28. Hari Yang Menyenangkan Namun Pada Akhirnya Menyakitkan

1.2K 64 22
                                    

Astaga! astaga! tadinya aku fikir gak bakalan bisa nyelesain bab ini cepet-cepet, dan ternyata dugaan aku salah.

Awalnya aku mau up sore karena gak yakin chapter 28 ini bisa aku up subuh-subuh, tapi ternyata gak ada yang mustahil jika kita mau terus berusaha dan punya tekad.

Okei, sekian dulu curhatan saya.

||Happy Reading||









Herlin tertidur setelah puas menangis, ia sudah sangat lelah menjalani ini semua. Ia hanya ingin ketenangan, hidup normal seperti anak remaja pada umumnya.

Memiliki keluarga utuh, lengkap, harmonis, dan cemara tentunya. Harapan yang sangat sulit terwujud dalam hidupnya, namun apa salahnya berharap?

Bukankah dunia tempat manusia berharap dan memimpikan sesuatu?

Untuk sekarang, bisa tidur dengan tenang saja sudah membuat Herlin bahagia. Tidur yang nyenyak akan kembali mengisi energinya yang terkuras habis
seharian ini.

Drrt.. drrt...

Handphone gadis itu berdering, membuat tidurnya terusik. Herlin mengerjapkan netra matanya perlahan-lahan.

Ia bersandar di kepala ranjang, mengambil benda pipih yang berbunyi nyaring itu. Ia menatap layar handphone nya dengan serius.

Sedetik kemudian raut wajah cemas terlihat jelas di wajah Herlin "K-kenapa Arga nelfon? atau jangan-jangan ....,"

Gadis itu langsung mengangkat panggilan telfon dari Arga "Hallo? ada apa? kenapa lo nelfon gue? Papa nyamperin lo ke rumah?"

"Atau jangan-jangan-"

"Bukan, bukan soal itu asataga. Tenang, Om Varen gak kesini kok." Arga dengan cepat menyela pertanyaan bertubi-tubi yang di berikan oleh Herlin padanya.

"Gue nelfon mau ngucapin, happy birthday cantik!"

Herlin merasa ada kupu-kupu yang berterbangan di perutnya, sehingga membuat gadis itu sedikit geli. "Lo orang pertama yang bangunin gue tengah malem begini, bahkan bikin jantung gue hampir copot karna khawatir."

Terdengar suara kekehan dari sebrang sana "Herlin, gue jemput lo ya? kita berangkat ke sekolah bareng."

"Maaf, gue gak bisa."

"Loh? kenapa gak bisa, Om Varen ngelarang ya?"

"Bukan. Masalahnya itu gue gak sekolah, soalnya mau nganter Daddy sama Mommy ke bandara."

"Owalah! yaudah gue ikut nganter Kakek sama Nenek lo! gue ikut ke bandara!"

"Lo gak sekolah?"

"Demi lo, apa sih yang engga."

"Kita rayain ulang tahun lo gimana? sehabis dari bandara kita jalan-jalan. Gimana?"

"Yaudah deh iya!"

"Gue tutup telfonnya dulu, mau bobo nih! ngantuk banget."

"Iya."

Tut!

Panggilan telfon itu di tutup oleh Arga, Herlin meletakkan handphone nya kembali ke tempat semula.

Herlin sedikit terkejut karena melihat Zergan dan Bella sudah duduk di tepian ranjang sebari menatapnya dengan senyum "Happy birthday!" Ucap kedua orang tua itu serempak.

"Daddy? Mommy? Trimakasih." Herlin memeluk Bella dan Zergan.

setelah beberapa detik berpelukan mereka melepas pelukannya "Harusnya kami yang berterimakasih." Zergan mengelus lembut surai hitam milik cucunya, sebari mengecup singkat dahi gadis itu.

HERLINA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang