16-Hukuman Membersihkan Kandang Kuda

866 121 0
                                    

"Apa kalian menguping?"tanya Bisma dengan tatapan tajam.

"Hahahahahahaha... Kami bahkan tidak mendengar apapun. Jadi itu tidak bisa di katakan sebagai menguping~ Aku benar kan, kakak Yudistira?~"ucap Wulan mengelak.

"Meskipun benar kita tidak mendengar apapun.... Tapi kita tetap dihitung bersalah, karena kita mencoba menguping "ungkap Yudistira dengan jujur.

"...."Wulan mengeluh dalam hati, kenapa Yudistira malah berkata sesuatu yang memberatkan kita?!

Berpihak saja padaku!

Apa kamu juga ingin dihukum?!

"Oh..... Apa itu kebenarannya?"Bisma tersenyum dengan senyuman berbahaya.

Wulan, Arjuna, Sadewa, Nakula, Bima, Yudistira, Duryudana dan Durjaya saling memandang. Akhirnya dengan berat hati, Wulan yang mengambil tindakan terlebih dahulu.

"Kami minta maaf Ayah!"

"Kami minta maaf Kakek!"

***

"Kenapa?"sedih Wulan dengan air mata berlinang.

Bukannya dia tidak bisa melakukan pekerjaan kasar, hanya saja dia tidak tahan dengan bau kotoran.

Sepertinya Bisma benar-benar pintar dalam memilih hukuman yang tidak disukai oleh semua orang~

"Ishhh.... Ini bau!"keluh Duryudana.

"Jangan seperti itu Duryudana, Wulan! Mari mulai membersihkan"ajak Yudistira.

"...."Wulan mengeluh dalam hati, tetapi tubuhnya dengan jujur bergerak membersihkan kandang kuda.

Mereka mulai membersihkan dengan giat, dimulai dari mengangkat kotoran kuda, setelahnya menyiram dengan air sambil menyikatnya bersama sabun.

Setelah setengah jam, akhirnya semuanya telah selesai.

"Selesai!"seru Wulan bahagia.

"Aduh.... Pinggang ku sedikit sakit"keluh Nakula yang di angguki Sadewa.

"Aku sangat lapar"gumam Bima sedih, sambil sesekali mengelus perutnya.

"Kakak Bima, kapan kamu tidak lapar?"keluh Arjuna.

"Emm.... Aku bahkan curiga jika perut Bima adalah gentong~"ejek Duryudana yang ditertawakan oleh semuanya.

"Hahahahahahaha"tentu saja, hanya Yudistira yang tersenyum tipis dan tidak tertawa terbahak-bahak.

"Duryudana! Kamu mengajak ku bertengkar!"marah Bima tidak terima.

"Hei! Berhenti bertengkar, bagaimana jika kita mendapatkan hukuman lagi karena pertikaian mu~"keluh Sadewa.

"Hmph! Kamu beruntung!"dengus Bima marah.

"Maaf, apa kalian melihat ayah ku?"Wulan menoleh dan melihat sosok Karna.

"Karna?"panggil Wulan.

"Tuan Putri, apa yang anda lakukan disini? Bahkan bersama Pangeran-pangeran?"bingung Karna.

Karna mengetahui jika Wulan adalah Putri karena upacara pengangkatan Tuan Putri telah dilakukan didepan seluruh rakyat Hastinapura juga, lalu Karna mengetahui mereka semua Pangeran, dikarenakan mereka semua juga telah diperkenalkan pada rakyat.

Tentu saja, bagi mereka yang tidak memiliki ingatan yang kuat. Bisa saja mereka tidak akan mengenalinya. Tapi Karna adalah seorang pria dengan ingatan yang kuat.

"Hahaha, kami dihukum membersihkan kandang kuda. Ngomong-ngomong kamu mencari ayah mu kan? Ayah mu berada di ujung sana"Wulan menunjuk kearah Utara, dan akhirnya Karna melihat sosok ayahnya. Setelahnya Karna berterima kasih dan pamit undur diri.

"Kamu mengenalnya?"tanya Arjuna penasaran.

"Oh.... Aku tidak sengaja bertemu dan berkenalan dengannya "ungkap Wulan.

"Ah... Begitu "entah kenapa Arjuna merasakan sedikit krisis dengan keberadaan Karna.

Apa ini hanya perasaannya?

"Hei! Aku ingin pulang ke istana dulu, aku ingin istirahat!"Duryudana dan Durjaya kembali ke istananya untuk istirahat.

Di ikuti oleh Yudistira, Nakula, Sadewa dan Bima yang akhirnya pamit pulang untuk istirahat.

"Aku juga ingin pulang kembali"pamit Wulan, tapi sebelum pergi tangannya dicekal Arjuna.

"Jangan pergi dulu, tidak lama lagi aku mungkin akan pergi berguru kepada Guru Drona. Sehingga akan lama tidak bertemu lagi. Bagaimana jika kita jalan-jalan bersama?"tanya Arjuna dengan wajah memelas.

Wulan berpikir diam-diam, memang benar bahwa Pandawa dan Kurawa akan melaksanakan pendidikan jauh dari Hastinapura.

Karenanya ini pasti akan menghambat kinerja Wulan dalam mengumpulkan point. Apalagi sekarang masing-masing point adalah 0%. Karena dia mengubahnya menjadi berkah Elemen Bumi~

Jadi tidak salah jika berjalan-jalan bersama Arjuna untuk meningkatkan jumlah point kan?~

Meskipun sedikit bajingan, karena memanfaatkan anak polos yang sedang dimabuk asmara. Tapi mau gimana lagi?

Aku tidak menjamin jika cinta monyet Arjuna akan bertahan sampai dewasa~

Bagaimanapun Arjuna menyukai wajah biasa-biasanya saja, karena Arjuna sendiri tidak pernah bertemu dengan wanita seusianya.

Karenanya aku harus menyikat cintanya dan mengubahnya menjadi point~

"Bagaimana?"tanya Arjuna hati-hati.

Wulan mengangguk setuju, lebih baik setuju saja~

Aku juga tidak akan rugi~

***

"Pangeran Ashoka?!"jerit Ashoka dengan pandangan tidak percaya.

Chanakya tersenyum simpul dan mengangguk sebagai balasan.

"Itu benar, kamu adalah seorang Pangeran dari Kerajaan Magadha! Aku akan melatih mu untuk takhta Magadha!"ungkap Chanakya.

"Tapi..... Ibu tidak menyukai jika aku berhubungan dengan kerajaan Magadha"ucap Ashoka dengan pandangan nostalgia.

Saat itu, Ashoka kecil ingin melihat-lihat istana yang megah. Kebetulan ibu temannya adalah seorang pelayan di istana. Karenanya dia ingin ikut serta mengunjungi ibu temannya,agar memiliki kesempatan menatap Istana megah itu.

Sayang sekali, ibunya menemukannya dan meminta dirinya tidak pernah mendekati Istana kerajaan Magadha!

"Jangan khawatirkan itu Nak, untuk saat ini kita hanya perlu berlatih bela diri dan pengetahuan. Sisanya akan saya urus, dengan berbincang dengan ibu mu"ucap Chanakya dengan senyuman, saat melihat sosok ibu Ashoka yaitu Dharma, yang sedang bersembunyi di balik pohon yang tidak jauh dari mereka.

***

♥️ Bersambung~♥️

Teman-teman sekalian, mohon hargai karya orang lain dengan menekan tombol bintang~

Tenang~

Semuanya Gratis ko, tidak dipungut biaya~

Senang bertemu kalian semua~

See you

World Love Story System [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang