29. Fakta Yang Lagi-Lagi Menyakitinya

1.2K 62 24
                                    

HALLO!! maaf ya aku baru bisa up siang hari!!

||Happy Reading||

Di sinilah Varen, di tempat di mana Vara dan Genta di makamkan, yaitu kuburan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sinilah Varen, di tempat di mana Vara dan Genta di makamkan, yaitu kuburan.

Pria itu menaruh satu tangkai bunga mawar di atas makam Adiknya, ia juga meletakkan satu tangkai buka mawar yang ia bawa di atas makam Genta—sahabatnya.

Varen berjongkok, mengusap lembut batu nisan yang di atasnya tertuliskan nama Vara. "Maafin Abang ya? dulu, gue telat buat bantuin lo."

"Harusnya lo masih ada di sini, di rumah. Mama kangen banget sama lo." Ucap Pria itu dengan nada rendah, tak kuasa membendung kesedihan di dalam hatinya.

Dadanya terasa sesak kala bayangan masalalu kematian Vara terlintas dalam benaknya, matanya berkaca-kaca, bibirnya bergetar tak sanggup mengucapkan sepatah kata lagi. Kepalanya terasa sakit dan pusing.

Varen tak sadarkan diri, namun Pria itu terbangun di alam bawah sadarnya.

Varen membuka netra matanya perlahan-lahan, cahaya di depan sana sangat silau. Ia berusaha melihat cahaya apa itu, kenapa cahaya itu silau sekali?

Pria itu berdiri berjalan perlahan mengikis jarak antara ia dan dua buah cahaya yang sangat terang. Saat Varen mendekat ia bisa melihat jelas sosok Vara dan juga Genta.

Tubuh kedua orang itu mengeluarkan cahaya.

"V-vara? lo kembali?" Varen berusaha memeluk Adiknya, namun ia tak kunjung bisa menggapai tubuh Vara. Pria itu beralih mendekati Genta "Lo? gimana, giamana kabar lo?" Varen juga tidak berhasil menggapai lengan Genta.

"Kenapa gue gak bisa nyentuh kalian?" Tanya Pria itu bingung menatap Vara dan Genta bergiliran.

"Kita itu beda, dunia kita beda. Harusnya kamu tidak memperlakukan Herlin dengan sangat buruk, dia itu keponakanku." Sahut Vara tanpa tersenyum sedikitpun pada Varen, bahkan Adiknya itu sudah mengubah cara bicaranya menjadi aku-kamu, tidak seperti dulu.

"Tapi dia Bukan anak gue! dia anaknya Cllara! Cllara yang udah buat lo jadi kayak gini.. " Tegas Varen pada Vara.

Gadis itu menatapnya tajam "Itu masalalu, aku sudah tenang di sini. Aku baik-baik saja, ada Genta yang menemaniku. Harusnya kamu bersyukur, aku tidak mengajak Herlin ikut bersamaku di sini." Jawab Vara tak kalah tegas.

"Apa kamu melupakan kedua anak mu yang telah tiada?" Varen menoleh ke arah Genta yang mulai ikut bicara. "Mereka sudah besar sekarang, mereka sangat bersyukur karna telah tiada sebelum lahir kedunia. Mereka ingin sekali mengajak Herlin kemari, mengajak Kakak mereka ikut tinggal di sini agar tidak merasakan rasa sakit tinggal di dunia."

HERLINA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang