اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيّدِنَا مُحَمَّدٍ
"Manusia yang paling berakal ialah manusia yang suka menerima dan meminta nasihat"
- Sayyidina Umar Al Khattab
Ke-esokan hari nya:
hujan turun, membasahi kota jakarta. jalanan menjadi sangat licin, akibat rintikan air hujan.
"Ummi.. sepertinya, kita tidak bisa pergi ke pantai, saat ini" ucap Gus Fachrul
"lihatlah.. diluar sana, hujan deras" lanjutnya
"iya, gimana kalau diundur saja, menjadi besok?" ujar Kyai Shaleh
"itupun, kalau besok nggak hujan sih.."
Ummi Laeli menghela nafasnya panjang. lalu tersenyum tipis. sebisa mungkin, ia menerima hal ini. yaa.. walaupun aslinya, ia sangat ingin pergi ke pantai. "hmm.. yaudah deh,"
Ting!
Gus Fachrul mendapatkan notifikasi masuk, dihandphone nya. ia segera membuka nya. dan--ternyata, itu dari operator. ia memberitahukan bahwa, kuota miliknya, sudah habis.
"Ummi, abi.. sepertinya Fachrul harus pergi deh.."
"mau kemana? diluar masih hujan.." ucap Kyao Shaleh
"hmm.. mau beli kuota dulu. kuota nya udah habis,"
"kalau masalah hujan, tenang! Fachrul perginya pakai payung. jadi, bajunya nggak bakal bisa basah,"
"yasudah. hati-hati,"
Gus Fachrul mengangguk, lalu melenggang pergi.
"ada uangnya tidak?" tanya Ummi Laeli dengan suara yang agak sedikit kencang. agar anaknya dapat mendengar suaranya.
"ada Ummii" jawab Gus Fachrul dari jarak yang tidak terlalu jauh.
•°•°•°•°•°•
Gus Fachrul sibuk mencari-cari orang yang jualan kuota. biasanya, ada conter, yang jualan kuota/handphone, kok nggak ada ya? "dimana sih, tempat nya?! perasaan, dulu.. disini. apa.. udah pindah ya?" gumamnya
Gus Fachrul tak sengaja melihat spanduk yang dimana, disitu tertulis, sedia apa saja. mungkin, mereka juga menyediakan voucher handphone kali ya? tanpa babaibu lagi, Gus Fachrul langsung pergi menuju warung tersebut.
"Assalamu'alai--loh, kamu?!!"
"kamu ngapain disini?! mbolos?!!"
"Astaghfirullahalazim.. enggak Gus.. tapi..." Zahra tak bisa melanjutkan ucapannya. masa iya, ia mau terang-terangan kalau dirinya habis membeli pembalut, diwarung ini?! kan, bisa hancur reputasi nya menjadi santri teladan.
Gus Fachrul menatap ke bawah. tepat ke plastik transparan yang dipegang oleh Zahra. "ohh.. itu," ia menjadi faham, setelah ia melihat ke arah plastik transparan itu.
Zahra merasa malu. pembalut milik nya, yang baru saja dibeli, sudah dilihat oleh Gus nya. yaitu, Gus Fachrul.
"mau pulang?" tanya Gus Fachrul
Zahra mengangguk. "pengennya sih, gitu Gus.. tapi, masih hujan.."
"pakai payung saya aja,"
"nanti, Gus Fachrul pulang nya pakai apa?"
"tidak usah memikirkan saya," Gus Fachrul memberikan payung nya untuk dipakai Zahra. "ini!"
"tapi Gus..."
"saya nggak tau nama kamu siapa, yang intinya, kamu tinggal pakai aja! bisa kan?!"
Zahra menerima payungnya. saat ini, ia tidak bisa menolak lagi pemberian dari Gus Fachrul. "ba-baik Gus.."
"sekarang, kamu langsung pulang ke pondok saja. daripada disini terus, nanti, hujannya makin lebat" titah Gus Fachrul
Zahra mengangguk. ia langsung melenggang pergi, meninggalkan Gus Fachrul.
"kira-kira, nama gadis itu, siapa ya?"
"ah, ngapain saya mikirin nama gadis itu! buang-buang waktu aja,"
daripada pusing-pusing mikirin nama gadis yang tadi, mending Gus Fachrul langsung saja membeli voucher ataupun kuota untuk dirinya.
Skip!!
Gus Fachrul sudah selesai mengisi voucher / kuota untuk handphone nya.
ia ingin segera kembali ke pondok pesantren, namun.. melihat kondisi yang masih hujan, ia jadi bingung. mau ditrobos aja, atau.. menunggu hujannya reda?
"trobos aja kali ya?" tanyanya kepada dirinya sendiri.
"auah. masa bodo, mau bajunya basah, atau enggak. yang penting, saya bisa langsung balik ke pondok" Gus Fachrul langsung ngacir. ia tak memperpedulikan hujan yang masih turun.
"Assalamu'alaikum,"
"waalaikumsalam, loh? baju kamu kok basah, Fachrul? kamu habis hujan-hujanan ya?" tanya Kyai Shaleh serius.
Gus Fachrul menyengir. hingga memperlihatkan deretan giginya yang putih bersih, nan rapih. "hehe.. iya abi,"
"bukannya kamu tadi pakai payung ya? kemana payungnya?"
"emm.. itu, tadi kan ada santri putri, yang habis ke warung.. nah, Fachrul nggak tega, kalau dia pulang dengan keadaan baju yang basah. jadi, dengan sukarela, Fachrul memberikan payungnya, ke santri putri itu"
Kyai Shaleh manggut-manggut. "yasudah,"
"mending, sekarang, kamu ke kamar mandi, trus ganti baju. jangan pakai-pakaian yang basah! nanti, kamu bisa masuk angin!" perintah Kyai Shaleh
Gus Fachrul mengangguk antusias. "baik, abi!" Gus Fachrul langsung melenggang pergi, menuju kamarnya.
Jangan lupa kasih vote, ataupun
komennyaaa💗
KAMU SEDANG MEMBACA
GADIS GENDUT MILIK GUS MUDA
RomanceCerita ini, menceritakan seorang perempuan yang bernama Chamelia Zhafira Az-Zahra. yang dimana, perempuan ini slalu dihina hanya karna bentuk tubuhnya yang gendut. namun, tak disangka-sangka Gus muda yang bernama Muhammad Fachrul Hidayatullah ini, k...