61-Terpesona?

436 69 2
                                    

Arok terbatuk malu-malu saat melihat Wulan mulai memperban luka di pinggangnya. Wajah mereka berdua sangat dekat~ Jika dia maju sedikit, mungkinkah kita akan berciuman?

"Jangan lihat, atau ku congkel"ucap Wulan dengan datar, Arok mengalihkan pandangannya dari wajahnya. Wulan sangat menyeramkan saat marah~

"Ngomong-ngomong, terima kasih sudah menolong ku"ucap Arok dengan tulus.

"Jangan terlalu dipikirkan, aku hanya membantu gadis cantik dibelakang mu itu~"Wulan tidak mengambil hati ucapan terima kasihnya, dia hanya melakukan apa yang dianggapnya benar.

Awal kilas balik ~

Saat itu, mereka berdua dalam perjalanan tempat yang disetujui bertemu Mpu Parwa.

Dalam perjalanan, mereka bertemu seorang gadis cantik berambut pendek. Gadis itu ternyata adalah kenalan Arok, teman masa kecilnya, Umang.

Umang merupakan anak bungsu dari Ki Bango Samparan, bapak angkat  Arok saat masih muda.

Melihat Umang diganggu oleh banyak pria, bagaimana Arok tidak marah?

Akhirnya dalam kemarahan, Arok menyerang pria-pria bajingan itu! Tetapi karena mereka memiliki racun yang mematikan, sebagai senjata.

Arok yang menyerang dengan cara membabi-buta, akhirnya terkena tusukan racun itu, dan tubuhnya mulai lumpuh, sulit digerakkan.

Saat itu, para pria itu tertawa terbahak-bahak, dan mengatakan jika Umang akan bersenang-senang dengan mereka, lalu ada tambahan gadis cantik yaitu Wulan.

"Sungguh, menyebalkan~"keluh Wulan, dan dengan pelan membaca mantra sehingga sebuah pedang tajam dan indah, keluar dari udara tipis.

Hal ini membuat preman itu ketakutan, karena sepertinya mereka mengganggu seorang ksatria sakti.

Sayan sekali, semua penyesalan itu sia-sia. Wulan membunuh mereka dengan ganas.

Para bajingan yang menyakiti wanita tidak berdaya pantas mati seperti itu!

Melihat tindakan heroik Wulan, Arok terpesona dengan apa yang dilihatnya.

Seseorang yang melakukan perlawanan untuk rakyat yang tertindas, ini membuat hatinya bergetar hebat.

Inilah impiannya bersama sahabatnya, Jaya!

Mereka ingin membawa kemakmuran pada tanah Jawa!

Akhir Kilas Balik ~

"Ada apa? Kenapa kamu terus menatap ku? Apa kamu ingin ku colok?!"sinis Wulan.

"...."Arok menghela nafas, tentu saja~

Dia akan menjadi gadis yang baik, jika dia tidak mengatakan banyak kata pedas~

Seperti biasa, dia adalah wanita gila bermulut pedes~

"Aduh...."Umang merintis kesakitan, kepalanya sakit sekali.

"Kamu sudah sadar?"tanya Wulan khawatir, gadis ini langsung pingsan setelah merasa lega, karena dirinya selamat dari bahaya.

"Kamu? Kamu wanita yang menyelamatkan ku, tadi. Terima kasih banyak!"Umang tersenyum lembut dan berterima kasih pada dermawannya.

"Tidak masalah, dimana rumah mu? Kami akan mengantarkan mu"ucap Wulan mengusulkan.

"Aku...."Umang melirik Arok ragu-ragu, Arok yang mengerti akhirnya hanya bisa menghela nafas.

"Apa kamu melarikan diri untuk menemui ku?"tanya Arok dengan tatapan tidak berdaya.

Sebenarnya dia sudah hapal dengan tindakan Umang, ini sudah beberapa kali Umang bersikeras untuk ikut dengannya. Tetapi Arok menolaknya, dia tidak ingin Umang dalam bahaya.

"Aku ingin memastikan apakah kamu terluka?"cicit Umang dengan perasaan bersalah.

Wulan memandang antara Umang dan Arok, sepertinya mereka saling mengenal.

"Apa kamu Umang?"tanya Wulan memastikan, Umang mengangguk sebagai jawaban, lalu bertanya dengan nada kebingungan, "Bagaimana kamu bisa tau?"

"Oh... Bukan apa-apa, hanya menembak~"Wulan tersenyum simpul, dan sepertinya dia memastikan jika Umang memang kekasih masa kecil, Arok.

"Dengan ini, maka Umang dapat bersama dengan Arok. Lalu Dedes bersama Tunggul Ametung! Ini dapat dianggap, mereka berdua tidak saling menyakiti, karena bersama cinta mereka masing-masing "batin Wulan yang merasa sudah menyingkirkan variabel yang dapat membuat Dedes sakit hati.

"Tetapi... Aku tidak tau, apa yang di inginkan Mpu Parwa dari ku?"Wulan menggelengkan kepalanya, untuk saat ini kita jangan memikirkan hal acak ini, saat ini yang penting bertemu terlebih dahulu.

"Bulan purnama"Wulan menatap rembulan yang terang, rembulan yang bersinar dengan pesona kecantikannya.

Sekelebat ingatan tiba-tiba muncul, saat dirinya dengan Ashoka kecil menatap langit.

"Bukankah Rembulan itu indah?"tanya Ashoka kecil dengan tatapan terpesona.

Wulan kecil terkekeh, "Tidak seindah kamu"

Hal ini sukses membuat Ashoka kecil memerah malu, "Berhenti menggoda ku!"

"Aku mengatakan dengan sungguh-sungguh, aku bersumpah! Saat aku melihat rembulan, aku merasa rembulan tidak seindah, Ashoka ku"Wulan tersenyum manis, dan menepuk kepala Ashoka.

"Hmph! Jangan menepuk kepala ku! Aku bukan anak kecil!"marah Ashoka.

"Kenapa kamu sangat manis?"Wulan menarik Ashoka dan memeluknya karena sangat gemas dengan tingkah Ashoka.

***

"Aku tidak tau, apakah kamu juga melihat rembulan?"Jaya menatap bulan dengan tatapan nostalgia.

"Jika kamu menatap rembulan, kamu akan mengingat ku dan mengenang masa lalu kita"Jaya tersenyum kecil, dan memainkan gelang kaki milik Wulan.

"Aku pasti akan berada dipihak mu, kali ini. Wulan ku"bisik Jaya.

***

Bersambung ~

***

World Love Story System [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang