35. Ancaman Yang Terekam

970 58 4
                                    

Hallo guys! maaf ya baru bisa up malem 🙏
Ayoo!! sebelum baca follow dulu lapak iniiiiii

||Happy Reading||



Siang ini Varen mengajak Herlin pergi kesuatu tempat, dan inilah tempat yang mereka datangi. Tempat yang nampaknya sangat persis seperti rumah.

Namun ini bukanlah rumah, melainkan klinik kecil.

Mereka hanya berdua datang kemari, karena Varen menyuruh Cllara agar tetap di rumah. "Kamu gak nanya gitu, kenapa Papa bawa kamu ke sini?" Varen menatap Putrinya sekilas lalu duduk di sofa dan diikuti oleh Herlin.

"Papa mau ngapain bawa aku ke sini?"

Varen menghelan nafasnya, harusnya Herlin tidak beratnya sekarang. "Suka-suka Papa mau ngajak kamu kemana."

Gadis itu hanya diam tidak mengubris jawaban dari Ayahnya, walau begitu Herlin tetap bergumam dalam hati. "kalo gitu mending gak usah nanya."

Varen menatap kesekitar dengan bingung di sana sangat sepi, hanya ada seorang remaja laki-laki yang berkeliaran tidak jelas dari tadi. "Om ngapain ke sini?" tanya laki-laki itu tiba-tiba berhenti melangkah dan ikut duduk di sofa.

"Mau nyari dokter Flora." sahutnya singkat, laki-laki itu mengangguk "Bunda belum kesini, masih di rumah. Manding Om telfon aja biar Bunda cepet ke sini."

"Kenapa gak kamu aja yang nelfon Bunda kamu?"

"Yang ada perlu siapa? Om kan?"

Varen mengalah lalu beranjak dari duduknya membuat Herlin mengikuti Pria itu berdiri "Kamu tunggu di sini, Papa mau telfonan dulu." Herlin mengangguk lalu kembali duduk, sedangkan Varen. Pria itu beranjak keluar dan berdiri di teras untuk menelfon Flora—psikiater yang memiliki klinik ini.

Herlin merasa kurang nyaman di tatap oleh remaja laki-laki yang duduk di sebelahnya "Lo gila?"

Pertanyaan yang keluar dari mulut laki-laki itu membuat Herlin melotot tak percaya, bisa-bisanya laki-laki itu mengatainya gila. "Maksud lo ngomong gitu apa?" ketus Herlin, bukannya kapok laki-laki itu malah lanjut bertanya.

"Nama lo siapa?"

"Perlu banget lo tau nama gue?"

"Yaelah, ga usah kayak gitu kali. Gue nanya baik-baik ya."

"Baik-baik apaan? pikun ya? tadi lo nyebut gue gila."

"Gue nanya anjir! apa harus gue nanyanya gini, Lo gila tanda tanya. Gitu?" sahut laki-laki itu tak kalah ketus.

"Udah-udah ngapain ribut sih?" ujar seorang Wanita masuk ke dalam ruangan bersama Varen, Varen kembali duduk di sebelah Putrinya. Sedangkan laki-laki itu malah di suruh pergi oleh Ibunya.

Wanita itu bernama Flora—seorang psikiater. Dulu saat datang ke sini Ibunya Flora lah yang menanganinya, Ibunya Flora juga adalah seorang psikiater. Dulu saat Varen kemari untuk menemui psikiater yang notabenenya adalah Ibu kandung dari Flora, Flora masih remaja, remaja SMA seusianya.

"Ada apa Varen? kamu ada masalah?" tanya Flora dengan lembut, namun Varen menggeleng yang berarti Pria itu tidak mempunyai masalah yang membawanya harus datang kemari "Gue cuman mau bawa Herlin kesini."

Flora beralih menatap gadis yang duduk di sebelah Varen "Hallo Herlin, kamu cantik sekali." puji Flora, sedangkan Herlin hanya tersenyum kecil.

Mendengar Ibunya memuji Herlin cantik, remaja laki-laki yang bersembunyi di balik tembok itu memunculkan kepalanya lalu meledek Herlin dengan menjulurkan lidahnya kedepan. "Lo!?" kesal Herlin ingin bangun namun di cegah Varen.

HERLINA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang