Imam bingung dengan itu.

"Mana ku tau! Tanya sendiri saja, Mam!"

••••••••••••••••••

Gus Fachrul sudah memberitahu kepada Ummi dan juga Abinya. Jika, Ning Nazwa telah mencampurkan sebuah obat penggugur kandungan pada minumannya Ning Zahra.

Saat Gus Fachrul memberitahu hal itu, nampaknya kedua orangtuanya sama-sama terkejut. Mereka sangat tidak menyangka jika Nazwa akan melakukan hal seperti itu kepada Zahra.

Ummi Laeli menggoyang-goyangkan lengan suaminya. "Bagaimana ini, Bi?"

"Abi berpikir dong, agar hal ini tidak akan terjadi lagi!!"

"Ummi nggak mau ya, Jika cucu pertama kita, yang berada di kandungan nya Zahra sampai kenapa-kenapa."

"Abi juga nggak mau!" timpal Abinya Gus Fachrul

"Yaudah, Abi pikirin cara apa kek."

"Abi harus bersikap tegas ya, Tentang hal ini, Jangan layu kayak sayuran!" kata Ummi Laeli

Pintu kamar Ummi dan juga Abinya Gus Fachrul terbuka.
Dan ternyata, yang masuk ke dalam kamar mereka adalah, Gus Fachrul.

"Bagaimana? Dimana Nazwa?" to the point Abinya Gus Fachrul. Memang, ia meminta Gus Fachrul untuk memanggilkan Nazwa untuk datang, dan membicarakan mengenai hal ini.

"Maaf, Bi, Saat Fachrul ke kamarnya, ternyata Ning Nazwa sedang tidur."

"Hmm, benarkah?"

Gus Fachrul mengangguk. Ia berkata benar. Ketika ia masuk ke kamarnya Nazwa, dia memang melihat, Jika Nazwa sedang tertidur di atas ranjang.

"Yasudah. Kita tunggu saat dia bangun saja."

Gus Fachrul mengangguk setuju.

•••••••••••••••••••

Nazwa membuka selimut yang menutupi tubuhnya. Ia beruntung. Dirinya tidak ketahuan oleh Gus Fachrul saat dirinya sedang telfonan dengan Seseorang. Dan ia yakin. Jika Gus Fachrul mengira jika dirinya sedang tidur

"Halo?"

"Nazwa???"

"Kenapa kamu diam saja?" Orang yang dibalik telfon itu, terus bertanya. Mengapa Nazwa tiba-tiba diam. Tanpa mengucapkan sepatah kalimat pun.

"Halo?"

"Ya, aku disini" Nazwa menggunakan nada lirih. Agar orang-orang yang lewat di depan kamarnya tidak mendengar suaranya.

"Jadi, bagaimana?"

"Cara pertama tak berhasil. Dan bahkan, sepertinya mereka sudah mengetahui. Tapi beruntung. Kita mempunyai 3 cara lagi."

"Jadi, apa yang akan kamu lakukan nantinya?"

"Menggunakan cara kedua."

"Cara kedua ya? Hmmm.. Sepertinya itu bagus."

"Yeah, Semoga saja cara kedua ini berhasil. Atau, jika tidak berhasil, Semoga cara yang ketiga berhasil."

"Ya, Aku berharap juga seperti itu."

****************

"Yordhan?!!!" Imam terkejut. Ketika melihat jika Yordhania tiba-tiba datang, dan memunculkan dirinya. Karna, akhir-akhir ini ia tidak melihat hantu tampan yang blasteran itu.

"Darimana saja kamu? Kenapa Aku tidak dapat menemukan mu? Padahal, Aku sudah mencarimu kemana-mana."

Yordhania tersenyum tipis. "Saya tidak kemana-mana."

"Dan---kenapa kamu mencariku?"

"Apakah ada sesuatu yang terjadi kepadamu?" Tanya Yordhania

"Tidak ada. Tapi, terkadang Aku heran. Mengapa Aku terkadang seperti mendapatkan potongan-potongan kejadian yang tiba-tiba saja terlintas di kepala?"

Yordhania menepuk pundaknya Imam. "Aku tau, Apa yang kau katakan."

"Dan--bukankah itu, bagus? Kau dapat mengetahui hal-hal yang akan terjadi?"

"Jadi, semuanya itu----"

"Ya. Rekaman kejadian yang tiba-tiba saja terlintas di pikiran mu itu, Memang benar-benar akan terjadi."

"Tapi---terkadang setelah itu kepala ku menjadi pusing..."

"Tidak apa-apa. Hanya pusing sebentar. Nanti, juga akan hilang. Dan--pada intinya, Kamu, jangan terlalu memikirkan hal itu. Karna itu akan membuat kepalamu semakin sangat pusing."

"Tenang... Aku juga akan membantu kamu. Menghadapi itu. Jangan merasa sendirian,"

"Aku disini,"

GADIS GENDUT MILIK GUS MUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang