62-Mpu Parwa

356 58 0
                                    

"Khansa Wulan"Mpu Parwa membuka matanya dari pertapaannya.

Dia menatap Khansa Wulan dengan pandangan nostalgia, dia menganggapnya seperti anaknya sendiri, tidak pernah ada maksud lain dalam membesarkannya.

Dia hanya berharap Wulan memiliki pasangan yang layak, dan hidup bahagia. Tidak seperti putrinya, Dedes yang merupakan kaum Brahmani. Wulan tidak memiliki tanggung jawab apapun yang perlu di pikulnya.

Tetapi...

Semuanya berbeda, meskipun perbedaan ini diluar kendalinya, dia berharap variabel itu dapat membuahkan hasil yang terbaik untuk putrinya.

"Lama tak berjumpa, Nak"Mpu Parwa menyapa dengan senyuman.

"Tolong jangan bertele-tele, katakan apa keinginan mu"

"Kamu menjadi kasar saat berbicara, aku tidak ingat mengajarkan mu, untuk berucap kasar pada orang tua"

Wulan tersenyum manis, "Apa aku perlu memperlakukan mu dengan hormat, setelah mengetahui perlakuan mu pada Dedes?"

"Kamu marah?"

Wulan diam dan tidak membalas ucapannya, Mpu Parwa mendesah berat karena tidak mendapatkan tanggapan.

"Aku melakukan ini untuk kaum Brahmana, Nak. Mengertilah posisi ku, aku juga tidak berdaya "ucapnya dengan wajah penuh kesakitan.

Siapa yang tidak sakit saat anaknya menikahi musuhnya?

Dia bertanya-tanya, bagaimana Tunggul Ametung memperlakukan anaknya?

Apakah anaknya disakiti?

"Karena ketidakberdayaan mu inilah, aku yang akan menjaganya. Aku hanya tidak paham, apa niat mu memanggil ku kemari?"tanya Wulan waspada.

"Aku ingin tau kabar Dedes terlebih dahulu, setelahnya aku akan mengatakan tujuan ku"

"Dedes baik-baik saja, bahkan dia telah menerima Tunggul Ametung sebagai suaminya. Mereka berdua telah jatuh cinta, kehidupan mereka berdua sangat bahagia"jelas Wulan.

"Jatuh cinta? Sepertinya Akuwu Tumapel bukanlah pria jahat, aku bersyukur untuk itu"Mpu Parwa mendesah lega.

"Alasan mu dan tujuan?"

"Hahahaha..... Kamu benar-benar sangat tidak sabaran"Mpu Parwa menggelengkan kepalanya, dan meminta Wulan untuk duduk disampingnya.

"Aku tidak ingin duduk, aku sedang terburu-buru. Jadi tolong jelaskan sesingkat mungkin"

"Khansa Wulan, bagaimana pendapat mu tentang hubungan sebab-akibat antara Raja Kediri dan Brahmana?"tanya Mpu Parwa.

"Hubungan yang cukup rumit, tapi jika aku jadi kamu, alih-alih membunuh Akuwu Tumapel. Aku pasti akan berkomplot dengan Tumapel, untuk menghancurkan Kerajaan Kediri. Merupakan rahasia umum, jika Akuwu Tumapel ingin melepaskan diri dari Kerajaan Kediri"jelas Wulan.

"Yang kamu katakan memang benar, tapi bagaimana kita bisa mempercayainya? Kami khawatir jika Akuwu Tumapel memanfaatkan kami, untuk kehancuran Kediri. Jika itu terjadi, kami tidak memiliki tempat untuk menyesal"ucap Mpu Parwa dengan senyuman sedih.

"Aku memang tidak bisa menjamin hal itu tak terjadi, karena ini adalah pertempuran. Dalam pertempuran banyak siasat licik dan penuh pengkhianatan.

Aku tidak dapat menjaminnya jika kerjasama kaum Brahmana dan Tumapel akan baik-baik saja, tetapi bukankah semua pertempuran, memang selalu memiliki resiko yang besar? Jika kamu selalu ketakutan, apa kamu yakin tidak melewatkan kesempatan yang bagus secara tidak sengaja?"Wulan berjalan dan menatap rembulan, dia melihat wajah Ashoka kecil disana.

"Tetapi.... Akan selalu ada jaminan jika kerjasama kami memiliki orang dalam"lanjut Wulan dengan senyuman.

"Apa artinya?"tanya Mpu Parwa kebingungan.

"Jika aku dapat menggoda Pangeran Jaya untuk memberontak, bukankah ini adalah kemenangan mutlak untuk kami? Dengan tiga kekuatan didalamnya, maka kami tidak perlu takut adanya kecurangan dari berbagai pihak, karena setiap kekuatan akan menyeimbangkannya"ucap Wulan dengan senyuman cerah, karena telah menemukan jawaban dari kerumitan ini.

"Menggoda Pangeran Jaya? Kamu menggodanya?"tanya Mpu Parwa terkejut, kapan anak yang diasuhnya menjadi tidak tau malu?

"Uhuk....uhuk..... Maksud ku membujuknya, yah seperti itulah "Wulan memerah malu, dia tidak bermaksud untuk menggoda dengan kecantikan.

Hanya berbincang saja~

***

"Jadi kamu berencana MEMBUJUKNYA?"ucap Kebo ijo dengan senyuman berbahaya.

"Tidak ada salahnya mencoba, dia adalah Ashoka. Ashoka mungkin saja mendengar ucapan Ratna Wulan kan?"ungkap Wulan yakin.

"Hei.... Apa kamu tidak ingat kehidupan sebelumnya? Dia bahkan membunuh semua orang untuk melindungi Magadha, kenapa kamu yakin dia dapat mengkhianati Kediri?"

"Ini hanya firasat, aku merasakan jika kali ini, apapun yang terjadi, dia akan berada dipihak ku"

"Oh.... Apa ini ikatan batin?~"ejek Kebo ijo tidak puas.

"Jangan marah Karna, ini hanya pertemuan biasa"

"Kamu tidak perlu menjelaskannya, aku sudah tau, jika memang hati mu sudah beralih padanya"ucapnya dengan tatapan sedih.

"Maafkan aku, sepertinya aku terlalu serakah, dengan menginginkan mu. Tidak masalah apakah kamu menyukai ku, atau perasaan itu telah berpindah. Senang rasanya menjadi seseorang yang dapat selalu berdiri di sisi mu"selanjutnya dia meninggalkan Wulan sendirian disana.

"....."Wulan menghela nafas berat, apa yang harus dilakukannya?

Dia sendiri bahkan bingung dengan hatinya, sungguh membingungkan.

"Sudah ku duga, lebih baik jangan bermain dengan perasaan. Ini membuat ku, pusing"Wulan menggelengkan kepalanya, dan berjalan keluar. Dia berjalan menuju kediaman tempat Jaya beristirahat.

***

Bersambung ~

See you

World Love Story System [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang