66-Pangeran Jagat

505 69 10
                                    

Namaku Jagat, aku adalah Putra dari Bharata dengan Mandawi. Aku memiliki dua kakak kandung laki-laki yaitu Taksa dan Puskala. Aku juga memiliki dua kakak sepupu laki-laki yaitu anak Paman Rama dengan Bibi Shinta.

Selanjutnya aku adalah keponakan dari Raja Rama dan Permaisuri Shinta. Tentu saja, aku adalah keponakan kesayangannya. Karena aku yang paling bungsu, diantara saudara-saudara ku.

Ngomong-ngomong aku ingin menghadiahkan Paman Rama sesuatu yang indah di hari kelahiran Paman Rama. Kebetulan ada rumor bahwa seekor kijang putih muncul di pedalaman hutan.

Aku berniat memburunya, dan menghadiahkan Paman Rama. Dia pasti senang dengan hadiah ku~

Ditengah rasa bahagia ku, aku akhirnya memasuki hutan tanpa ada seorang pun yang tau. Aku tidak ingin saudara-saudara ku tau, dan membantu memburu kijang itu. Aku menginginkan buruan yang hasil jerih payahku sendiri. Lagi pula, aku sudah berusia 23 tahun. Aku cukup dewasa untuk berburu sendiri.

Akhirnya setelah aku memasuki hutan, tak lama kemudian aku menemukan kijang buruan ku.

Saat melesatkan anak panah, anehnya kijang itu mengindari dengan cermat, seolah-olah kijang itu memiliki mata dibelakang kepalanya.

Aku tidak menaruh curiga apapun, aku tetap mengikutinya. Hingga akhirnya aku merasa diriku telah tersesat dihutan yang luas ini.

Selanjutnya kijang putih itu, berubah menjadi seorang Raksasi dan langsung menculik ku. Aku tidak sempat melawan, karena Raksasi itu dengan curang melemparkan bubuk yang membuat ku terlelap tidur.

Setelah membuka mata, hal pertama yang aku lihat adalah wajah menyebalkan itu.

Raksasi itu memperkenalkan dirinya, bernama Wulan Karnika. Dia adalah cucu dari Rahwana, dan keponakan dari Raja Wibisana.

Tentu saja, Raja Wibisana kemungkinan besar tidak mengetahui perilaku keponakannya.

Lalu Raksasi gila ini, mengatakan akan menjadikan diriku suaminya. Apa dia pikir, aku akan rela?!

Disinilah aku, aku berusaha sekuat tenaga untuk membebaskan diri. Tetapi lagi-lagi tidak berhasil, entah mantra apa yang di ucapkannya pada rantai-rantai yang mengikat ku, sehingga tidak dapat ku putuskan.

Disisi lain, Wulan memijit pelipisnya pusing saat melihat tatapan penuh kebencian yang diarahkan Jagat.

"...."

Aku sungguh-sungguh tidak akan memaksa mu menikahi ku, aku juga ingin kamu bebas dan menjauh dari ku~

Masalahnya, sepertinya aku telah memupuk banyak kebencian padamu~

Bagaimana jika saat aku membebaskan mu, kamu akan memenggal ku detik berikutnya?~

Bukankah aku dalam masalah~

"Jangan bermimpi untuk menikahi ku, aku lebih baik mati!"geram Jagat.

"....."

Oke, oke~ aku akan mendengarkan mu~

Jangan mati, bagaimana jika bawahan Raja Rama menemukan keterkaitan kematian mu, dengan ku. Bukankah aku lagi-lagi mendapatkan tiket menuju kematian~

Ngomong-ngomong anak ini memang tampan~

Tetapi.....

Kenapa wajahmu ada dimana-mana?

Ashoka!

Apakah Jagat juga reinkarnasi mu, dalam kehidupan ini?~

Lupakan saja, apa itu penting?

Sekarang kita perlu memikirkan cara agar dapat memulangkan mu kembali, tanpa aku di libatkan dalam masalah penculikan ini~

"Kenapa diam saja?"marah Jagat.

"Diamlah!"Wulan menyumpal kain di mulutnya, agar dia tidak berisik.

Aku sedang berpikir untuk bebas dari bencana ini, tapi kamu mengumpat sedari tadi. Ini membuat ku frustasi~

***

"Dimana anak bungsu kita, suami ku?"tanya Mandawi khawatir.

Bharata mengelus punggung istrinya, dalam pelukannya. Dia mencoba menenangkan istrinya yang sedang gelisah akibat hilangnya anak bungsu mereka.

"Tenang saja, Kakak Rama akan mengirim pasukan mencari jejak Jagat"

***

"Ayo makan, bagaimana jika kamu sakit?"bujuk Wulan, jika anak ini sakit. Maka dia akan dalam masalah~

"Tidak, apa kamu pikir aku bodoh? Aku tau, kamu meletakkan hal yang tidak-tidak didalamnya kan? Mengaku saja, aku tau kebenarannya! Kamu pasti sangat menginginkan ku, hingga....umph...apa yang kamu lakukan?! Uhuk..uhuk..."Jagat terbatuk-batuk, akibat ulah Wulan yang langsung menyodorkan sesuap nasi tanpa peduli, apakah nasinya panas atau tidak.

Wulan bahkan menutup mulut Jagat, dengan tangannya. Sehingga dia tidak akan memuntahkan sarapan pagi yang sudah capek-capek dia buat.

"Kamu gila!"

"Terima kasih atas pujiannya, aku tau jika diriku memang cantik~"ucap Wulan tanpa ada tanda-tanda kelemahan karena di ejek gila.

"Tidak tau malu!"

"Aku tau, aku cantik~ jangan memuji ku~"

"Tidak waras!"

"Terima kasih!"

***

Bersambung ~

See you

World Love Story System [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang