62. Kita Punya Hidup Masing-Masing

804 48 2
                                    

ℍ𝕒𝕝𝕝𝕠 𝕘𝕦𝕪𝕤! 𝕒𝕜𝕦 𝕦𝕡𝕕𝕒𝕥𝕖 𝕟𝕚𝕙!!! 𝕜𝕚𝕣𝕒-𝕜𝕚𝕣𝕒 𝕤𝕚𝕒𝕡𝕒 𝕪𝕒𝕟𝕘 𝕟𝕦𝕟𝕘𝕘𝕦𝕚𝕟 𝕒𝕜𝕦 𝕦𝕡𝕕𝕒𝕥𝕖? 𝕒𝕪𝕠 𝕒𝕓𝕤𝕖𝕟!!!!

𝕁𝕒𝕟𝕘𝕒𝕟 𝕝𝕦𝕡𝕒 𝕍𝕠𝕥𝕖 𝕕𝕒𝕟 𝕂𝕠𝕞𝕖𝕟 𝕕𝕚 𝕤𝕖𝕥𝕚𝕒𝕡 𝕡𝕒𝕣𝕒𝕘𝕣𝕒𝕗 𝕓𝕚𝕒𝕣 𝕒𝕜𝕦 𝕞𝕒𝕜𝕚𝕟 𝕤𝕖𝕞𝕒𝕟𝕘𝕒𝕥 𝕟𝕦𝕝𝕚𝕤 𝕕𝕒𝕟 𝕞𝕒𝕜𝕚𝕟 𝕣𝕒𝕛𝕚𝕟 𝕦𝕡𝕕𝕒𝕥𝕖 🥰 (𝕥𝕒𝕟𝕕𝕒𝕚𝕟 𝕜𝕒𝕝𝕒𝕦 𝕒𝕕𝕒 𝕥𝕪𝕡𝕠)

||Happy Reading||

Jingga bingung harus berbuat apa, sudah dari tadi ia berusaha menenangkan Thira yang sedang menangis pilu.

Tadi Jingga, Thira, dan juga kedua orang tua Jingga pergi ke rumah Thira untuk menemui kedua orang tua Perempuan itu dan memberitahukan semuanya.

Jingga juga meminta izin untuk menikahi Thira sesegera mungkin, dan tentu saja kedua orang tua Thira sangat murka kala mendengar semua penjelasan dari Jingga dan juga keluargnya.

Bahkan Ayahnya Thira tidak segan untuk memukuli Jingga di hadapan Dikta dan juga Luna. Nemun ia tidak membalas, toh ini benar-benar kesalahannya.

Kedua orang tua Thira tidak ingin melihat wajah Perempuan itu lagi, bahkan menganggapnya sudah mati.

Thira sangat hancur sekarang.

Lebih baik ia di suruh terus-terusan belajar tanpa henti oleh orang tuanya dari pada dianggap tiada seperti sekarang.

"Semuanya salah lo! gue begini gara-gara lo bangsat!" umpatnya, Thira tidak berhenti mengumpati Jingga sejak tadi. Bahkan sesekali Perempuan itu memukuli perutnya membuat Jingga was-was.

"Benci! benci! benci! gue benci anak ini!" Thira kembali memukuli perutnya dengan brutal, namun dengan cepat Jingga mencekal tangan Thira agar Perempuan itu berhenti.

"Ini salah gue! janin itu gak salah, yang salah gue." Jingga mendekap tubuh Thira yang bergetar karena menangis, "Lo gak perlu khawatir, gue bakal nikahin lo secepetnya." ujar Jingga kembali menenangkan.

"Lo fikir dengan nikahin gue bakal buat keadaan membaik? enggak bangsat!" sahut Thira dengan isak tangis yang semakin terdengar pilu, bahkan Dikta dan Luna yang berada di luar kamar Jingga merasa sesak kala mendengar isak tangis Perempuan itu.

"Udah, jangan ngumpat terus. Gak baik Ibu hamil ngumpat gitu."

****

Varen duduk di sofa dengan gelisah, bahkan di hadapannya ada Zergan dan Bella juga yang nampak ikut gelisah. "Kok bisa sih? Cllara kemana?!" ujarnya bingung.

Semunya berawal dari Herlin yang kemarin pergi dari club tanpa memberitahunya, dan sepulang dari club Varen terkejut kala tak mendapati keberadaan Istrinya di rumah.

Sejak kemarin ia mencari kedua Perempuan itu namun ia tidak menemukan salah satu dari mereka dimanapun. Bahkan handphone Herlin maupun Cllara tidak ada yang aktif.

****

"Eughh..." Cllara membuka netra matanya karena silau akan cahaya matahari yang menembus kaca jendela, ia memegangi kepalanya yang terasa sangat amat pusing.

Kemudian setelah beberapa menit akhirnya rasa pusing itu hilang, dan ia sadar ternyata ia sedang berada di tempat yang sangat asing "Dimana ini?" gumamnya.

HERLINA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang