70. Masihkah Ada Sebuah Kesempatan

791 48 18
                                    

HALLO GUYS!! aku update niehh☺🤍 maaf ya aku baru update sekarang, kemarin aku baru mulai nulis malemnya jadi belum bisa langsung di update.

Sebenarnya aku pengen nulis pagi-pagi kemarin, tapi ternyata ga bisa karena imajinasi ku lagi buntu-buntunya 🥲 tapi gapapa yang penting aku bisa update sekarang.

Jangan lupa Vote ya!! komen di setiap paragraf biar aku makin semangat nulis dan semakin rajin update!!

⚠️RAMAIAKAN KOMEN‼️

REVISI SETELAH END.







||Happy Reading||














Plak!

Luna menampar Putra semata wayangnya dengan keras, sementara Jingga kebingungan karena Luna tiba-tiba menghampirinya dan langsung menamparnya dengan sangat keras.

"Maksud kamu apa?!"

Dahi Jingga menyeringit bingung, apa yang di maksud oleh Ibunya "Apa?" tanya Jingga karena ia baru saja masuk ke dalam rumah dan langsung di hampiri oleh Ibu dan Ayahnya, di sana juga ada Thira yang berdiri di belakang Luna dan juga Dikta.

"Kamu mau nikah sama Thira dan juga Herlin? kamu mau poligami?!" tanya Luna dengan nada tinggi, ia sangat emosi kala Thira bercerita padanya kalau Jingga ingin menikahi Thira dan juga Herlin.

Luna tidak akan pernah setuju dengan keputusan konyol yang di buat oleh Putranya itu.

Jingga dengan susah payah menelan salivanya, tatapan Luna yang biasanya lembut kini sangat tajam "Iya, Ma. Jingga gak mau Om Varen ganggu dan berusaha bawa pergi Herlin dan nyakitin Herlin lagi." sahut Jingga, ia menatap Thira yang berdiri di belakang kemudian berdesis pelan pasti semua ini ulah Thira yang mengadukan semu rencana yang di susunnya pada kedua orang tuanya.

Bruk.

Jingga terkejut kala tiba-tiba Ayahnya maju dan langsung mendorong bahunya dengan cukup keras sehingga Jingga mundur beberapa langkah "Kenapa?"

"Kenapa tangan kamu gitu? kamu mau mukul Mama kamu!?" sedari tadi Dikta memperhatikan gelagat Jingga dan ia juga menyadari kedua tangan anaknya itu terkepal kuat.

Jingga diam, ia tidak menjawab.

"Papa tau niat kamu baik mau jauhin Herlin dari Varen, tapi gak gini juga caranya. Jangan jadi laki-laki yang ingin menyelamatkan satu perempuan dengan cara mengorbankan perempuan lainnya."

"Noh dengerin apa kata Papa kamu! apa kamu gak mikirin perasaan Thira?! Inget, Mama ini juga perempuan. Mama bisa ngerasain apa yang Thira rasain!" tegas Luna, hatinya sakit ketika mengetahui Putranya ingin menjadikan dua orang perempuan sebagai Istrinya.

"Dengerin penjelasan aku dulu Ma." pinta Jingga, beberapa detik kedua orang tuanya terdiam kemudian akhirnya mereka mengangguk dan setuju untuk mendengarkan apapun yang di jelaskan oleh Jingga.

Jingga menjelaskan semuanya, pertama ia menjelaskan bagaimana kondisi Herlin setelah sadar dari koma, kemudian ia juga menjelaskan rencananya yang akan segera menikahi Thira kemudian di lanjut dengan rencananya yang pindah ke Singapura untuk menikahi Herlin dan juga melanjutkan perawatan Herlin di rumah sakit besar yang ada di sana.

Ia ingin menikahi Herlin bukan hanya karena ingin menjauhkan gadis itu dari Ayahnya, bukan juga karena ingin Herlin menjadi miliknya. Ia ingin menikahi Herlin agar gadis itu memiliki keluarga yang benar-benar menyayangi dan mencintainya dengan tulus.

HERLINA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang