73. Kepergian

1.1K 49 17
                                    

HALLO GUYS AKHIRNYA AKU UPDATE, maaf ya lama soalnya aku baru selesai menulis chapter ini tadi sore 🤗🙏

Chapter kali ini lumayan panjang, jadi aku harap kalian membaca dengan sabar dan jangan terburu-buru.

Jangan lupa Vote dan Komen di setiap paragraf biar aku makin semangat nulis dan makin rajin update chapter-chapter selanjutnya sebelum cerita ini benar-benar selesai 😇

RAMEIN YA BIAR LANGSUNG LANJUT KE PART SELANJUTNYA.

REVISI SETELAH END.

[Typo Bertebaran Dimana-mana]

||Happy Reading||





"Ta, gue perlu dokumen-dokumen rapat kemarin." ujar Varen pada Dikta dari sambungan telfon, sekarang Varen sedang di dalam mobil bersama Nyoman yang menjadi supirnya pagi ini.

"Maaf, gue belum bisa ketemu. Persiapan weddingnya belum benar-benar selesai, gue harus ngurus itu dulu."

"Yaudah gue ambil sendiri aja ke kantor lo, gimana?"

"Emangnya penting banget?"

"Iya lah! penting, dokumenya buat proyek besar. Masak lo lupa? dasar pikun."

"Yaudah iya-iya! lo ambil aja sendiri."

"Masih di atas meja kok, tapi jangan salah ambil ya! soalnya ada dua map warna coklat. Ambil yang di sebelah kanan-"

"Oke gue ngerti! bye!"

Tut!

"Kita langsung ke kantornya Dikta." ujar Varen pada nyoman yang sedari tadi fokus mengendarai mobil di jalan raya yang sangat padat akan kendaraan ini.

Nyoman mengangguk patuh "Siap Bos!"

Varen memasukkan handphonenya ke dalan saku jas, kemudian mengalihkan pandangannya dan fokus menatap ke jendela, menatap anak-anak muda yang berjalan di terotoar dengan seragam sekolah.

Anak-anak itu sepertinya siswa-siswi di sekolahan Herlin, mereka di terotoar jam segini dan itu artinya mereka sedang bolos jam pelajaran.

Hal itu membuat Varen kembali teringat dengan Herlin yang sangat hobi membolos, seharusnya dulu ia tidak terlalu keras dengan Herlin yang suka membolos toh dulunya saat ia masih muda ia juga sering membolos jam pelajaran.

Andai saja waktu bisa di putar kembali, ia tidakan memarahi Herlin. "Menurut kamu Putri saya gimana?" tanya Varen pada Nyoman.

Anak buahnya itu menoleh sekilas sebari tersenyum "Menurut Saya Herlin adalah anak yang baik, kenapa Tuan nanya ke Saya? seharusnya Tuan lebih tau bagaimana Putri Tuan sendiri."

Deg.

Varen terdiam seribu bahasa mendengar jawaban dari Nyoman, kata-kata Pria itu seolah-olah menyindirnya.

Namun sebagian besar perkataan Nyoman ada benarnya, seharusnya ia lebih tau bagaimana Herlin dan tidak usah mempertanyakan hal itu pada siapapun. Karena setiap orang tua pasti mengerti dan tau betul bagaimana sifat dan karakter anaknya.

"Sial. Dendam bodoh itu membuatku terlalu jauh dari Putriku sendiri." batin Varen, sepertinya kali ini Pria itu benar-benar menyesali perbuatannya.

Tapi penyesalan tidak akan ada artinya lagi sekarang, Herlin sudah tidak ada. Tidak akan ada lagi maaf yang bisa Varen sampaikan pada gadis kecilnya itu.

HERLINA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang