26. Jika Benar Itu Terjadi, Gue Lah Orang Kedua Yang Mati Setelah Arga

1.2K 52 13
                                    

HALLO AKU TIDAK JADI UP SORE. KALAU BISA SUBUH KENAPA HARUS SORE, BENAR TIDAKK???

||Happy Reading||






Pagi ini Herlin berangkat ke sekolah di antar oleh Pak Broto, di dalam mobil itu sangat berisik karena Pak Broto dan Herlin sedang mengobrol.

"Non, Bapak mau nanya. Cowok yang waktu itu kita tolongin sama nyonya Cllara siapanya Non Herlin?" Tanya Pak Broto, yang di maksud Pria itu adalah Arga. "Bukan siapa-siapa sih sebenernya, temen biasa doang." Sahut Herlin yang sibuk memperhatikan jalan raya.

"Oh, kirain pacarnya. Maaf Non, bukan maksud Bapak ikut campur atau gimana, tapi Bapak mohon banget sama kamu kurangin keluar malem, pulang larut. Bapak takut, takut Non Herlin kenapa-napa. Apalagi non Herlin itu perempuan, Bapak denger-denger sekarang ada kasus pemerkosaan, itu bener atau hoaks Non?"

Herlin menganguk "Iya itu bener." Ia tau yang di sebut oleh Pak Broto adalah kasusnya Thira, ternyata benar tidak semua orang percaya bahwa itu kasus pemerkosaan. Dan nama baik Thira menjadi taruhannya.

Herlin menjadi terus merasa bersalah mengingat apa yang di katakan Thira lewat telfon padanya. Gadis itu bilang, pada saat ia di lecehkan oleh laki-laki itu, entah mengapa sang pelaku terus menggumamkan nama Herlin.

Yang berarti, target yang sebenarnya adalah Herlin, bukan Thira. Mungkin orang yang membawa Thira malam itu salah sasaran karena keliru, yang mana Herlin dan yang mana Thira. Rambut Thira dan Herlin sama-sama pendek, postur tubuh mereka dari belakang juga salah satu faktor mengapa mereka sulit untuk di bedakan.

Yang berbeda hanya Thira lebih pendek dari pada Herlin.

"Non! Non! itu mobil siapa? kok ngehadang mobil kita?" Tanya Pak Broto pada Herlin. Pria itu mengamati mobil itu dengan seksama, lalu tiba-tiba jendela mobil yang menghadang mereka itu terbuka, menampakkan sosok Varen yang melambai.

"Non! itu mobil Tuan Varen!" Seru Pak Broto menunjuk mobil itu.

"Papa? kenapa Papa ngehadang kita?" Gumam Herlin, Pak Broto hanya bisa menggeleng lesu tidak tahu.

Ting!

Suara notifikasi handphone Herlin membuat keduanya saling tatap dengan cepat gadis itu mengecek handphone nya.

WhatsApp

Papa
Herlin, cepat kemari. Suruh supirmu itu putar balik. Kamu berangkat bareng Papa.

Herlin mematikan layar handphone nya. "Pak, sekarang Bapak pulang aja. Kata Papa sekarang Herlin berangkat bareng dia."

Pak Broto hanya bisa mengangguk membiarkan Herlin keluar dari mobil, dan ia memutuskan untuk putar balik kembali pulang ke rumah Tuannya.

Herlin berjalan mendekat ke arah mobil milik Varen, Pria itu membukakannya pintu namun Herlin lebih memilih duduk di depan bersama Nyoman yang menyetir mobil dan membiarkan Varen sendiri di kursi penumpang.

Varen menghelan nafas lalu menutup pintu mobil itu kembali. "Jalan." Nyoman mengangguk lalu menyalakan mesin mobilnya, menuju ke sekolah.

"Kamu gak mau bertanya kenapa Papa nyuruh kamu pindah ke mobil Papa?" Tanya Varen karena Herlin tidak mengatakan sepatah katapun setelah masuk ke dalam mobil.

"Emangnya kenapa Papa nyuruh aku pindah?"

"Apa salahnya Papa mengantarmu sesekali ke sekolah, apa kamu tidak ingin Papa yang mengantar?" Entah mengapa pertanyaan Varen kali ini sangat menyebalkan di telinga Herlin.

"Herlin pengen di antar oleh Ayah, bukan di antar sama Papa." Ujar Herlin sengaja menyinggung.

"Emm.. Non? bukannya Papa dan Ayah itu sama saja artinya?" Ujar Nyoman ikut menanggapi. Namun Herlin menggeleng cepat "Enak aja. Siapa yang bilang sama? Ayah sama Papa itu beda."

HERLINA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang