12-Mencari Bima

824 134 0
                                    

Wulan menatap sekeliling sungai Gangga dengan pandangan menyelidik.

"Bagaimana aku bisa mengetahui lokasi Bima? Sungai terlalu panjang "batin Wulan kebingungan.

[Ding! Anda dapat membeli anugrah kemampuan, tentu ini tidak gratis. Anda perlu membayarnya dengan point yang telah dikumpulkan.

Dalam artian lain, anda ingin mengurangi point yang mana?
Arjuna (Pelindung) = 50%
Karna (Perisai) = 30%]

"Berapa banyak yang ku kurangi?"batin Wulan bertanya-tanya.

[Sebanyak 80% point]

"Hei! Bukankah ini penipuan?!
Ini berati kamu menginginkan semua kerja keras ku?!!"amuk Wulan kesal.

Syukurlah para Pandawa tidak memperhatikan dirinya yang mengamuk seperti orang gila.

Wulan menghela nafas, mencoba menenangkan dirinya yang berbeda di ambang mengamuk.

Sekarang kita harus berpikir jernih!

Mana yang lebih penting!

Point!

Atau

Keselamatan Bima!

[Tuan Rumah harap tenang! Kemampuan ini dapat anda bawa kedunia berikutnya. Dalam artian lain, ini bersifat permanen! Makanya harganya sangat mahal!]

"Keselamatan Bima lebih penting, aku tidak bisa membahayakannya begitu saja. Meskipun aku tau jika dia akan selamat, tapi...
Tidak ada yang tau, apakah akan muncul efek kupu-kupu?
Aku tidak bisa mengambil resiko"batin Wulan berpikir.

Sebenarnya dia memiliki keinginan untuk egois!

Karena dia ingin pulang!

Dia tidak ingin berada didunia yang tidak dikenalnya ini!

Tapi....

Tapi....

Aku adalah manusia normal, aku punya hati dan tidak mungkin mengabaikannya!

Inilah yang membuat ku mengambil keputusan yang mungkin akan ku sesali, karena akibat dari perbuatan ku ini. Aku semakin lama di dunia Mahabarata!

"Tukarkan!"

[Sebutkan Anugerah apa yang anda inginkan!

Elemen Api 🔥
Elemen Air 💧
Elemen Petir ⚡
Elemen Angin 🌪️
Elemen Bumi (Tumbuhan) 🌏

Diantaranya dimana yang Tuan Rumah pilih?]

"Elemen Bumi!"batin Wulan memilih.

[Anda yakin?]

"Iya!"

[Ding! Elemen Bumi! Telah dipilih!
Jumlah point kosong!
Arjuna (Pelindung) = 0%
Karna (Perisai) = 0%]

"Semoga berhasil"batin Wulan, dan dengan pelan menepuk tanah.

Sungai yang awalnya hanya berisikan air, tiba-tiba tertutupi oleh Bunga teratai.

Syukurlah bunga teratai ini dapat mengintai setiap sudut sungai yang dilaluinya.

"Ketemu! Berada ditengah sungai, berjarak sekitar 24 meter dari tempat ku berpijak!"batin Wulan berbinar.

"Jadi apa aku harus berenang langsung? Atau biarkan Pandawa yang berenang? Tapi... Bagaimana jika mereka bertanya, Kenapa aku mengetahui informasi itu?"

Sekarang Wulan berada dalam dilema, dia kebingungan cara menyelamatkan Bima.

"Ini terpaksa! Aku harus terjun sendiri!"

Wulan menarik napas dalam-dalam, lalu berjalan ke sungai Gangga. Saat dia merasa sedikit ditengah, dirinya mulai berenang.

"Tunggu dulu! Wulan! Apa yang kamu lakukan!"seru Arjuna panik.

***

"Apa katamu?! Putri Wulan ikut terjun ke sungai?!"tanya Ratu Kunti khawatir.

"Kenapa dia terjun? Apakah Pangeran Bima berada di sungai ini?"gumam Widura, berpikir.

"Ibu, bisakah anak mu ini meminta tolong?"Bisma mulai memanggil ibunya, Dewi Gangga.

Sungai itu mulai membuat pusaran kecil, lalu akhirnya membentuk sosok wanita cantik.

"Ibu, anak ku dan cucu ku Bima, sedang berada didalam sungai Gangga. Bisakah Ibu membantu mencarinya?"tanya Bisma.

"Anak ku, jangan khawatir Cucu ku Wulan sedang membuat keajaiban. Wulan cucu ku, akan membawa Bima kembali dengan selamat "ungkap Dewi Gangga dengan senyuman lembutnya.

"Bagaimana Wulan bisa menyelamatkan, kak Bima?"batin Arjuna kebingungan.

***

"Nak, kamu memukuli ku dengan sangat keras. Apa kamu punya dendam pada ku?!"marah ular tadi.

Wulan menggaruk pipinya malu, dia hanya panik karena takut Bima dimakan oleh ular raksasa.

Ternyata oh.... ternyata...

Ular raksasa itu mencoba menetralisir racun ditubuh Bima. Caranya yaitu dengan mencoba menyuntikkan racun, sehingga racun melawan racun!

"Baiklah, jangan bertengkar. Bima mari minum ini, kamu akan bertambah kuat dan tidak ada racun yang dapat melukai mu!"ungkap Raja Ular.

Bima mengangguk dan meminumnya, setelahnya sebuah cahaya keemasan, memancar dari tubuh Bima.

"Aku merasa tubuh ku, menjadi semakin kuat!"seru Bima dengan tawa terbahak-bahak.

"Oke, hentikan tertawa! Semua orang sedang mengkhawatirkan kita!"keluh Wulan sambil menutup telinganya.

Astaga~

Tawanya sangat menakutkan, dan menyakiti telinga.

Suaranya adalah bentuk nyata dari Polusi Suara~

"Kamu merusak suasana!"gumam Bima mengerucutkan bibirnya.

"Ayo Naik!"Wulan mengabaikan gerututan Bima.

"Ngomong-ngomong kamu memiliki kekuatan mengendalikan akar?"tanya Bima penasaran.

"Tidak ada! Kamu berhalusinasi~"Wulan dengan terampil mengelak dari pertanyaan Bima.

"Tidak! Aku yakin melihatnya!"

"Sudah ku bilang, kamu berhalusinasi!"

"Aku tidak percaya!"

"Terserah kamu"keluh Wulan malas.

"Sekarang kita akan mulai naik kepermukaan, yang artinya kita akan keluar dari kerajaan yang terlindungi dari air~ Jadi mulai sekarang, berhenti berbicara! Kalo tidak, kamu akan tersedak air!"lanjut Wulan, lalu mulai berenang menuju ke permukaan.

***

♥️ Bersambung~♥️

Teman-teman sekalian, mohon hargai karya orang lain dengan menekan tombol bintang~

Tenang~

Semuanya Gratis ko, tidak dipungut biaya~

Senang bertemu kalian semua~

See you



World Love Story System [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang