21. Rekaman Suara

1.2K 59 41
                                    

Hallo 😚, maaf ya baru bisa up malem-melem gini, tadi siang belum sempet hehehee....

Jangan lupa follow lapak ini!!!

||Happy Reading||





Pagi ini Herlin sudah siap dengan seragam sekolahnya, ia berjalan santai menuruni anak tangga. Namun raut wajahnya berubah kala melihat ada Varen di ruang tengah.

Pria itu sedang duduk di sofa dengan leptop di pangkuannya, karna ia sudah pamit pada Bella dan Zergan. Herlin memutuskan langsung berangkat saja.

Tapi saat ia hendak lewat di hadapan Varen, Pria itu malah menahannya dengan suara yang berat "Sopan kamu begitu? kenapa gak pamit dulu sama Papa?" Tanya Varen.

Herlin hanya diam sebari menatap datar kearah Pria itu, ia marah, kesal, dan kecewa pada Ayahnya. Haruskah ia memaafkan Varen? Ya, Herlin tau dirinya adalah anak remaja yang masih labil, belum mengerti apa arti hidup yang sebenarnya.

Ia juga tidak tau bagaimana masalalu Ayahnya, begitu juga Varen yang tidak tau bagaimana proses Putrinya tumbuh sampai sebesar ini.

Karna mereka tidak pernah saling terbuka.

"Herlin. Ingat jauhi laki-laki itu, Papa gak mau kamu terpengaruh hal buruk dari cowok berandalan kayak gitu." Tegas Varen meletakkan leptop nya ke atas meja.

Tanpa mengubris ucapan Ayahnya, ia langsung keluar dari pintu utama. Namun belum sempat berjalan lebih jauh ia di cegat oleh Sofia yang entah sejak kapan ada di depan rumahnya.

"Kamu kenapa sayang? gak usah di dengerin apa kata Papa kamu. Arga anak yang baik, Tante dukung kamu sama Arga!" Wanita itu mengangkat kedua jempolnya.

Sofia ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk mendapatkan hati gadis itu, ia akan pura-pura mendukung Herlin.

Namun dugaannya salah, gadis itu tidak luluh. Herlin menatapnya singkat lalu berjalan menjauh pergi keluar dari gerbang.


****


Herlin menghampiri Arga ke kelasnya untuk menanyakan apa maksud ucapannya kemarin malam. Namun baru saja ia hendak masuk ke dalam kelas Arga. Tiba-tiba ada seseorang yang menarik tangannya dari belakang.

"Lepasin! ga usah narik-narik." Jingga melepaskan cengkraman tangannya dari tangan gadis itu. "Princess, Om Varen udah larang lo buat deket-deket sama dia!"

"Nurut, bisa 'kan?"

"Sekali aja, nurut sama Ayah lo. Ini demi kebaikan lo juga, dia itu cowok berandalan. Dia juga pernah dorong lo 'kan?" Pinta laki-laki itu dengan nada suara yang tinggi.

Herlin berdecak sebal, untuk apa Jingga ikut campur? "Apa peduli lo? lo gak tau apa-apa." Tegas nya, ia tidak akan menjauhi Arga, bahkan jika di fikir-fikir Jingga sama saja seperti Varen.

"Gue tau. Dia gak baik, lo harus percaya sama gue, dia gak bakalan bawa lo ke jalan yang bener. Dia berandalan. Temenan sama dia gak ada manfaat nya." Jelas laki-laki itu sebari memegang ke dua pundak Herlin.

"Emang lo baik?" Ketus Herlin melepaskan cengkraman tangan Jingga pada bahunya "Jangan nilai orang gitu aja, padahal aslinya lo belum kenal sama dia,"

"Merasa sempurna lo?" Sambungnya, Herlin melenggang pergi meninggalkan Jingga yang berdiri dengan kedua tangannya yang mengepal kuat.

Yulia yang melihat hal itu dari kejauhan tersenyum, gadis itu berlari kecil menghampiri pujaan hatinya "Jingga! lo kenapa? kok kayak kesel gitu?" Tanya Yulia basa-basi, padahal ia sudah melihat bagaimana sikap Herlin tadi pada Jingga.

HERLINA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang