HALLO AKHIRNYA AKU UPDATE EKSTRA CHAPTER YANG KE–2, maaf ya baru sempet update hari ini.
Jangan lupa Vote dan Komen di setiap paragraf agar aku semakin semangat untuk menuliskan karya-karya aku selanjutnya.
[typo bertebaran]
||Happy Reading||
Flashback On.
Kemarin malam Pak Broto menyusul Jingga pergi ke rumah sakit, dan pagi ini ia kembali datang ke rumah sakit untuk bertemu dokter dan menanyakan bagaimana kondisi Herlin.
"Dok, Herlin baik-baik saja kan dok?" tanya Pak Broto pada seorang dokter yang kemarin langsung menangani Herlin.
Dokter itu mengangguk kecil "Herlin baik, gadis itu hanya mengalami cidera di bagian kepala dan keretakan di kakinya."
"Namun seiring berjalannya waktu dia akan sembuh, itu juga memperlukan beberapa kali terapi khusus." ujar dokter menjelaskan bagaimana kondisi Herlin pada Pak Broto.
"Sekarang gimana dok? Herlin udah siuman?"
Dokter menggeleng "Belum, Herlin mengalami koma dan kami belum bisa memprediksikan kapan Herlin akan kembali siuman."
Pak Broto mengangguk faham, ia sangat bersyukur Herlin masih hidup walaupun kondisinya saat ini masih terbaring tak sadarkan diri di rumah sakit.
"Yasudah ya, Saya permisi dulu–"
"Ah, dok? apa saya boleh minta tolong?" tanya Pak Broto menyela ucapan sang dokter yang hendak pergi.
Dokter itu menyeringitkan dahinya bingung, tak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Pak Broto.
"Saya minta tolong sama dokter, kita kerja sama. Saya mau dokter mengatakan pada semua orang kalau sebenarnya Herlin mengalami pembengkakan otak dan tidak bisa mengingat orang-orang terdekatnya." jelas Pak Broto yang semakin membuat dokter tersebut kesulitan mencerna sebenarnya apa yang di inginkan Pak Broto.
"Jangan beritahukan kondisi Herlin yang sebenarnya, Saya harap dokter faham dan mau bekerja sama."
"Maaf, Saya tidak bisa melakukan hal tersebut. Saya tidak mau melanggar hukum." tegas dokter itu menolak, karena ia harus tetap profesional dengan pekerjaannya.
"Dok, tolong bantu Saya dan juga Herlin. Dokter hanya perlu berbohong sedikit, dan setelah itu biar Saya yang urus." pinta Pak Broto dengan sangat.
"Sebelum semakin hancur, Saya harus menyelamatkan Herlin dari keluarganya sendiri."
Mendengar hal itu membuat sang dokter sedikit tersentuh, namun masih ragu untuk menyetujui permintaan Pria itu.
Pak Broto tidak menyerah, Pria itu berlutut dan mencakupkan kedua tangannya di depan dada. Pria itu memohon "Dok, Saya sangat membutuhkan dokter. Saya mohon, bantu Saya untuk menyelamatkan Herlin dari keluarganya."
Dokter sangat terkejut dan tidak menyangka Pak Broto akan berjongkok dan memohon seperti ini, "Pak, jangan seperti ini." ujarnya pada Pak Broto namun Pria itu tidak bergerak sedikitpun.
"Saya tidak akan berdiri sebelum dokter mau setuju dan bekerja sama dengan Saya." tegas Pak Broto, ia harap sang dokter mau mengabulkannya.
Dokter tidak tau masalah keluarga apa yang di miliki Herlin, namun dengan usaha Pak Broto membujuknya ia menjadi luluh dan prihatin dengan keadaan Herlin "Iya Saya setuju."
Flashback off.
Jadi semua yang di beritahukan oleh dokter pada Jingga itu semuanya bohong, karena aslinya Herlin hanya mengalami cidera kepala yang ringan dan tidak terlalu serius berbeda dengan tulang kakinya yang benar-benar sedikit retak dan harus menjalani terapi untuk menyembuhkan keretakan itu.
Flashback On.
Netra mata Herlin terbuka dengan perlahan karena silau akibat terkena cahaya matahari, dengan perlahan ia mengerjap-ngerjapkan kelopak matanya.
Hal pertama yang ia lihat adalah atap rumah sakit yang berwarna putih, dan saat ia menolehkan kepalanya kesampaing Herlin bisa melihat jelas Pak Broto yang berdiri di samping brankarnya sebari tersenyum.
"P–pak?" gumam Herlin sebari tersenyum kecil menatap Pria itu, Pria yang dengan tulus selalu membantunya dalam segala hal.
Beberapa hari yang lalu saat Pak Broto berkunjung ke rumah sakit Pria itu sempat bercerita padanya, Pak Broto bercerita kalau Varen memecatnya begitu saja tanpa mengatakan alasan yang jelas.
Namun hal itu tidak membuat niat baik Pak Broto untuk membantu Herlin sirna begitu saja, ia sudah menganggap Herlin seperti Putrinya sendiri.
"Iya Non?"
"Soal keadaan aku? apa dokter udah bilang ke Jingga?" tanya Herlin memastikan apa dokter benar-benar mau bekerja sama dengan mereka.
Pak Broto mengangguk, "Kemarin dokter udah ngasih tau Jingga kalau kamu mengalami penyakit adema serebral, jadi saat Jingga atau siapapun berkunjung kesini kamu harus pura-pura tidak sadarkan diri.
Flashback Off.
Herlin tidak mengalami koma selama satu bulan penuh, ia sadar namun selalu berpura-pura tak sadarkan diri di depan orang lain kecuali di depan Pak Broto yang selama ini telah membantunya.
Awalnya ia akan pergi bersama Pak Broto, namun ternyata Jingga akan membawanya pergi lebih jauh yaitu pergi ke luar negeri diam-diam tampa sepengetahuan Varen.
Ia memilih tetap berpura-pura dan ikut bersama Jingga karena ia merasa jika ia ikut bersama Jingga ia akan lebih aman dari jangkauan Ayahnya.
[Typo Bertebaran]
Segini dulu ya!! nanti kita lanjut ke ekstra chapter berikutnya biar semuanya jelas dan tuntas!!
Jangan lupa Vote dan Komen. Ramaikan chapter kali ini agar aku gercep up chapter selanjutnya!!
NEXT🤬‼️
![](https://img.wattpad.com/cover/363443459-288-k941517.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HERLINA [END]
Roman pour Adolescents⚠️cerita ini hanya di publish di lapak @Rhea_margareth, jika kalian menemukan cerita dengan alur seperti ini di lapak orang lain berarti itu plagiat‼️ SEQUEL CERITA : Transmigrasi Bella Tentang bagaimana Varen membalas perbuatan Cllara, hingga memis...