68-Kebakaran

342 56 0
                                    

Wulan menatap kebingungan pada Raja Wibisana dan kakak sepupu, Trijata. Ini sudah hampir tengah malam, kenapa dia tiba-tiba dipanggil kemari?

Dia ingin segera pergi ke kamar dan melepaskan Jagat, jangan sampai anak ini membuat masalah~

"Aku ingin bertanya, bagaimana pendapatmu tentang Galih? Kalian sudah berbincang beberapa jam tadi"tanya kakak sepupu, Trijata.

Entah kenapa dia merasa tidak nyaman dengan kata-kata familiar ini~

Kakak sepupu tidak akan menjodohkan ku, dengannya kan?

"Galih, teman yang baik"jawab Wulan ragu-ragu.

"Syukurlah jika begitu, berati pernikahan ini akan, berjalan dengan lancar nantinya!"seru Trijata dengan senyuman lega.

"....."

Aku mengatakan jika dia teman yang baik, itu bukan berarti aku setuju untuk menikah!

Apa-apaan ini?!

"Senang rasanya, kamu menerima ku"ucap Galih dengan semburat merah muda.

Nak, kapan aku menerima mu?

Jangan salah paham, aku bahkan belum mengatakan setuju! Kalian semua yang menyimpulkan tanpa peduli pendapat ku!

"Jadi kapan acara pernikahannya?"tanya Wibisana dengan senyuman bahagia.

"Dengarkan aku, sebenarnya aku...."belum sempat Wulan menjelaskan, seorang prajurit berlari tergesa-gesa kearah mereka.

"Ada apa?"tanya Wibisana.

"Kamar Putri Wulan terbakar"jelas prajurit tadi.

"Syukurlah Wulan bersama kita, jika tidak maka dia akan terluka "Trijata tersenyum lega.

Wulan menatap tidak percaya pada ucapan yang diucapkannya tadi. Apakah kamarnya terbakar?

Jika benar, maka Jagat dalam bahaya!

Wulan berlari kearah kamarnya dengan tergesa-gesa, tanpa mempedulikan panggilan yang memanggil namanya.

Setelah sampai di depan kamarnya, dia meminta para prajurit untuk minggir, sementara dirinya langsung melompat ke dalam kobaran api yang terasa panas itu.

Syukurlah hanya beberapa luka bakar, dia dengan cepat menekan tombol yang ada di dinding.

Saat ruangan itu terbuka, terlihat Jagat yang berusahalah melepaskan rantai itu. Wulan dengan tergesa-gesa menghancurkan rantai itu, dengan kekuatan Raksasi miliknya. Tanpa mempedulikan tangannya yang berdarah.

"Tunggu dulu, tangan mu berdarah"Jagat ingin menghentikannya, tetapi tidak berhasil karena tangannya masih terantai.

"Maafkan aku, aku minta maaf! Apa kamu terluka di suatu tempat?"Wulan benar-benar diliputi rasa bersalah, terutama karena wajah itu mengingatkannya dengan Ashoka.

Dia selalu membenci tatapan matanya yang khawatir pada dirinya. Padahal dirinya telah menyakiti hati Ashoka, berulangkali dia menolaknya.

Dia juga selalu dipenuhi kebingungan, siapa yang di sukainya? Apakah itu Ashoka atau Karna?

Entah yang mana hatinya berteduh. Tetapi yang dia yakini saat ini, dia tidak ingin Jagat terluka.

"Oke, akan ku maafkan. Jangan menangis, pelan-pelan bukanya. Kamu terluka"Jagat mengerutkan keningnya, tidak puas.

Kamu terluka, kenapa kamu peduli dengan diriku?

Perhatikan keselamatan mu sendiri, terlebih dahulu!

"Aku... minta maaf, aku akan segera melepaskannya!"akhirnya dengan usaha yang dilakukan Wulan, rantai-rantai itu lepas. Jagat berdiri dari kasur itu, dan langsung mendekati Wulan.

Jagat menarik Wulan ke-pelukannya, dan menggendongnya, "Kaki mu terkena pecahan kaca, aku akan menggendong mu keluar"

Wulan menatap wajah Jagat yang terkena sinar bara api, wajahnya bersinar layaknya rembulan purnama.

Bulan favoritnya, tidak....

Maksud ku, bulan favorit kami.

Wulan menundukkan kepalanya, dan dengan ragu-ragu mengalungkan tangannya dileher Jagat.

Jagat menegang kaku, tetapi setelahnya dia mulai berjalan cepat keluar dari bara api itu. Setelah sekian lama, tidak terdengar suara dari Wulan. Dengan perasaan khawatir, Jagat menatapnya.

"Wulan? Kenapa tidak berbicara? Apa kamu menghirup terlalu banyak asap?"tanya Jagat khawatir, karena mata Wulan mulai tertutup.

"Ashoka...."bisik Wulan, lalu tak sadarkan diri.

***

Wulan mengerutkan keningnya, ada perasaan tidak nyaman di dadanya. Perasaan ini seperti perasaan tercekik, seolah ada yang mencekik leher mu.

Siapapun?!

Tolong!

Meksipun dia ingin berteriak, suaranya tidak dapat keluar sama sekali.

Ditengah keputusasaan dirinya, seorang gadis cantik menepuk pundaknya.

Secara ajaib mata Wulan terbuka, dan sosok dihadapannya adalah....

Sosok yang tidak dia harapkan muncul, dihadapannya.

Gadis itu tersenyum lembut dan mengangguk seolah menyakinkan dirinya, bahwa apa yang di pikirkannya adalah sebuah kebenaran!

***

Bersambung ~

See you

World Love Story System [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang