08

2.6K 77 0
                                    

Sejak bertemu dengan keluarga gafi beberapa hari yang lalu dan membahas tentang pernikahan dirinya dan Gafi, kini Laura diberikan tempat tinggal yang layak oleh Safira dan Gus Azka di pasantren. Mereka tidak ingin calon menantu mereka tinggal di kost dan bekerja paruh waktu lagi.

" Makasih umma "
Ucap Laura tulus setelah dibantu Safira membereskan barang - barangnya

" Sama - sama nak, kamu betah ya disini, tunggu sampai kamu sah dulu sama Gafi, nanti pindah ke rumah umma atau rumah Gafi yang dekat dengan kampus kalian "
Jelas Safira dengan tersenyum

Iya memang benar, Gafi juga pengusaha muda yang meneruskan jejak sang ayah, dia berkuliah dengan biaya dari dirinya sendiri, ia sangat sukses di umur mudanya. hingga dirinya membangun rumah di sebuah komplek dengan besar disana.

" Iya umma "
Jawab Laura

" Kak roti! "
Panggil Zea yang baru pulang dari sekolah, terbukti dengan seragam sekolah yang masih tertaut di tubuh gadis itu.

" Iya Zea? "
Jawab Laura dengan lembut, kini dia telah berteman baik dengan Zea

" Zea... Ya Allah... Kenapa gak ganti baju dulu? "
Ucap Safira yang menepuk dahinya, ia lelah dengan tingkah Zea

" Heheheh maaf umma, Zea pengen beli permen sama kak roti "
Jawab Zea tanpa rasa bersalah

" Gak bisa sayang... Kakak Laura capek "
Ucap Safira

" Yahhh "
Ucap Zea yang sedih

" Gak papa umma, Laura bisa kok temanin Zea "
Ucap Laura, ia jadi merasa kasihan dengan Zea yang putus asa

" YEAY!!! "
sorak gembira gadis kecil itu

" Yaudah barangnya pun sudah rapi dan beres, Laura gak papa kan nak tinggal sendiri di asrama? Karena asrama ini kosong juga baru aja abba Azka buat "
Jelas Safira agak khawatir dengan kenyamanan Laura

" Gak papa kok umma, Laura nyaman, makasih banyak, ini juga udah lebih dari cukup untuk Laura "
Jawab Laura dengan senyuman yang membuat hati Safira lega

" Yaudah ayo kak kita beli permen "
Ajak Zea yang menarik tangan Laura

" Laura pamit umma assalamualaikum"

" Waalaikumsalam "

........

" LO SERIUS?! "
tanya Theo dengan suara melengkingnya

Gafi yang mendengar itu reflek menutup telinganya, ia sedikit pekak dengan suara Theo.

" Lo serius mau nikahin Laura? Dia bukan tipe Lo anjir Fi, jangan sia - siain dia "
Ucap Liam yang sedikit menahan emosi

" Lo kenapa? Gue udah buat yang seharusnya gak gue lakuin, so gue bukan pria murahan, gue tanggung jawab "
Ucap Gafi dengan pedenya

" Tapi Lo cinta gak ma dia Fi? Jangan Lo siakan hidup dia, pernikahan bukan sebuah permainan"
Kini bukan Liam, tapi Hans lah yang berbicara

" Lo pada kenapa gak terima? "
Tanya Gafi yang bingung, biasanya teman - temannya ini ngikut saja dengan keputusannya

" Bukan gitu Fi, Lo tau kan? Sifat Lo berbanding terbalik dengan Laura, lagian dia anak baik baik, dia pasti gak mau itu terjadi juga, lepasin dia kalau Lo gak cinta, jangan sampai sisa hidup dia ma Lo jadi kayak neraka "
Jelas Liam

" Maksud Lo? Gue gak baik gitu? "
Tanya Gafi yang sedikit naik darah

" Bukan gitu maksud Liam Fi, maksud dia kalau Lo emang gak cinta jangan lakukan pernikahan ini "
Ucap Theo meredakan amarah Gafi

GAFI OR GUS GAFI?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang