67

1.3K 193 3
                                    

Suasana yang tadinya sangat bahagia mendadak jadi dingin seketika karena kedatangan seseorang yang tak pernah dihadapan oleh jisung ataupun jeno.

"Duduklah nak." Ucap taeil dan wanita yang baru datang itupun duduk dihadapan Haechan.

"Kapan kau tiba di Korea nak?" Ucap taeil kembali.

"Belum lama Paman, aku hanya berniat menyapa kalian saja. Apalagi aku sekarang sudah bekerja di sekolah jisung. Aku rasa tidak sopan jika tidak menyapa kalian juga jeno." Ucapnya tersenyum sedangkan Haechan mendadak diam seketika. Ia takut kalau apa yang dia pikirkan akan benar-benar terjadi.

"Kenapa kau datang ke Korea? Bahkan saat orangtua dan kembaran mu tiada kau tidak datang sama sekali." Datar Doyoung yang memang tak menyukai kembaran dari mendiang Lia itu.

"Aku tidak bermaksud begitu imo, aku hanya—"

"Aku tidak perduli maksudmu sama sekali. Oh iya, kenalin dia adalah calon menantuku, Lee Haechan." Ucap Doyoung memotong pembicaraan jisu. Jisu yang mendengarnya hanya bisa tersenyum untuk menutupi amarahnya saat ini.

"Aku harap kau mengerti maksudku. Jika tidak ada yang ingin kau lakukan lagi, silahkan tinggalkan rumah ini." Ucap Doyoung datar.

"Sayang?" Ucap taeil melihat istrinya itu.  Tapi Doyoung tak perduli sama sekali.

"Jie?"

"Iya halmonie?"

"Ayo ikut halmonie." Ucap Doyoung beranjak dari bangkunya dan jisung juga pada akhirnya ikut beranjak untuk meninggalkan bangkunya dan mengikuti neneknya.

"Maafkan istri saya nak."

"Tidak masalah Paman, aku mengerti." Ucap jisu tersenyum.

"Ayah?"

"Ada apa jeno?"

"Aku permisi dengan Haechan dulu." Ucap jeno lalu diapun menarik pelan tangan Haechan dan membawanya menuju lantai dua mansion utama itu, dimana kamarnya berada.

"Sepertinya aku datang disaat yang tidak tepat ya Paman? Kalau begitu aku akan pamit, karena aku ada pekerjaan lain."

"Ne. Hati-hati di jalan nak." Ucap taeil dan jisu pun langsung pergi setelah membungkuk. Taeil hanya menghembuskan nafas beratnya lalu menyusul istri dan cucunya.


Di kamar jeno.

Jeno mendudukkan Haechan di atas tempat tidurnya tapi Haechan hanya diam tanpa mau menatapnya membuat jeno berjongkok dihadapannya hingga Haechan menatapnya.

"Kenapa Hyung berjongkok. Duduk lah disini." Ucap Haechan menepuk sisi kosong disebelahnya.

"Tidak, aku tidak akan duduk disana sebelum aku tahu apa yang kau pikirkan."

"Aku tidak memikirkan apapun Hyung."

"Jangan bohong padaku sayang. Aku tahu kau sedang berbohong, katakan sayang, ada apa?"

"Aku—aku takut Hyung akan meninggalkanku dan memilih bersama dengan jisu. Aku juga mendengar darinya langsung kalau kau sebenarnya sangat dekat dulu dengannya bahkan disuruh menikah dengannya."

"Dari mana kau mendengarnya sayang?"

"Dari jisu langsung."

"Dia berbohong sayang, itu tak pernah terjadi, bahkan ini kali pertama aku bertemu dengannya setelah hari pernikahanku dulu dengan mendiang istriku." Ucap jeno sembari menggenggam kedua tangan Haechan.

"Benarkah? Jadi? Dia—"

"Dia berbohong sayang, mulai sekarang aku mohon padamu, jangan langsung percaya padanya oke? Dia bukan wanita baik-baik, aku tak ingin kedepannya kau akan percaya padanya dan meninggalkanku." Ucap jeno membuat Haechan meneteskan airmatanya.

"Maafkan aku Hyung hiksss..." Haechan mulai menangis karena merasa sangat bersalah pada jeno. Jeno lantas berdiri dan membawa Haechan kedalam pelukannya dan menenangkan calon istrinya itu.

















At. Mansion utama keluarga Na.

Jaemin sekarang tengah berada di ruangan kerja sang ayah karena ayahnya yang memang memanggilnya.

"Katakan pada ayah jaemin, kenapa kau ingin datang secara tiba-tiba ke acara itu?" Datar jaehyun.

"Karena sih brengsek yang membuat istriku banyak terluka ada disana. Aku ingin membuat dia melihat kalau dia tak akan pernah mendapatkan apapun yang dia inginkan. Apalagi besok semua kecurangannya akan terbongkar."

"Apa kau yakin? Ini akan sangat berbahaya bagi renjun juga chenle."

"Aku sudah memikirkannya ayah, dan aku sudah menyiapkan semuanya agar anak dan istriku baik-baik saja." Ucap jaemin.

"Ayah tak mau menantu dan cucu ayah kenapa-napa Na Jaemin."

"Ayah bisa pegang kata-kata ku. Karena aku tak akan memaafkan diriku sendiri jika mereka terluka."

"Ayah pegang kata-kata mu itu." Datar jaehyun dan jaemin hanya mengangguk sebagai jawabannya.



Di ruangan tengah.

Renjun tengah menemani sang anak yang mengerjakan tugas sekolah bersama dengan Taeyong dan jangan lupakan stroberi yang sejak tadi dia makan.

"Mama?" Renjun yang mendengar panggilan anaknya itu lantas menatap sang anak.

"Acara yang papa katakan tadi itu, kenapa papa tiba-tiba ingin datang Mama? Setahu lele papa tak pernah datang." Ucap chenle bingung.

"Mama juga tidak tahu." Ucap renjun yang jujur sangat bingung mengenai keputusan suaminya itu.

"Sudahlah lele, mungkin ayahmu ingin mengenalkan kau dan ibumu disana dan membanggakan kalian berdua dihadapan semuanya. Lagian itu hal yang bagus bukan?" Ucap taeyong tersenyum sembari mengelus kepala cucunya itu.

"Hmm, tapi itu akan sangat tak menyenangkan untukku halmonie."

"Benar mom, chenle pasti akan bosan besok." Ucap renjun. Chenle lantas mendekat pada renjun dan memegang paha renjun sembari tersenyum manis membuat Renjun bisa melihat jaemin seketika. Chenle memang perpaduan yang pas antara dirinya dan jaemin.

"Mama bisa tidak katakan pada papa kalau lele tidak ingin ikut? Bisa ya? Lele janji tidak akan kemanapun besok, lele akan bersama dengan halbojie dan halmonie. Bisa ya ma." Rengek chenle.

"Hmm, nanti Mama akan bicarakan pada papa." Ucap renjun dan chenle yang senang langsung saja berdiri lalu mencium pipi chubby ibunya itu karena sangat senang membuat Renjun juga ikut senang seketika.































👨‍❤‍💋‍👨👨‍❤‍💋‍👨👨‍❤‍💋‍👨

Never Good Bye (jaemrenle)END✔ Sudah Terbit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang