19

4K 380 3
                                    

Jeno berlari menuju ruang UGD karena tadi Haechan yang merupakan salah satu guru di sekolah sang anak mengatakan kalau jisung terjatuh dari tangga membuatnya benar-benar sangat cemas sekali.

Srek!

Jisung dan Haechan melihat jeno yang  datang dalam keadaan panik setengah mati saat ini.

"Bagaimana kau bisa terjadi dari tangga jisung?" Cemas jeno.

"Maaf pak, jisung terjatuh karena tak sengaja terdorong oleh temannya tadi." Ucap Haechan menjelaskan kronologi nya.

"Yaampun jisung, kau membuat daddy cemas, lalu apa kata dokter?" Ucap jeno.

"Dokter mengatakan jisung harus menggunakan gips di kakinya selama dua Minggu, mungkin dia akan kesulitan bergerak selama itu, jadi harap bapak memperhatikannya dengan baik."

"Baiklah, jisung harus mendengarkan semua perkataan Daddy mengerti? Daddy tak mau kau semakin kenapa-napa." Ucap jeno dan jisung hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

"Kalau begitu, kita akan tinggal di rumah halmonie dan halbojie karena kau tidak terlalu mau bukan jika bibi Han yang mengurusmu."

"Aku tak mau ketempat halmonie dan halbojie dad, biarkan saja bibi Han yang mengurusku." Ucap jisung dan jeno hanya menganggukkan kepalanya karena sepertinya sang anak memang masih marah pada orangtuanya.

"Apa ada obat yang perlu di tebus?" Ucao jeno menatap haechan.

"Tidak pak, saya sudah menebusnya tadi."

"Berapa? Biar saya ganti."

"Tidak apa, jisung sudah seperti anak saya sendiri. Nah jisung jangan terlalu banyak bergerak mengerti?" Ucap Haechan sembari mengelus kepala jisung sedangkan jeno hanya terdiam karena perkataan Haechan barusan.

"Hmm." Angguk jisung mengerti.

"Anak baik, kalau begitu saya pamit duluan, mari pak." Ucap Haechan lalu diapun membungkuk dan pergi meninggalkan ayah-anak itu.

"Kita pulang?"

"Hmm." Angguk jisung lalu jenopun mengambil satu kursi roda dan menggendong tubuh sang anak yang sedikit lebih besar darinya ke kursi roda lalu mendorongnya untuk segera pulang, mungkin saat dirumah nanti dia akan bertanya perihal perkataan Haechan tadi pada anaknya.




















At. Mansion Na di LA.

Terlihat renjun yang tengah berada di taman belakang karena memang Jaemin menyuruhnya kesana. Tapi keduanya hanya diam saja sejak tadi.

"Kenapa Hyung?" Ucap renjun menatap sang calon suami yang akan resmi menjadi suaminya dua hari lagi.

"Apa kau benar-benar tak tertekan dengan semua ini injunie? Aku tak mau kau—"

"Aku tak tertekan Nana Hyung, kau harus percaya padaku. Karena aku saja memang ingin percaya padamu dan aku yakin kau bisa membuatku bahagia dan aku akan berusaha membuatmu bahagia." Ucap renjun memotong perkataan jaemin.

"Kau serius? Aku tak mau hanya membuatmu terbebani."

"Hmm, aku serius Hyung." Ucap renjun tersenyum lalu jaeminpun ikut tersenyum, dan disaat bersamaan chenle mendekat lalu duduk diantara keduanya dan memeluk lengan renjun erat.

"Daddy sana jauh-jauh. Sekarang aku akan memonopoli Mama dari Daddy, hush hush." Ucap chenle mengusir jaemin.

"Chenle? Tidak boleh begitu sayang." Ucap renjun mengelus kepala chenle.

"Habisnya Mama di monopoli terus sama Daddy." Ucap chenle sembari cemberut. Jaemin hanya tersenyum mendengar ucapan anaknya itu dan ikut mengelus kepala sang anak.










Kembali lagi ke Korea, terlihat jeno yang membantu sang anak masuk kedalam mansion bahkan membuat semua pekerjanya kaget bukan main, tapi jeno juga tak perlu menjelaskan panjang kali lebar karena mereka pasti bisa melihat tanpa dijelaskan.

Di kamar jisung.

Jeno mendudukkan sang anak secara perlahan keatas tempat tidurnya lalu diapun menatapnya.

"Jangan banyak bergerak. Dan—" jisung melihat ayahnya yang terlihat ragu-ragu untuk melanjutkan perkataannya saat ini.

"Kenapa dad?"

"Kenapa gurumu tadi bisa mengatakan hal itu?"

"Ntah, tapi aku senang dia menganggapku anaknya dad, dia orang baik. Dan dia sangat tulus." Ucap jisung apa adanya. Jeno hanya terdiam karena perkataan sang anak.

"Dad?" Jeno lantas melihat sang anak dengan tatapan bertanya nya.

"Bagaimana jika jisung bilang Haechan ssam masuk kriteria menjadi ibu dan istri Daddy? Apa Daddy mau lebih dekat dengannya?" Ucap jisung membuat jeno menatap anaknya tak percaya saat ini.

"Daddy keberatan ya?"

"Daddy bukan keberatan jisung, tapi apa mungkin dia mau dan tak terganggu soal ini? Ini bukan hanya soal kenyamanan kita nak, tapi juga dia."

"Kalau Daddy menyetujuinya, jisubg akan bertanya padanya."

"Hmm, tapi Daddy harap kau tak meletakkan terlalu banyak harapan mengerti? Daddy tak mau kau kecewa saat semuanya tak berjalan lancar."

"Hmm."Angguk jisung mengerti.

"Kalau begitu Daddy kekamar dulu sekalian mengabari halmonie dan halbojie. Dan jangan melarang Daddy, karena mereka berhak tau sayang." Ucap jeno yang melihat anaknya ingin menolak.

"Baik dad." Ucap jisung mengangguk lalu jenopun keluar dari dalam kamar anaknya itu dan jisungpun langsung bersandar pada sandaran tempat tidur itu lalu menatap lurus ke depan.

"Aku harap semuanya berjalan lancar." Monolog jisung.

Ting!

Jisung melihat pesan sang sahabat yang masuk kedalam ponselnya itu setelah hampir dua Minggu tak ada kabar sama sekali.

Chenle.

Jie, aku senang sekali Daddy akan menikah dengan asisten Huang dua hari lagi disini.































👨‍👨‍👦👨‍👨‍👦👨‍👨‍👦

Never Good Bye (jaemrenle)END✔ Sudah Terbit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang